TAK SENGAJA

209 11 2
                                    

Bunyi beras di dalam botol plastik kosong, terdengar renyah. Bersamaan dengan suara nyanyian dari seseorang. Terlihat seseorang dari dalam mobil mengangkat tangannya tanda penolakan untuk memberi uang.

Pengamen ini menghela nafas berat. Masih berat baginya untuk menerima penolakan macam ini, walau ia tau ini salah satu resiko dari mengamen. Terlebih karena ia masih terhitung anak baru di jalanan. Ia menepi sejenak ke terotoar begitu lampu lalu lintas hendak hijau.

"Kak Dash, udah dapet berapa?" tanya seorang anak kecil laki-laki seumuran kelas empat SD.

"Boro-boro, Lim. Belum nih," jawab Dasha.

"Sabar ya, kak,"

Dasha tersenyum.

"Yang harusnya sabar mah si Eta noh. Kasian di suruh kerja paksa sama..."

"Kak Dash, jangan ngomongin itu. Ngomongnya juga pelan-pelan. Mata-mata dia banyak. Salah dikit, di habeng nanti kakak," jelas Lim.

"Habeng?" bingung Dasha.

"Ya, Kak. Habeng.. duh apa sih namanya. Masa ngga tau? Gibeng,"

"Nyimeng?"

"Kok nyimeng sih? Gibeng, kak.. Habeng.. duh apaan sih yak," Lim ikutan bingung. Menggaruk-garuk kepalanya. "Eh, kak, udah lampu merah. Yuk!" ajak Lim kemudian di ikuti Dasha yang langsung berpencar.

"Pada hari Minggu ku turut..." baru beberapa kata yang keluar dari mulut Dasha berupa nyanyian, pintu kaca mobil terbuka. Dasha langsung terdiam begitu tau siapa orang tersebut.

"DASHA!!?" kaget orang itu, sama kagetnya dengan Dasha. Dasha pun langsung lari, di ikuti orang itu. Belum lari begitu jauh, suara klakson terdengar. Langkahnya terhenti dan ia menoleh ke belakang. Ia lupa, bahwa ia sedang mengendarai mobil saat ini. Dan dengan seenaknya dia keluar meninggalkan mobil demi mengejar seseorang yang sudah lama di carinya. Dasha. Ia pun berlari balik arah menuju mobilnya. Membungkuk dan meminta maaf kepada orang-orang yang lalu lalang dengan kendaraan masing-masing. Lalu masuk ke dalam mobil. Tanpa menunggu lama, ia langsung menggas mobilnya ke arah Dasha berlari.

"Aduh mati gua mati gua, matiii..!!! Pake ketemu Arjuna lagi ah!" sungutnya kesal masih berlari, karena ia yakin Arjuna pasti masih mengejarnya. Mata Dasha awas memperhatikan sekitar sambil mencari tempat bersembunyi. Ah! Ada rumah kosong disana! Dasha segera berlari kesana. Persetan dengan mereka yang tak terlihat mata, yang penting saat ini dia harus sembunyi dulu.

Dasha menyandarkan tubuhnya di tembok, nafasnya terengah-engah. Badannya melorot hingga ia jatuh terduduk. Cape, lelah, dan letih. Jelas. Ia berlarian tak tentu arah demi menjauhi Arjuna.

"Astaga.... cobaan... mahcam.. apaaah.. iniiihh..." sungut Dasha lagi dan matanya beberapa detik terpejam, merasakan detak jantung yang kencang karena berlari. Beberapa menit sibuk mengatur nafas, samar-samar telinganya mendengar suara.

DEG!

"Aduh alamakjaaaann..! Ini hari apaan sih! Apes amat gue! Itu suara apaan lagi ah!" sungutnya kesekian lagi dengan suara kecil. Ia segera berdiri. Meski takut, ia mencoba mencari sumber suara. Dengan menelan ludah, langkahnya tetap maju, walau ia sebenarnya ragu.

Ah.. Ah..

Hah? Dasha menautkan kedua alisnya. Memperjelas indera pendengarannya. Ya. Dia tidak salah. Itu suara desahan! Tapi, darimana asalnya? Dan siapa yang mendesag jam segini? Ngapain juga dia???

Krak!

Tak sengaja Dasha menginjak ranting pohon saat dirinya sudah agak dekat jaraknya dengan orang itu. Yang membelakanginya, dan kontan langsung menengok ketika mendengar suara di belakangnya.

"AAAAAAA...!!!" orang itu berteriak membuat Dasha juga ikut berteriak karena sama terkejutnya.

"Goblok! Lo ngapain disini!?" tanyanya kasar.

"Ya lu ngapain disini, Dar?" tanya Dasha menyelidik. Lalu melihat kearah depan dan kebawah. Berusaha melihat sesuatu. "Si anjiiirr.. lu coli???" tanya Dasha langsung tanpa basa-basi sambil menutup mata.

Yang di tanya hanya terdiam sambil melihat kebawah. Ia tau apa yang Dasha lihat, meski tangannya sudah terjuntai kebawah. Ia pun buru-buru mengancing celananya.

"Lu ngapain sih kesini!?" tanyanya lagi.

"Ng anu itu... gue di kejar-kejar orang," ucap Dasha sambil melempar pendangan ke sisi kiri, luar ruangan, dan menunjuk ke arah luar.

Darsono mengikuti arah tunjukan Dasha. Tidak ada apa-apa. Kedua alisnya bertaut, ia mau berfikir tapi rasanya malas untuk saat ini. Karena ada hasrat lain yang harus terpenuhi. Tiba-tiba di tatapnya Dasha lekat. Dasha yang merasakan di tatap lekat pun langsung menoleh ke Darsono. Baru Darsono akan menyentuh badan Dasha, seseorang memanggil Dasha dari belakang.

"Dasha!" panggilnya.

Dasha menoleh dan memutar badannya ke belakang. Darsono pun melihatnya.

"Putra?"

Putra berjalan mendekati Dasha. "Ayo pulang," ucapnya kemudian meraih tangan Dasha untuk di gandeng. Tanpa penolakan, Dasha langsung menurut dan ikut Putra keluar. Belum sempat beranjak jauh dari hadapan Darsono, Putra menoleh ke belakang dan agak kencang dia berkata,

"Kau sentuh dia, akan ku patahkan lehermu!" ucapnya ganas lalu kembali berjalan menghadap ke depan. Di ikuti Dasha yang menunduk dan menurut ketika di ajak Putra keluar darisana. Darsono yang melihat itu pun hanya bisa terdiam, ia tau siapa lawan yang di hadapinya.

DASHA & JAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang