16. Tuhan, aku mencintainya

46 16 1
                                    

          Tuhan, apa aku benar-benar mencintai laki-laki di sampingku ini?

          Perasaan meletup-letup setiap kali kulit kami bersentuhan, atau setiap kali mata ini saling memandang, apakah itu yang dinamakan cinta?

          Jika iya, jika memang iya aku mencintainya, kenapa harus sesakit ini?

          Kata orang-orang yang sudah berpengalaman tentang cinta, cinta itu adalah tentang menghargai dan berbagi rasa sayang. Aku dan Gerald sudah melalui semuanya. Tapi setelah semua yang terjadi, aku tidak pernah menemukan kalimat bahwa cinta itu adalah tentang berbagi rasa sakit.

          Yang ada hanyalah, kenapa kau masih ingin mencintainya jika hatimu harus tersakiti? Bukankah kau mencoba untuk membunuh dirimu sendiri?

          Tidak ada yang bisa kusembunyikan di sini. Aku akan mengaku dengan jujur, karena mungkin kelegaan akan menyusul.

          Tuhan, aku menyukainya. Lebih daripada itu, aku mencintainya. Aku sangat mencintainya sampai-sampai aku tidak ingin kehilangannya. Tapi semakin lama aku memikirkan hal itu, hatiku semakin sakit.

          Aku bodoh karena terlalu bungkam untuk semua ini. Aku bodoh karena tidak mampu mengatakannya. Aku bodoh untuk merasakan sakit ini sendirian. Aku bodoh. Aku terlalu bodoh.

          Karena aku tahu, Gerald hanya memandangku sebagai seorang sahabat, tidak lebih. Menerima kenyataan pahit itu membuatku takut. Takut jika ia mengetahui perasaanku yang sebenarnya, maka ia akan menjauh. Aku takut. Aku diselimuti ketakutan. Aku ada di ambang di mana aku takut dan tidak ingin kehilangan.

          Jadi, lebih baik lega karena mengaku tapi harus menjauh.

          Atau... tetap dekat meski sakit?


Known as Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang