Chapter 36 {Ending}

433 45 23
                                    


***

"Walaupun perpisahan terasa amat berat, semanis dan sepahit apa pun itu adalah konsekuensi dari tiap perjumpaan. Ketika aku mendapatkanmu, maka aku harus siap juga untuk kehilanganmu."

:::::::::

"Tatap aku, So hyun. Untuk kali ini saja, aku mohon!"

Air mata tak dapat lagi kubendung, tidak ada yang bisa aku lakukan selain memohon padanya. Mengais-ais asa yang tersisa meski semua sia-sia belaka. Kupegang pipinya yang juga telah digenangi air mata. Aku sadar, kondisi So hyun tidak memungkinkan, mungkin saja ini akan jadi perpisahan bagi kami. Tapi bolehkah aku berharap sekali lagi? Ini berat. Berat untuk melepasnya pergi jauh.

"Kau masih mendengarku? So hyun... jangan begini, aku masih membutuhkanmu," pintaku berbisik lembut ke telinganya.

Kurasakan cengkeramam tangan lemah yang dipenuhi bekas tusukan jarum suntik itu meremas bajuku, meninggalkan jejak berkerumuk. Dia meringis kesakitan, meringkuk butuh topangan dalam kepayahannya.

Aku termenung, mengelus punggung rapuhnya. Menyadari keegoisanku, betaga besar egoku yang menginginkan So hyun bertahan tanpa tahu rasa sakit yang selama ini mendera dirinya. Aku merasa buruk, abai, tidak memikirkan apa saja yang ia pertaruhkan untuk tetap di sisiku.

Dengan susah payah, dari sisa tenaga yang dipunya, kulihat So hyun berangsur membuka pelopak matanya. Mata bulatnya terbuka sedikit demi sedikit, bergerak lamban menyesuaikan cahaya. Bibirnya bergetar namun tetap memaksa membentuk lengkung senyuman. Ia menemukan wajahku, wajah yang terlihat menyedihkan, kurasa. Meski matanya tidak berfungsi normal lagi, So hyun tahu betul diriku kini menangis, aku melihat ke arahnya dengan tatapan sakit.

"Aku melihatmu, Jin young," desisnya semakin memelan. Tangan kirinya bergerak merayap naik, menghapus bulir yang meluncur mengaliri kedua pipi ini.

"Jangan menangis!" lirihnya.

Aku menggeleng, bukannya berhenti, tangisku semakin menjadi. Usapan pelannya tetap tak mampu menahan laju aliran air mataku yang menderas sejak tadi.

"Aku mencintaimu."

Kueratkan pelukanku, "aku juga. Aku sangat mencintaimu."

So hyun kembali tersenyum. Kali ini lebih lama, ia menatapku tanpa suara. Sangat dalam dan menghanyutkan, penuh arti. Sesekali netranya terkatup, aku berdengu tak teratur, aku tahu dia berusaha melawannya. Wanitaku yang keras kepala, dia terus bertahan tak mau mengalihkan pandang. Kami terus beradu, bersitatap.

"Ingatlah wajahku hari ini, Jin young. Aku tidak apa-apa. Ingatlah tentang senyuman ini, senyum sederhana yang aku harap mampu mengurangi bebanmu ..." Ucapan So hyun terjeda, di bawah selimut, tangannya bergetar. "Maaf, aku tidak bisa selalu bersamamu. Carilah penggantiku, kau berhak memiliki wanita yang jauh lebih baik dariku, Jin young. Seseorang yang bisa berdiri di sampingmu. Terus bisa mendampingimu."

Lagi-lagi aku menggeleng kuat. "Kau tak akan pernah tergantikan. Di hatiku, cukup kau seorang. Hanya Park So Hyun, tidak ada yang lain," tekanku sungguh-sungguh.

So hyun yang kulihat terus memberikan senyumannya. Sangat lebar—begitu tulus—dan aku sendiri tidak kuat.

"Apa kau sangat mengantuk?" tanyaku sesenggukan. So hyun berdeham, nyaris tanpa suara.

I am Here, With You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang