"Maaf."
"Oh tidak apa-apa."
Laki-laki yang menabrak bahuku ikut berjongkok untuk memunguti ponselku yang sudah terbagi menjadi tiga bagian karena terhantam lantai. Begitu kami sudah menegakkan punggung, aku baru bisa melihat wajah serta tubuh tingginya yang menjulang.
"Sungguh aku minta maaf, aku tidak sengaja." Ia benar-benar terlihat menyesal, tak terkesan dibuat-buat, jadi aku mengangguk ikhlas.
"Iya tidak apa-apa."
Saat aku hendak berjalan, laki-laki itu mencegahku. Aku menaikkan kedua alisku bersamaan.
Ia terlihat gelagapan. "Em... bolehkah kita berkenalan?"
Entah kenapa pernyataan itu membuat perutku serasa tergelitik. Aku tertawa. "Tentu saja," kataku sembari menyodorkan tangan. "Jenneth."
Mendapat lampu hijau dariku, ia tersenyum lebar dan menerima uluran tanganku. Meremasnya dengan sungguh-sungguh. "Jamie."
"Nama yang keren," pujiku.
"Kau juga punya nama yang bagus."
Ups, sepertinya ini bukan akhir dari ceritaku. Entah kenapa melihat senyum dan tatapan mata itu, aku seperti menemukan sebuah cerita baru. I got it.
Mungkin ini sebuah permulaan dari lembaran yang baru.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Known as Love ✔️
Cerita PendekCinta. Bagaimana kau mendeskripsikan satu kata berjuta makna itu? Apa cinta hanya tentang rasa ingin memiliki dan takut kehilangan? Atau... ikhlas dan bahagia meski ia pergi untuk selama-lamanya? Ya, aku sedikit setuju dengan opsi terakhir. *** Mula...