PULANG

197 7 0
                                    

Dasha menjatuhkan tas punggungnya di pelataran rumahnya. Rumah yang sudah lama tidak di huninya, entah berapa bulan ia sudah lupa. Bahkan para penjaga rumah, beberapa satpam, dan beberapa asisten rumah tangga terlihat kaget saat melihat Nona Mudanya pulang ke rumah. Pintu rumah terbuka sebelum Dasha ketuk, dan Dasha langsung berlari ke arah si pembuka pintu begitu tau siapa yang membuka pintu.

"MAMAAAAA..." pekik Dasha dengan air mata dan langsung memeluk Mama. Mama pun balas balik memeluknya.

"Mama tau, suatu saat kamu akan pulang. Meski Mama ngg tau kapan, tapi Mama yakin dan percaya kalau Dasha akan pulang," ucap Mama sambil tersenyum dan mengelus rambut Dasha. Di peluknya erat lagi anak perempuannya itu.

Dasha memejamkan mata. Otaknya mundur mengingat beberapa jam yang lalu sebelum pulang, tepatnya di kostannya. Putra yang saat itu sudah berada di kostan Dasha meski di pagi hari pun membantu mengemaskan barang Dasha.

"Udah SMS nyokap, Dash?" tanya Putra kepada Dasha yang sedang memasukkan perlengkapan mandi ke dalam tasnya.

"Belum,"

"SMS dulu gih. Kabarin," saran Putra dan Dasha langsung melaksanakannya. Tugas merapihkan barang pun di ambil alih oleh Putra.

Ma... ini Dasha.... Dasha...
Mama apa kabar? Dasha pulang hari ini...

Tak perlu menunggu waktu lama, Dasha langsung menerima balasan begitu SMS terkirim barusan.

"Tuh Dash.. berarti setiap hari nyokap lo mantengin handphonennya. Nunggu kabar dari lo," komen Putra dan Dasha menitikkan air mata.

Alhamdulillah.. Syukurlah.. Ya, nak... Mama tunggu, sayang.. kamu pulang jam berapa? sama siapa? naik apa? udah sarapan?

Balas Mama tanpa sempat menjawab kabar yang di tanyakan Dasha. Cepat Dasha langsung membalas.

Ini lagi siap-siap, Ma... Dasha pulang sendiri... jalan kaki... maaf kalau agak lama sampainya... nanti aja Dasha makannya.. Dasha kangen banget sama Mama...

Mama pun langsung membalas,

Ya, nak... Mama juga kangen banget sama kamu...

Dasha tersenyum membacanya dan ia bergegas untuk terus merapihkan barang-barangnya. Putra hanya bisa mengantar setengah jalan menggunakan motor, karena permintaan Dasha. Sepanjang perjalanan Dasha menuju rumah dengan berjalan kaki pun Mama terus mengirim pesan singkat, namun Dasha tidak membalas. Dasha takut ia akan semakin lama sampai, maka dia putuskan untuk tidak membalas pesan Mama dulu.

"Nak, cepat ganti bajumu terus kita ke sekolahmu ya. Sama Mama menghadap guru BP," ajak Mama yang saat ini sudah di dalam rumah bersama Dasha dan tengah duduk di sofa.

Dasha mengangguk disertai senyuman. Mama begitu baik, amat sangat baik. Meski Dasha telah melukainya begitu dalam, Mama masih mau memaafkan. Bahkan disaat seperti ini pun Mama masih mau menemani dan bersabar kepadanya.

Hening tercipta. "Ma, Papa mana?" tanya Dasha tiba-tiba.

Mama terdiam, sedih. "Ada di kamarnya, nak. Tapi kesehatannya lagi kurang membaik," jawab Mama.

"Dasha mau ketemu Papa, Ma," ucap Dasha lalu berdiri menuju kamar orang tuanya. Membuka pintu kamar yang lama tidak di bukanya.

Terlihat seorang laki-laki paruh baya sedang tertidur di kasur. Ia terlihat lemas, wajahnya pucat. Wajahnya terlihat sedih. Dengan wajah sendu, Dasha mendekati Papa.

"Pa..." panggilnya dan bertekuk lutut di sisi tempat tidur Papa.

Papa perlahan membuka matanya. Papa tak sepenuhnya tidur. Kedua matanya terbuka, beberapa detik menatap ke atas lalu menatap ke sisi kanannya, tempat Dasha bertekuk lutut.

"Dasha..." panggil Papa lirih dengan wajah terkejut.

"Papaaaa..." balas Dasha memanggil Papa sama lirihnya dan memeluk Papa. Menangis tersedu-sedu, meminta maaf sejadi-jadinya. Tanpa di sadarinya, Mama melihat kejadian itu dari ambang pintu kamar.

"Maaf , Pa.. Maaf... Maafin Dasha..." terdengar lirih Dasha meminta maaf.

Papa mengelus punggung putrinya yang akhirnya pulang, Papa tersrnyum disertai air matanya yang terjatuh. "Sudah, nak.. sudah.. Papa sudah memaafkanmu.." ucap Papa mengelus rambut Dasha dan mencium kening anaknya. Dasha masih menangis.

"Ssshh.. ssshh.. sudah, sayang.. sudah.. berhenti menangis... nanti cantiknya luntur," bujuk Papa sambil melepaskan pelukan dan menghapus air mata Dasha.

Dasha tersenyum, berusaha berhenti menangis. "Emang udah jelek sekarang," akunya dan Papa tertawa.

"Ngga. Anak Papa ngg pernah jelek," ucap Papa berusaha menghibur. Kesedihannya seakan memudar dan ia nampak sudah membaik dari sebelumnya, meski masih pucat.

Mama menghampiri mereka. "Emmm.. kayaknya ada yang kangen-kangenan tanpa ajak Mama nih," sindir Mama sambil tersenyum. Papa dan Dasha melihat Mama, dan mereka berpelukan.

"Dasha... Papa masih sakit lho. Biarin Papa istirahat dulu yuk. Kamu sekalian mandi dulu terus seperti kesepakatan kita tadi, kita ke sekolah kamu untuk menghadap BP," ucap Mama mengingatkan.

"Ya, Ma..." ucap Dasha langsung nurut walau ia masih merasakan kerinduan kepasa orang tuanya.

DASHA & JAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang