BELI PERABOTAN

303 9 0
                                    

Setelah cek cok dingin dengan Putra, akhirnya Dasha memutuskan untuk mengambil keputusan Putra. Membeli karpet kecil tipis sebagai alas tidur. Daripada harus membeli kasur kecil yang harganya mahal dan uang Dasha tak sanggup membelinya.

Dasha dan Putra sampai ke tempat perabotan yang tak jauh dari kontrakan dan mulai memilih. Satu karpet kecil tipis berwarna merah muda dengan motif bola, satu ember kecil, dan satu ember besar jadi pilihan Dasha untuk di belinya atas saran Putra. Mereka pun segera kembali ke kontrakan setelah membayarnya.

Dasha membuka karpet kecil tipisnya begitu sampai di kontrakan. Dasha menghembuskan nafas. Tidak masalah. Ini baru awal permulaan. Toh dirinya yang memutuskan untuk kabur dari rumah.

"Dash, lo ngga bawa handphone? Kok gue ngga ada liat lo ngeluarin handphone?" tanya Putra.

"Ohya!" Dasha mengeluarkan handphonenya dan melihat layar handphone. Banyak pesan masuk via BBM maupun SMS. Ada panggilan tak terjawab juga dari Papa Mamanya.

kamu dimana??? kok ngg ada drmh?

Isi chat BBM dari Mama saat Dasha membacanya. Ah.. Kenapa rasanya sekarang ia rindu Mamanya... Ah tidak! Tidak boleh! Ini sudah keputusannya. Dasha segera menepis perasaan itu dengan menggelengkan kepala sambil terpejam kuat sebentar. Tapi, Dasha tidak melihat ada panggilan tak terjawab dari Papa.

Dasha menghela nafas. Sedih. Papa.. Mungkin beliau sudah tidak perduli lagi dengannya. Bahkan beliau tidak mencari Dasha sama sekali. Lalu Dasha melihat pesan lagi di BBMnya. Kini dari teman sebangkunya di SMA. Tertera nama Maharani Azalia.

weh, nyong. g sklh lo? hr ini ada ulgn MTK. lo lp?

Ah ya. Bahkan Dasha lupa hari ini ada ulangan Matematika. Biarlah. Saat ini yang ada di benaknya hanya kabur kabur kabur dan kabur.

"Itu handphone ngga lama lagi juga lo jual," celetuk Putra tiba-tiba.

"Janganlah. Sayang kalo di jual," ucap Dasha langsung memeluk handphonenya.

Putra tertawa. "Serius, Dash. Paling ngga lama lagi lo jual karena lo butuh biaya hidup. Saran gue kalo emang suatu saat lo jual, harus tau harga pasarannya," pesan Putra.

"Kalo gue ngga mau jual?" tanya Dasha dengan pertanyaan menantang.

"Ngga mungkin, Dash. Pasti kejual," jawab Putra santai.

"Nanti gue komunikasi sama orang rumah gimana? Maksud gue biarpun gue kabur, tapi kan tetep pengen tau kabar orang rumah," ucap Dasha.

Putra berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Begini kok milih kabur," ledeknya.

"Lagian kalo gue jual, gue hubungin lo gimana? Kan cuma lo yang bisa gue hubungin," ngeles Dasha.

"Alasan aja lo, kodok!" ledek Putra lagi. "Yaudah pokoknya saran gue gitu. Kalo mau lo jual, lo harus tau harga pasaran. Tapi kalo lo tetep mau punya handphone, lo jual terus beli handphone biasa yang cuma bisa SMS sama telfonan aja," lanjut Putra.

Dasha memandang handphone kesayangannya. Berat rasanya jika memang dia harus menjual handphonenya suatu saat. Handphone keluaran terbaru yang di belikan oleh Papanya atas ulang tahunnya. Merk Blackberry Tourch Dua.

DASHA & JAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang