Chapter 35

214 35 17
                                    


***

Hari-hari keluarga kecil itu berisi kebersamaan, sebuah jalinan hangat yang berangsur terus-menerus tiada henti. Kehadiran Young hyun, putra kecil mereka menambah keharmonisan yang kian terjaga. Tidak ada alasan bagi keduanya untuk tidak bersyukur. Young hyun membawa semangat bagi So hyun untuk terus berjuang demi bisa membesarkan dan merawat anaknya bersama Jin young.
Seperti hari ini, Keluarga Park, menghabiskan waktu senggangnya di rumah. Bermain bersama Young hyun yang tak mau diam dan terus mengoceh dalam pangkuan sang Ibu. So hyun sampai kewalahan, menggendong tubuh putranya yang makin berisi di usia tumbuh kembangnya. Sedari tadi Jin young usil, tidak mau berhenti menjaili Young hyun. Melakukan berbagai gerakan aneh yang memancing gelak tawa riang bocah satu tahunan itu.

Jin young masih tak mau menghentikan aksinya, membombardir Young hyun dengan leluconnya sampai Young hyun benar-benar lelah tertawa.

"Sudahlah, Jin young. Kau tidak kasihan melihat Young hyun?" So hyun berseru menyudahi kegiatan Jin young.

"Bocah ini sangat menggemaskan, pipinya yang gembil ini ... kenapa dia makin lucu!"

Bukan Young hyun, melainkan So hyun yang spontan terkikik karena ulah Jin young berhasil mengundang gelak tawanya. Sepertinya benar, Jin young memiliki bakat menjadi komedian.

"Aku memang lucu, itu sudah jadi bakat alamiku." Jin young berpongah, membanggakan diri.

"Iya, aku percaya dan aku tidak ingin Young hyun ketularan virusmu!" sahut So hyun bersiap melangkah, membawa Young hyun pergi.

Jin young segera menahan. Mendudukkan kembali So hyun di sofa. "Woah, Nyonya Park berani sekali mengataiku?"

"Kenapa tidak?" So hyun balik menantang.

"Appa, papapaaa..." Young hyun yang tidak mau kalah, ikut menimpali disertai tepukan tangan mungilnya.

"Young hyun pasti ingin menjadi seperti Appa kan? Lihat, dia saja memanggil Ayahnya."

"Kata siapa, dia sedang mengejekmu tahu!"

"Benarkah begitu?"

"Kau pasti mengajarinya yang bukan-bukan. Katakan apa yang kau lakukan pada Young Junior?"

"Jangan mulai!" putus So hyun, dengan wajah mendatar. Mengakhiri debat kekanakan mereka.

Pria itu merengut. Istrinya memang sedang tidak mood diajak bercanda. Ia terdiam sejenak, melihat So hyun yang mulai menyusui Young hyun. Tertawa banyak, mungkin membuat sang anak kehausan sampai menarik-narik baju atasan So hyun. Senyumnya melebar, melihat Young hyun begitu rakus menyesap puting Ibunya-meneguk asi dengan mata yang memberat, mulai mengantuk.

So hyun yang merasa diperhatikan menatap balik manik mata Jin young. "Kenapa melihatku seperti itu? Ada yang aneh?"

Jin young menggeleng cepat. Mengelus surai tipis So hyun. "Demi bisa menyusui Young hyun, kau rela menghentikan kemoterapimu. Ini sudah berjalan setahun lebih, sejak kau mengandungnya ... tolong jangan korbankan dirimu lebih jauh lagi."

"Aku ingin dia tumbuh sehat. Aku tidak ingin dia sakit-sakitan seperti Ibunya. Dia harus lebih kuat dibanding aku. Jin young, aku sangat bersyukur Tuhan memberiku hidup. Hingga di detik ini kau lihat, aku masih bernapas dan duduk di sampingmu, masih bisa tersenyum bahkan tertawa tanpa beban. Itulah hidup yang kumau sejak dulu. Aku memang orang yang egois, sangat keras kepala.

"Seumpama pilihanku ini berakibat fatal bagi kehidupanku di hari berikutnya, baik itu besok, lusa, dan di hari yang lain, aku tidak akan menyesal, tidak akan pernah. Demi Young hyun dan dirimu, aku akan bertahan selama mungkin. Jadi jangan merasa bersalah. Aku benci ketika mendengarmu mengatakan 'ini salahku' seolah semua yang terjadi karenamu. Bukan kata-kata semacam itu yang ingin aku dengar."

I am Here, With You ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang