Chapter 27

274 42 11
                                    

--

Pria bermarga Park itu berlari sekencang mungkin melewati kerumunan orang yang berlalu lalang di jalan. Ia segera menyetop taksi yang lewat, mengabaikan segala macam umpatan yang keluar dari para manusia yang ditabraknya. Taksi melaju, mengantarkan dirinya ke tempat yang ia tuju. Jarinya terus mengotak-atik layar smartphone pribadinya, berselancar maya pada hot topic yang terus dimuat dalam berbagai artikel. Raut wajah cemasnya, dominan menghias wajah tampannya yang jelas menunjukkan rona kegelisahan. Bola matanya hampir keluar, mengamati satu persatu foto yang beredar di beberapa laman berita utama. Memperlihatkan tubuh mungil perempuan Kim itu tergolek di tengah pidato penyambutannya.

"Sudah sampai."

Terlalu fokus pada bacaannya, Jin young baru sadar jika ia telah tiba di tempat tujuannya. Matanya melihat argo yang terdapat di depan dasbor taksi yang ditumpanginya. Dengan lincah, jarinya membuka aplikasi yang terhubung menggunakan passcode dan membayarnya.
Jin young segera turun, menapaki area rumah sakit besar HaeSang dengan tergopoh-gopoh, mencari nama seseorang yang tak lain adalah So hyun. Setelah mendapat informasi dari petugas resepsionis, ia semakin mempercepat langkahnya menuju bangsal tempat wanita itu berada.

Langkahnya memelan ketika ruangan yang dicarinya sudah berada di depan mata. Jin young membuang napas berkali-kali, ketika keraguan mulai menderanya. Apakah boleh ia melakukan ini, menemui So hyun yang sudah jelas-jelas tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya. Ia mendesah letih, apa itu berarti perjuangan untuk sampai ke sini juga akan sia-sia? Karena kegilaannya yang masih terlalu peduli pada So hyun, membuat Jin young rela membiarkan kesempatan emas lewat. Hatinya tak akan bisa bohong jika dirinya masih sangat menyayangi So hyun.

Perlahan ia sedikit mendekatkan tubuhnya, berdiri tepat menghadap pintu kamar inap tersebut, tangannya sudah bersiap membuka, sebelum suara percakapan dari dalam membuatnya batal.

"Ayah sudah lelah menasihatinya. Kau, tolong bujuk dia agar segera menjalani pengobatan. Ayah takut akan terjadi hal yang lebih buruk dari ini–kemungkinan terburuknya adalah ... kau tahu kan apa akibatnya?"

"Ya, aku mengerti. Aku akan berusaha membujuk So hyun."

Ha Jung maupun Min hyuk sama-sama mengangguk. Jeong Ho tersenyum sekilas mendengar jawaban menantunya.

"Ayah tinggal dulu. Beri tahu ayah juga kalau Nona sudah siuman!" Pamit meninggalkan ruangan. Saat itu juga, Jin young spontan berbalik, bersembunyi di balik sekat dinding mengetahui Dokter Baek keluar.

"Sungguh sangat keras kepala."

Ha Jung bersedekap, memandangi So hyun yang bukan kali pertama kolaps, perempuan itu bahkan sudah terlalu sering bolak-balik rumah sakit dalam keadaan pingsan.

"Berapa kali aku bilang padanya, tapi dia masih saja bertindak semaunya. Awas saja kalau dia bangun nanti, akan aku buat dia kapok!" Ha Jung berdecis, nada bicaranya sedikit bergetar ketika mengucapkannya.

"Jung-ah, tahan emosimu!" peringat Min hyuk yang berdiri mendekapnya. Apalagi istrinya itu tengah hamil muda.

"Ya, aku paham, Dokter Kang!" balasnya cemberut.

Karena So hyun tak kunjung membuka mata, mereka berdua memutuskan untuk pergi. Jin young yang masih setia pada posisinya, perlahan masuk ke dalam. Matanya menangkap sosok perempuan yang terlihat makin kurus dengan banyaknya peralatan medis yang melekat di beberapa anggota tubuhnya, ditemani bunyi monitor detak jantung.

"Apa yang kau sembunyikan dariku, Kim So Hyun?" batinnya bertanya-tanya.

Jin young duduk pada kursi di tepian ranjang. Matanya mengamati So hyun yang terpejam, keringat nampak mengalir di wajah pucatnya. Tangannya terulur, mengusap cairan tersebut, sangat pelan agar So hyun tak merasa terusik. Selama satu jam lamanya, lelaki itu tak berpindah. Atensinya fokus menatap pada satu objek, Kim So Hyun yang entah sedang bermimpi apa. Wajah gadis itu benar-benar terlihat damai, meski tidak mampu menutupi raut lelahnya.

I am Here, With You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang