3. Namjoon

2.2K 453 34
                                    

(BOLEH DI SKIP)

Fajar kala itu, ketika aku terbangun seperti biasa. Aku menghidupkan kembali ponselku, sekedar mengecek notifikasi. Beberapa orang mulai mengikuti akun wattpad ku, hanya melihat. Begitu membuka profil, BAAM! Dua book yang tengah ku garap hilang entah kemana.

Mencoba tenang, positive thinking, beberapa spekulasi memenuhi otak ku. Apakah cerita yang ku buat ini terlalu vulgar, melanggar hak cipta? Atau sesuatu yang lain...

Hahaha... Aku tidak percaya jika itu soal hak cipta, mana mungkin Autobiografi ku sendiri bisa disebut plagiat, lagipula aku sudah menempatkan book tersebut sesuai rating. Akhirnya aku hanya menunggu, menengok beberapa penulis lain yang berkoar-koar hal serupa. Ternyata aku tidak sendiri, syukurlah...

Pikir ku adalah kesalahan dari pihak wattpad sendiri. Terbukti benar, esoknya aku mengecek kembali, sampah masyarakat telah kembali! Niat revisi pun kandas sudah, semoga tidak terulang kembali. Terimakasih karena sudah khawatir, sama sekali tidak ada niatan untuk unpublish book ini. Sekian.

*yang baca ampe abis gw kasi tiket konser sini :v

~~~~~

Angka 10 memang cocok untuk menggambarkan kami, Min Yoongi dan Kim Namjoon. Yoongi bertubuh kurus dan pendek karena kurang asupan nutrisi, sedangkan aku bahkan membutuhkan kain sepanjang 5 meter untuk menjahit seragamku. Kami sangat dekat sekali bak amplop dan perangko. Sejak TK sampai SD seperti sekarang, aku selalu dibully karena tubuhnya gemuk, dan Yoongi terus ada untuk membelaku.

"Hei gajah! Dimana belalaimu?" celetuk salah satu temanku ketika kami baru saja masuk kelas

"Saat dia datang, aku merasakan gempa wuuh..." dia berakting seolah sedang diguncang

"Kita harus memanggil Anpanman untuk memusnahkan monster gajah sepertinya Hahaha" timpal si anak berambut kemerahan

"Diam kalian semua, dia memang gendut tapi lucu tau" Yoongi tidak terima, ia meremas pipi gembul ku bak squishy untuk membuktikan ucapannya

"Astaga! Aku ingin juga..." pekik beberapa teman perempuanku

"Berhenti mengejeknya, dia gendut karena bisa membeli makanan mahal. Tidak seperti kalian semua" ledek Yoongi balik

"Beraninya kau, Yoongi" salah satu dari mereka tersulut emosi

"A-aah aigooo... hentikan ini sakit!"

Tidak, itu bukan jeritan Yoongi. Melainkan diriku yang meringkuk di pojok sana tengah mengaduh kesakitan akibat ulah para gadis kecil yang berebut meremas pipiku. Tidak hanya itu,  lengan dan perut buncitku juga jadi sasaran mereka untuk diremas.

"Yoongi tolong aku!" pekikku

"Yaaak yaak! Minggir kalian, jangan ganggu Joonie ku" Yoongi mendelik tak suka pada beberapa gadis tersebut, ia memelukku posesif sebagai tanda kalau dia melindungiku

.......

Dari luar, aku terlihat seperti anak yang bahagia. Orang-orang mengiranya begitu karena aku adalah putra tunggal Sandara Kim, seorang novelist terkenal dimana buku-buku keluarannya selalu jadi best seller di Korea. Mama sangat menyayangiku, tak kuasa menolak setiap keinginan putra kecilnya hingga tak sadar, ia telah menyebabkan diriku menjadi obesitas seperti ini.

Tapi dibalik kebahagiaan palsu ku, sejak kecil aku sudah merasakan derita orang tua yang bercerai. Sandara Park dahulunya menikah dengan Kim Seunghyun, pria itu lah ayah biologis ku.

Adanya orang ketiga merupakan masalah klasik yang dialami setiap hancurnya rumah tangga, begitupun yang dialami antara Seunghyun dan Sandara, Papa ku telah menjalin asmara dengan mantan kekasihnya dulu saat Mama sedang sibuk seminar sana-sini. Tapi lama-kelamaan, rahasia yang disembunyikan Papa terbongkar juga. Mama kecewa sekali dan bahtera rumah tangga mereka berakhir karena hal tersebut.

Tidak hanya faktor orang ketiga, Papa langsung menyetujui gugatan cerai yang dilayangkan Mama karena dia tahu, Mama mengidap kanker panyudara stadium 2. Dia jelas tidak mau memiliki istri pesakitan, lagipula pernikahan mereka dulu terjadi karena keterpaksaan. Dia hanya menjadikan Mama sebagai pelampiasan setelah ia putus dengan mantan kekasihnya.

Aku mungkin mengerti kondisi Mama Papanya yang berpisah, tapi Mama menyimpan sendiri fakta kalau dia sedang mengidap sebuah penyakit. Dia berencana akan memberitahuku ketika aku sudah menginjak usia 17 tahun.

Dalam jeratan penyakitnya tersebut, Mama selalu bersikap seolah baik-baik saja. Ia tetap bekerja giat dan menabung untuk biaya pendidikan ku kedepannya. Sisanya mungkin untuk biaya pengobatannya selama ini yang lama-kelamaan menguras banyak uang.

Terkadang Sandara menyesali takdir hidupnya

Tapi ia bersyukur, Tuhan masih mengirimkan aku dalam hidupnya. Si kecil pembawa kebahagiaan.

.

.

.

(Apalah artinya hanya sekali menekan bintang di pojok kiri bawah, seorang penulis bahkan butuh waktu berhari-hari untuk menemukan ide dan mengetiknya)

[END] Sampah Masyarakat -NamgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang