Chapter 11 : Kiss?

6.3K 448 50
                                    

Happy Reading

Hatiku memutuskan kamu, perasaan ini melambai rindu memanggil empunya. Dan kini hanya hanyut tenggelam takkan siap memanggil tuannya.
-RayanahS

Putri tertawa sumbang. "Gue lihat sendiri!"

"Tapi kita--" belum sempat Cakra mengucapkan kata-katanya seorang perempuan datang dan menggenggam tangan Cakra. "Gue cewek barunya. Kenapa? Syirik?"

Putri berlari entah kemana dan Bilah mengejarnya. Cewek yang menggenggam tangan Cakra itu tersenyum sinis. Dia Thalia. Si Gadis licik.

***

Dirga menghisap chocolate panas yang ia pesan. "Gue gak tau sampai kapan. Gue bakal usaha."

Perempuan satunya lagi tertawa menyeringai menepuk punggung Dirga. "Aku gak yakin kamu bisa Dirga."

"Lo gak tau gue. Gue bakal dapetin apa yang gue mau dari dulu!" ujar Dirga.

"Imbalan dari taruhan itu juga sangat berarti buat gue. Gue bakal menangin tantangan itu demi lo! Demi gue bisa dapetin lo," -Dirga menghela nafas dan menggenggam tangan gadis itu- "Karena gue sayang sama lo."

"Kamu yakin? Kamu yakin bakal tega ngelukain hati Bilah? Bukankah dia mengingatkanmu akan adikmu? Apa kau yakin?" tanya gadis itu.

Dirga mengangguk. "Adik gue udah pergi. Bilah gak mirip sama adik gue. Gue cuman mau lo."

"Gue yakin bisa ngalahin cowok itu dengan tantangan yang lo beri. Gua bakal berjuang demi lo."

Perempuan itu memunduk. "Maaf Dir, mungkin aku terlihat jahat. Tapi ini semua aku lakuin karena aku gak tau siapa yang aku cintai sebenernya. Kamu atau dia? Aku gak tau," ujar gadis itu.

"Aku pakai Bilah karena---"

"Kar-karena Bilah udah ngambil sesuatu dari aku."

"Gue bisa ngerti. Lo harus tunggu gue. Beri gue kesempatan," ujar Dirga lagi.

"Dan gue gak peduli sama Bilah sama sekali," gumam Dirga lagi. Dan gadis itu tersenyum.

***

Bilah melangkahkan kakinya menuju rumah itu lagi,  rumah mamanya. Ia sangat merindukan mama-nya. Entah kapan terakhir kali Bilah mendapat pelukan dan merasakan masakan mamanya. Rasanya itu cukup berkenang.

Saat masuk Bilah melihat mama-nya yang memeluk Rania bangga dan tertawa. Pasti mereka bahagia, pikir Bilah.

"Kamu memang andalan mama sayang," gumam Arini --Mama Bilah dan Rania--

"Mama! Gimana kalo kita liburan sebagai hadiah Rania? Ke Hawai mungkin?" ujar Rania.

Mamanya mengangguk tersenyum menarik hidung Rania, "Tentu sayang, kita memang kurang liburan bukan?"

Bilah berdehem untuk menyadarkan mereka, "Bilah? Ada apa kamu kesini? Oh, bagaimana dengan raport kamu?" tanya Mama-nya.

Bilah duduk disebelah kiri Arini, ingin sekali rasanya memeluknya seperti yang dilakukan Rania, "Em, raport Bilah lumayan kok ma, seperti biasanya."

"Mama rasa kamu harus belajar banyak seperti Rania." Bilah mengangguk mengiyakan karena memang sudah biasa Rania yang menjadi teladan.

DISAPPEARED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang