Chapter 32

184 34 0
                                    

***

Hujan membasahi bumi. Butir-butir air sebesar biji kacang terus menghantam tanah kering yang mengeluarkan aroma petrikor. Di atas sana, awan kelabu dengan sedikit kilat menyambar membentuk garis asimetris bagai ranting pohon tanpa daun. Seperti bulan ini, yang telah memasuki musim gugur. Dimana daun berguguran—menggundul tak lagi indah—namun di situlah letak keunikannya. Perempuan itu masih asyik mengulurkan tangan di jendela kamarnya. Terhitung, sudah sejak tadi pagi ia berdiri, berpegangan pada bingkai kayu jendela kamarnya, guna merasakan tetes demi tetes air hujan menghujani telapak tangan mungilnya. Beberapa kali, senyum serta mata berbinarnya terekam jelas di mata Jin young yang memerhatikan So hyun yang berdiri tak jauh darinya. Sepertinya, wanitanya itu menyukai sensasi sebeku es batu dalam genggam tangannya.

"Mau sampai kapan?" Perempuan itu terkesiap, kemudian tersenyum lembut ke arah Jin young. Di tangan pria itu, telah ada segelas susu coklat hangat. Sengaja ia buat untuk So hyun.

"Sampai aku merasa puas," jawab So hyun meraih gelas kaca dari Jin young yang sudah menyesap kopinya.

"Kau tidak kerja?" So hyun bertanya, setelah meminum setengah susu hangatnya. Matanya melirik jam dinding, harusnya di jam seperti ini, suaminya itu telah ada di kantor. Bodohnya, ia baru menyadari itu.

"Aku bosan." Jin young menghela napas. "Ternyata jadi pekerja kantoran, melelahkan juga. Aku tidak bisa membayangkan kalau harus bekerja terus menerus."

"Kau boleh berhenti kalau mau."

Jin young menggeleng pelan, membawa So hyun agar duduk di kursi dekat jendela. "Kalau aku berhenti, aku takut jadi pengangguran. Lagipula aku hanya merasa bosan ... aku mengambil libur."

So hyun tergelak. Lantas meraih tangan Jin young yang masih menggenggam secangkir kopi. Meletakkan pelan, kemudian menyeret lelakinya itu menuju laci riasnya. Jin young yang tidak mengerti hanya menurut saja, sampai sebuah amplop putih berlogo rumah sakit terulur di depannya. So hyun tampak mengisyaratkan agar Jin young membukanya. Ada raut bahagia yang terpancar dari wajah So hyun.

Berangsur, tangan Jin young mulai membuka amplop tersebut. Jantungnya terpacu ketika menyadari terdapat tulisan dalam selembar kertas yang terlipat rapi di dalamnya. Sekali lagi matanya menatap So hyun, entah dari mana, hatinya kini mulai gusar hanya karena benda tipis persegi panjang itu. Netranya lambat-lambat membaca baris demi baris kalimat yang tertera sampai sebuah kata yang tercetak miring membuat Jin young membulatkan mata lebar-lebar.

Jin young memandang So hyun, yang kini tengah memeluknya erat. "Jin young, terima kasih! Aku sangat bahagia." So hyun kian merapatkan tubuhnya, lantas berjinjit senang, memberi kecupan di bibir Jin young yang masih tampak syok.

"Tidak. Ini pasti salah!" tukasnya tiba-tiba, sambil menunjuk lembar putih tersebut.

"Apa maksudmu Jin young?" tanya So hyun begitu lirih.

"Kau tidak sungguh hamil, kan? Katakan padaku So hyun, katakan padaku hasil ini tidak benar!" Jin young menggeleng kuat, seakan yang dibacanya barusan tidaklah benar. Tangan kukuhnya pun tanpa sadar meremas hasil laboratorium itu.

"Jin young...." panggil So hyun. Hatinya mulai berkedut sakit. Ia tahu, Jin young tidak akan setuju, namun yang tidak pernah ia sangka, reaksi Jin young yang membuatnya kecewa.
"Kau tidak senang?" tanyanya parau.

"Bagaimana bisa aku senang? Kau tahu risiko apa yang akan terjadi jika kau mengandung. Tapi, kenapa .... Arrgghh!" Pria itu menjambaki rambutnya. Jujur ia ingin marah saat ini juga. Tapi Bagaimana dengan So hyun? Ia tidak akan mampu melampiaskan kegundahannya di depan istrinya yang telah berkaca-kaca menatap dirinya.

I am Here, With You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang