Chapter 13 : Berdua

5K 414 45
                                    

I'm Back!

Happy Reading!

Siang yang panas seperti ini sangat cocok jika minum es campur dan sepiring siomay dipinggir jalan. Apalagi jalan berdua dengan seseorang yang disukai, dibayarin pulah lebih nikmat!

"Dirga tau gak?!"

Dirga mengangkat alisnya tak mengerti? Kenapa kebanyakan manusia selalu mengatakan itu ketika ia sudah tau kalo lawan bicaranya belum tau jika ia tak memberi tahu? Lupakan!

"Enggak."

"Hehehe, Bilah cuman bilang kalo sekarang Bilah lagi senang."

Dirga tersenyum puas pasalnya Bilah harus suka dengannya dan membuatnya terluka agar ia bisa mendapat hati seseorang. Terdengar jahat, tapi jika berhubungan dengan cinta semuanya akan terasa egois bahkan jika itu menyangkut nyawa, pikir Dirga.

"Seharusnya lo tadi ikut gue ke restaurant yang baru buka disana. Tapi lo malah pilih makanan di tepi sini. Takutnya lo gak nyaman."

Bilah tersenyum dan meminum es campurnya dengan ekspresi puas, "Bilah lebih suka memulai segalanya dengan hal sederhana. Hal sederhana itu yang bisa berkenang nanti."

"Dirga tau gak? Kalo suatu saat kita pergi keluar, kita bisa nemuin sejuta makanan yang kayak di restaurant, tapi kita bakal susah nemuin makanan khas dari sini."

"Lagian,  makanan kayak gitu selain mahal juga rasanya gak bikin hati Bilah meleleh. Kalo disini kan bisa buat kenangan kalo kita udah jauh nanti."

Dirga mengangguk setuju, Bilah memang bukan mantan pacarnya yang memaksanya mencoba restaurant baru, "Oh iya Bil, gimana Jerry?"

"Jerry? Emm... Gak gimana-gimana kok. Kita teman."

Dirga mengangguk lega, "Lo kenapa gak suka Jerry? Dia baik sama lo."

Bilah tersenyum dan nyengir malu, "Hati bisa memilih tempatnya? Terdengar bagus, maka detik ini juga sakit hati akan menurun drastis. Tapi, kesetiaan juga akan semakin punah. Parah kan?"

"Kenapa bisa gitu?" tanya Dirga.

"Seandainya kita memilih seseorang untuk kita cintai, tetapi dalam suatu keadaan orang itu pergi maka dengan mudahnya kita akan memilih hati lain kan? Maka dari itu hati itu gak bisa memilih kemana kita melangkah. Mungkin itu kenapa pemikiran berasal dari dua pilihan. Hati dan otak."

Dirga menyuapi Bilah siomay-nya, tentu saja jantung Bilah tak bosan untuk bergetar. "Gue gak ngerti," ujar Dirga.

Bilah tersenyum polos menampakan gigi polosnya, "Bilah juga gak ngerti Bilah ngomong apa," ujar Bilah berbohong.

Dirga terkekeh mencubit pipi Bilah, "Dasar!"

"Terus kalau kisah cinta lo gimana Bil?"

"Bilah? Sayangnya Bilah malah suka sama orang yang gak suka sama Bilah. Hehehe."

Dirga mengangkat alisnya dan menatap Bilah lembut dan memegang tangan Bilah, "Gimana bisa tau kalo gua gak suka sama lo?"

Uhukk

Bilah tersedak, bagaimana bisa Dirga sefrontal itu dengannya.

Bilah menutup wajahnya malu, "Kenapa Dirga sejujur itu sama Bilah? Bilah kan malu."

"Apa yang lo suka dari gue?"

Bilah mengedikkan bahunya, "Gak tau! Tanpa alasan."

Bilah menatap Dirga intens dan mengetuk-ngetuk pelipisnya, "Dirga ganteng, putih, badannya bagus, pinter, matanya tajam, rambutnya keren, baik, lucu meskipun dingin, senyumnya manis, keringetnya berkilau."

DISAPPEARED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang