Chapter 18 : Wahana sendiri

4.3K 378 46
                                    


Happy Reading!

Mario datang ke kelas lebih dulu daripada Kelvin dan Bilah. Tak lama Kelvin datang dengan santai dan meletakan tas nya dibangkunya. Mario menatap Kelvin aneh, matanya mencari sosok lain. Mungkin saja akan sampai sebentar lagi. "Vin," panggil Mario.

Kelvin menatap Mario dan mengangkat alisnya untuk panggilan Mario. "Mana Bilah?" tanya Mario.

Pertanyaan Mario membuat Kelvin tertohok dan menegakkan duduknya, "Gue lupa kalo dia ada dirumah."

"Bego lo! Hari ini kita ada jam ke 0." cetus Mario sinis.

Kelvin menatap jengah Mario. "Gue jemput Selena tadi."

Tak lama suara kaki terdengar, guru yang terkenal galak seantero sekolah datang membawa buku ditangannya. Kelas mendadak hening. Suara sepatunya begitu legend. Jika tengah malam terdengar mungkin semua orang akan berpikir itu suara hantu kaki kuda.

Mario masih saja begitu khawatir. Ia membuang nafas jengah. Mana sih lo Bil.

"Buka bab 3, kalian buat analisis setelah itu presentasikan. Kerjakan sekarang juga. Yang maju pertama dapat poin plus 2," ujar guru itu sembari membuka laptop membuat murid begitu tegang dan mengerjakan tugasnya.

Suara kaki berlari mendekati kelas yang begitu hening. "Ma--maaf pak saya terlambat." Siapa lagi kalau bukan Bilah, datang dengan nafas yang tidak teratur dengan suara yang gemetar, bahkan dasi yang seharusnya menggantung rapi dileher malah masih berada di tangannya.

Guru itu, Pak Toni menatap Bilah sinis dengan pandangan yang tajam. "Kamu keluar sekarang, hormat ditiang bendera sampai jam saya selesei. Dasar anak jaman sekarang, dimana aturannya. Dasi cuman buat koleksi Ranayah Sabilah?"

Bibir Bilah gemertuk gemetar ditambah keringat yang mencucur di dahinya hanya sekedar untuk menjawab ucapan Pak Toni. "Ba--baik pak. Maafkan saya."

Bilah berjalan keluar kelas dan melakukan hormat menghadap ke bendera. Banyak yang memandangnya karena jam ini merupakan jam anak normal datang ke sekolah. Sayang nya pak Toni mengadakan kelas tambahan dikelas Bilah, dan sayangnya lagi kelas pak Toni akan berakhir pukul setengah sembilan. Itu sangat lama. Melelahkan.

"Apes banget dah pakek kesiangan, mana belum sarapan lagi," gumam Bilah cemberut.

Air mineral dingin menempel di pipi Bilah secara tiba-tiba. "Minum gih," ujar Dirga yang membuat Bilah tersenyum. Dirga begitu perhatian dengan Bilah. Bilah merasa beruntung ada Dirga sekarang.

"Gak usah Dirga. Cepet gih pergi, nanti Dirga dihukum juga."

Dirga menggeram kesal dan membuka tutup botol dan mengarahkan ke mulut Bilah pelan. "Cepet Bil, minum."

"Makasih."

Dirga berdiri disebelah Bilah dan melakukan hal yang sama dengan Bilah. Bilah terkaget, "jangan lakuin itu Dirga! Nanti Dirga malu." Ya, anak-anak begitu banyak menonton Bilah, karena ini jamnya anak datang kesekolah. Mengingat Bilah dihukum karena terlmabat kelas pagi.

"Kalo ada kesempatan berdua bareng pacar kenapa gak dipakek," ucap Dirga menenangkan Bilah, agar Bilah tak merasa sungkan. Bilah hanya diam dengan mata yang memejam mengurangi cahaya yang mulai panas menusuk mata.

Mereka berdua hanya diam merasakan hangat yang menusuk kulit. Sekarang sudah cukup lama. Sudah pukul 8. Bilah cukup lemas. Kurang setengah jam lagi. "Dirga gak masuk kelas?"

Dirga menggeleng, "lagian aku biasa bolos Bil. Lagian juga hari ini jam pelajaran gurunya gak galak kok, gak pernah absen juga."

"Bil, mau minum lagi?" tanya Dirga dan Bilah hanya menggeleng.

DISAPPEARED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang