Chapter 29

218 37 0
                                    

--

Hujan rintik mengguyur sebagian wilayah perkotaan. Bisik gerimis terus menghujam tanpa permisi sejak pagi buta hingga siang menjelang. Di sebuah pusat perbelanjaan, aku tak berhenti mengomel pada sahabatku, Kang Min Hyuk. Sedari tadi mulutku terus mengoceh disebabkan Min hyuk menumpahkan kopi ke busana pengantin yang akan aku kenakan lusa nanti. Aku akui, Min hyuk sendiri sudah meminta maaf atas keteledoran yang ia buat. Walau aku sadar, Min hyuk tak sengaja melakukannya, aku tetap tidak terima, bukan karena aku marah ... hanya saja, mengerjai dokter muda itu sepertinya sangat menyenangkan. Aku tertawa keras dalam hati memperhatikan wajah kusutnya.

Dari bilik ruang ganti. Aku melihat ibu keluar, lantas menghampiri kami berdua. Matanya memicing kala melihat noda pada jas putih yang kupakai. Matanya menyiratkan rasa penasaran, dahinya mengeryit, beberapa lipatan tipis terbentuk di sana. Sampai sentilan nakal mendarat di telinga kananku. Kontan saja aku memekik nyaring hingga beberapa orang menoleh ke arahku, termasuk para pelayan butik yang kami kunjungi. Yang jelas aku, Park Jin Young, tidak peduli—sekarang perhatianku hanya tertuju pada ibu yang tengah memasang wajah garang, seolah bersiap menelanku hidup-hidup.

Kuteguk air liurku dengan sekuat tenaga. Dahaga, entah sejak kapan tiba-tiba muncul membuat kerongkonganku kering kerontang tanpa pelumas. Benar-benar serat. Kulirik sisi kananku, menatap gahar Min hyuk yang diam-diam tertawa cekikilan.

"Kalian berdua memang biang onar!" ibu berdecak, kaki kanannya menghentak lantai beberapa kali sebelum desahan letih menguap dari mulutnya. "Yasudah, ambil jas ini. Ibu akan mencucinya di rumah," ucapnya yang kemudian menghampiri salah satu pegawai butik.

Aku melirik Min hyuk yang terdiam. Sejurus kemudian, ia berdiri dari kursinya menyusul ibu, entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas, raut wajah ibu terlihat sumringah ketika Min hyuk membisikkan sesuatu ke telinganya. Mungkin saja, Min hyuk merasa bersalah karena jas yang kupakai telah kotor, dan kurasa ia tengah berbaik hati membayar setengah harga seperti di serial telenovela yang aku tonton dulu.

Aku segera melepas jas putih ini. Menyerahkannya pada ibu yang lantas memasukkan barang tersebut ke sebuah kantong kardus yang memiliki tali bersimpul di atasnya. Kami bertiga pulang, diantar Min hyuk. Selama perjalanan pulang, aku bercerita banyak hal pada mereka berdua, termasuk So hyun yang menerima lamaranku bulan lalu, disaksikan Bibi Ji Hyeon dan Paman Kim yang telah bebas dari penjara. Aku terlalu bahagia, sampai-sampai tidak sadar jika aku terus berbeo, menebar senyum selama setengah jam lebih di dalam mobil berpenumpang ini.

"Mau sampai kapan kau duduk di sana Jin young-ssi?"

Aku terlonjak dari bangku. Kulihat Min hyuk tertawa, tak hanya lelaki itu, ibu pun sama. Lagi-lagi aku harus jadi bahan tertawaan mereka yang sepertinya tidak akan puas menjadikan diriku bahan ejekan. Jika sudah begini, hanya So hyun yang kubutuhkan. Gadis itulah yang paling mengerti, yang selalu membelaku. Ah, tiba-tiba saja aku jadi merindukan dirinya. Padahal baru kemarin aku menemuinya. So hyun memang selalu bisa membuatku tidak berpaling darinya.

"Setelah ini kau langsung ke rumah sakit kan?" aku memilih bertanya, sesaat setelah ibu turun dari mobil. Min hyuk sekilas mengangguk kecil, "kau pasti ingin ikut. Mengakulah Park Jin Young! Aku sudah hafal gelagatmu."

"Kau memang pengertian. Boleh, ya?" kukerlingkan sebelah mataku, menaik-turunkan alis tipisku ini menunggu jawaban keluar darinya. Sebisa mungkin aku berusaha membujuk Min hyuk, karena minggu lalu aku gagal menggodanya.

"Ya, baiklah."

"Secepat itu?" tanyaku tak yakin.

"Sekalian ada yang ingin dibicarakan ayah denganmu," katanya lagi.

Aku terdiam, merasakan pergerakan benda beroda ini mulai berjalan meninggalkan halaman rumahku. Aku memperhatikan Min hyuk yang fokus menatap jalan di depan yang tak lagi terhujani. Mataku jelas menangkap raut gelisah di wajahnya, entah karena apa. Akhir-akhir ini juga seperti itu. Kerap kali, wajah pria itu berubah murung jika aku sudah membahas tentang So hyun. Aku memilih diam mengamati jalanan yang ramai. Membiarkan Min hyuk fokus menyetir, daripada terjadi hal yang tidak diinginkan.

I am Here, With You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang