BERTEGUR SAPA

250 9 0
                                    

Dasha menatap jam tangan yang ia gantung di kamarnya. Paku yang sudah ada ketika dia datang. Jam dua belas. Biasanya sebentar lagi Putra datang membawakan makanan dan minuman. Dasha pun keluar kamar untuk menanti kedatangan Putra. Entah mengapa, rasanya perutnya saat ini lapar sekali. Setelah kemarin Putra menertawakannya karena permintaannya makan steak.

"Lo yang bener aja, Dash. Lagi kabur kok pengen makan steak! Harusnya duit lo tuh di irit-irit buat kebutuhan lo ke depannya. Jalan masih panjang, man!" ucap Putra ketika makan siang bersama Dasha di kamar Dasha. Ia kemarin membawa nasi, tahu goreng, dan sambal. Makanan yang baru beberapa kali Dasha santap selama dia hidup. Hari ini, Putra akan bawa makanan apa ya?

"Eneng, ngga kerja?" sapa seorang Ibu yang duduk di ambang pintu kontrakannya yang tepat ada di samping kiri kontrakan Dasha.

"Hah? Ngga, Bu. Saya masih belum kerja," ucap Dasha. Jawaban berbeda yang dari jawaban Putra kepada Pak Marto. Sudah terlanjur, Dasha berusaha tidak memusingkannya.

"Ooohh.. emang Ibu Bapaknya dimana?"

"Ada lagi di luar kota, Bu,"

"Anak perantau ya?"

"Ya,"

Iya-in aja biar cepet. Batin Dasha. Kemarin Firman masuk ke dalam rumah ini selesai mewarnai, berarti dia adalah Ibunya Firman.

"Namanya siapa, neng?"

"Dasha, Bu. Dasha Amanda," ucap Dasha tanpa menyebutkan nama Benedict yang juga ada di belakang nama lengkapnya. Lawan bicaranya cuma angguk-angguk kepala. Baru Dasha mau menanyakan balik nama si Ibu, Putra sudah tiba. Ia memegang kresek hitam yang sudah pasti berisi makanan.

"Pacarnya, neng?"

"Oh, bukan, bu.. bukan! Teman saya," sanggah Dasha langsung. Ia pun permisi untuk masuk ke dalam kamarnya bersama Putra. Tanpa pintu tertutup. Agar tidak menimbulkan fitnah.

Nasi, sayur kangkung, ikan asin, dan sambal. Menu yang hari ini Putra bawa. Makanan yang lagi-lagi jarang Dasha makan, kecuali ikan asin yang tidak pernah Dasha makan sama sekali.

"Kita makan satu tempat makan berdua ya. Tadi nyokap gue curiga gue mau bawa dua tempat makan," cerita Putra.

"Iya, Put. Ngga papa," jawab Dasha. Mereka pun mulai makan setelah cuci tangan sebelum membuka tempat makan Putra.

Potongan kecil ikan asin kecil akhirnya masuk ke dalam mulut Dasha. Ia mengunyahnya. Wajahnya serius seakan menelaah rasa ikan tersebut. Asin. Jelas. Dasha mencoba menahan rasa asin dari ikan tersebut, terlihat dari ekspresinya.

Putra tertawa. "Dimakannya barengan sama nasi, kangkung, sama sambel juga, oon. Bukan di makan sendirian begitu. Ya asinlah," jelas Putra lalu memasukan nasi dan tiga lauk ke dalam mulutnya. Mengunyah dengan nikmat. Dasha pun mengikutinya.

Hmmm... enak! Dasha mengangguk-angguk.

DASHA & JAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang