Chapter 01

1.5K 102 5
                                    

"I just want to be free. Free from this dreadful prison."

***

Sebuah mobil sedan hitam mendarat mulus, terparkir rapi di halaman luas yang sebagian telah terselimuti salju putih. Sapuan udara dingin menerbangkan daun yang telah gugur. Begitu kencang hingga sanggup menggiring butir salju yang jatuh berpindah ke lain arah. Sepasang kaki panjang turun dari jok belakang yang terlebih dahulu dibukakan supir dari sang majikan. Seorang pria tinggi berahang tegas kisaran empat puluh tahunan itu melangkah masuk, menjejakkan kaki ke dalam rumah yang terbilang megah nan mewah.
Pintu terbuka lebar-lebar, para pelayan yang khusus dipekerjakan di rumah besar itu menyambut baik kedatangannya—membungkuk bergantian—saling tunduk memberi hormat.
Seorang pelayan senior datang. Membantu melepas mantel hitam tebal berbahan wol yang dikenakan sang Tuan. Mengantungnya pada tempat gantungan pakaian di sebelah lemari besar dekat pintu utama. Beberapa mengikuti langkahnya yang angkuh, senada dengan raut tegas yang selalu diperlihatkannya pada orang-orang.

"Cukup sampai di sini!" Ia memberi titah. Sekejap beberapa mengangguk meninggalkannya. Kecuali sang pelayan senior yang tetap setia berada di samping kanannya.

"Sudah kau pastikan semuanya?" Ia bertanya tanpa menoleh.

"Sudah, Tuan."

"Bagus. Sekarang pergilah."

Pelayan itu membungkukkan badan, kemudian pergi sesuai instruksi tuannya.

Dia berdiri di depan sebuah ruangan. Pintu besar terbuat dari baja itu masih kokoh. Pria itu tersenyum menyeringai, sebelum mendaratkan tangannya di atas fingerprint. Sebuah alat yang khusus dipasang untuk melindungi sesuatu yang berharga di dalam sana. Cukup beberapa detik untuk mesin biometrik itu memindai sidik jarinya. Pintu terbuka, gegas melangkah memasuki ruangan yang dipenuhi alat-alat canggih yang berkenaan dengan peralatan medis.

▪▪▪

Pov 1

               
Tap-tap-tap

Suara langkah kaki itu kian mendekat, aku mendengarnya hingga bunyi pintu ruangan yang kutempati ini terbuka pelan. Sangat pelan, seolah ia takut membuatku terganggu.

"Bagaimana kabarmu hari ini?"

Aku berdecih dalam hati. Suara yang kubenci datang tanpa permisi. Mengusik fondasi ketenganan yang baru kubangun hari ini. Lagi-lagi orang itu, sejujurnya aku sudah jengah mendengarnya menanyakan hal yang sama tiap harinya. Kabar? Perlukah aku mengutuknya sekali lagi! Demi apa pun, itu adalah pertanyaan terbodoh darinya.

"Hari ini pertama salju turun. Bukankah kau sangat menyukainya?"

Dia bertanya lagi. Nada suaranya yang mengejek, untuk kesekian kalinya berhasil membangunkan amarahku.

"Ck ...!" decaknya sembari tangan yang mulai mengeriput itu membelai rambutku. Sungguh aku tidak suka ini. Apa yang bisa kulakukan untuk melemparnya jauh-jauh dari sini?"

"Sayang sekali, untuk tahun ini ... kau tak bisa melihat indahnya salju berjatuhan. Bahkan untuk dapat merasakan embusan angin dinginnya pun kau tak sanggup. Kim So Hyun yang malang, tetaplah menjadi mayat hidup untukku. Tidak sulit, kan? Ah, seandainya saja aku tak membutuhkan dirimu, sudah dari dulu aku memusnahkanmu, Anak manis."

Kalimat bisikan yang terdengar di telingaku penuh penekanan itu meluncur bebas dari mulutnya tanpa merasa berdosa sedikit pun. Bahkan aku masih bisa menangkap kekehan yang menjijikkan itu lepas dari bibirnya. Apakah aku kurang ajar dan tak punya sopan santun? Ya, aku mengakuinya ... tapi untuk makhluk satu ini, persetan aku sudah tidak peduli.

I am Here, With You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang