"Tante Aima?"
Aima dengan kursi roda dibantu pembantu dirumahnya untuk mengantarnya kerumah Bilah. "Boleh tante masuk sayang?"
Bilah mengangguk senang dan membuka pintunya lebar. "Boleh boleh!" Bilah mengambil alih untuk mendorong kursi roda milik Aima, "tante, Bilah ambilin makanan ya."
Setelah Bilah kembali. Aima memandang Bilah dengan tersenyum. "Gak kangen sama tante? Gak mau peluk?" Bilah langsung menghamburkan pelukan ke Aima. "Bilah kangen sama tante."
"Kamu sih gak pernah main kerumah. " Bilah hanya tersenyum. "Main dong kerumah meskipun Bilah udah gak sama Dirga lagi ya."
Aima menundukan kepalanya. "Maafin Dirga ya Bilah. Tapi meskipun gitu, kamu harus tetep mau dong main kerumah jenguk tante."
Bilah mengangguk mengiyakan. "Pasti tante, tapi lain kali ya. Bilah gak bisa kalau sekarang."
"Em.. orangtua Bilah kemana?" tanya Aima yang membuat Bilah kaget dan tersenyum. "Bil--Bilah gak tinggal sama orang tua Bilah tante. Mereka udah berpisah."
Aima kaget langsung menyentuh pundak Bilah. "Orang dewasa pasti tau mana yang terbaik sayang. Kamu yang sabar ya. Maafin tante nanya gini."
"Gak masalah kok tan. Udah lama juga."
"Terus Bilah ikut siapa tinggal disini?"
"Bilah ikut papa. Tapi papa udah tinggal sama keluarga barunya dirumah lain. Jadi Bilah sendiri disini, tapi temen Bilah sering kok datang kesini," ucap Bilah. Aima yang mendengarnya sontak kaget. Bagaimana gadis seusia dia sudah mengalami hal menyedihkan seperti ini? Aima baru tahu, gadis seceria Bilah bisa memiliki masalah seperti ini. Dunia begitu kejam. Tetap saja dimata Bilah, seisi dunia adalah hal yang terbaik.
"Kamu boleh kok tinggal sama tante Bilah." tawaran Aima membuat Bilah tersenyum, Bilah menggeleng menolak ajakan Aima. "Enggak bisa tante. Disini banyak kenangan Bilah. Tante gausah khawatir."
Aima mengangguk mengerti. Aima berfikir, jika segalanya yang terlihat belum tentu terlihat. Contohnya saja Bilah. Awal kali Aima melihat Bilah ia begitu ceria, tapi siapa sangka dibalik semua itu kesedihan menumpuk ingin mendesak keluar. Ditambah lagi anaknya, Dirga telah membuat Bilah sakit hati. Aima tau hal ini dari seseorang, dan sangat tidak penting itu siapa. "Bilah.. masalah Dirga, tante minta maaf sekali lagi ya. Tante bener gak tau dia bisa kayak gitu. Tante harap kamu gak benci sama tante ya."
Bilah menggeleng tersenyum dan memeluk Aima. "Mana mungkin Bilah benci sama tante." Bilah tersenyum dalam dekapan Aima. Andai saja yang bisa ia peluk seperti ini adalah Arini, mama Bilah. Sudah pasti Bilah lebih bahagia. Bilah meneteskan air matanya, ia sungguh rindu dengan mama-nya. "Bilah kenapa nangis sayang?"
Bilah menggeleng dan menghapus air matanya sambil tertawa. "Enggak kok tan, Bilah cuman kangen mama aja."
Aima hanya bisa menghembuskan nafas dan menakup wajah Bilah. "Denger Bilah, tuhan gak pernah tidur. Mana yang terbaik buat kamu, apa yang kamu alamin semua akan berbuah. Jika tidak, kamu akan mendapatkan kebahagiaan ditempat lain sayang. Kamu harus kuat ya?" Bilah hanya mengangguk dan kembali memeluk Aima.
****
"Dari taruhan kemarin, gue yang menang. Gue yang bisa dapetin Bilah. So, Putri sekarang sama gue," ujar Dirga dengan mata tajamnya pada laki-laki di depannya."Terus?"
"Artinya lo kalah! Lo jauhin putri sekarang Jer," ucap Dirga.
"Oke, karena kita bersaing secara sehat."
"Tapi denger Dir, kalau lo macem macem buat Putri sakit. Saat itu juga Putri gak berhak jadi milik lo!" ucap Jerry mengangkat telunjuknya ke wajah Dirga. Kalian masih ingat Jerry? Laki-laki tetangga Bilah yang selalu mengirimkan Bilah berbagai hadiah. Ternyata itu salah satu cara agar mendapatkan hati Bilah. Sayangnya, Dirga lah yang menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISAPPEARED [COMPLETE]
Teen FictionRanaya Sabilah, seorang gadis korban perceraian orangtua dan tinggal sendiri di apartment. Dia berumur 16 tahun yang memiliki 2 sahabat cowok sejak kecil. Mereka adalah Kelvin dan Mario. Kelvin dan Mario memiliki hobi khusus. Apalagi, jika bukan men...