TEMPAT BARU

260 8 4
                                    

Setelah semalam Dasha menjual barang-barangnya di pasar malam bersama Putra, mereka pun hari ini langsung mencari tempat tinggal baru untuk Dasha. Lewat kenalan Putra yang kebanyakan adalah anak jalanan, memudahkan mereka mendapatkan informasi kost-kostan/kontrakan dengan mudah. Mereka pun mulai mencari perabotan baru lagi setelah Dasha yakin akan menempati kostan itu.

"Dash, lu yakin mau tinggal disini? Gila lho perbulan enam ratu ribu. Lu bisa bayarnya emang? Belum makannya ntar. Beli perabotan dan lainnya?" tanya Putra ngga yakin dan seakan tidak rela Dasha memilih kostan itu.

"Yakin, Put. Lumayan ada AC-nya. Hitung-hitung ya manjain diri ngga papalah, setelah kemarin ngga ada apa-apa sama sekali di kontrakan. Kipas aja ngga ada. Lagian udah sama air dan listrik. Enak," Dasha berkilah. Tetap dengan ngototnya meski keadaannya sudah begini.

Putra menghela nafas. Pusing dia harus ngomong gimana lagi ke cewek satu ini. Keras kepalanya kebangetan. Tapi, giliran udah kepepet dan genting bakalan nangis. Grrr! Ingin rasanya saat ini Putra merauk wajah Dasha.

"Duit sekarang sisa berapa?"

"Masih ada sembilan ratus ribu,"

Putra terdiam. "Terus sekarang mau beli perabotan apaan lagi? Kasur, lemari, ember udah ada di kamar," tanya Putra mengkerutkan dahinya.

"Keperluan mandi, keperluan buat cuci baju, handbody lotion, parfum,"

"Dash, emang lu mau kemana pake handbody parfum sama lotion? Kan ngga kemana-mana juga,"

"Ya biar wangi atuh, Put! Lagian jaga-jaga aja. Mana tau di panggil kerjaan di kantoran ya kan? Cleaning service juga ngga papa dah,"

"Heh, Cumi! Cleaning service juga butuh ijazah meski cuma SMP! Lagian lu emang bawa kemeja, rok, sama sepatu pantofel buat lamar kerja?"

"Kagak," jawab Dasha enteng dengan wajah tanpa rasa bersalah.

Putra menepuk jidat. Gebleg anak ini!

"Udah udah ah! Beli seperlunya aja. Ngga usah parfum sama handbody lotion,"

"Yaaahh Putraaa.." rengek Dasha.

"Mending lu beliin obat nyamuk kek apa lotion anti nyamuk. Mana tau kostan lo banyak nyamuk," saran Putra.

"Tapi, Put.."

"Udah ayo ah. Keburu sore belanjanya. Gue mesti 'operasi' abis sama lo," ucap Putra sambil menggeret tangan Dasha yang masih terlihat tidak rela dengan keputusan Putra.

Putra terdiam. Memandang makanan dan minuman di depannya. Wajahnya datar seakan tak ada selera. Berbeda dengan Dasha yang terlihat lahap makannya dan menikmati. Putra menghela nafas berat. Setelah selesai belanja keperluan, mereka memutuskan makan di sebuah cafe yang ternyata harganya cukup mahal untuk seorang Putra, apalagi Dasha yang saat ini memilih tinggal di jalan.

"Dash, ini mahal banget. Ngapain kita makan disini? Tau gini mah gue ngga mau!" sungut Putra.

Dasha menelan makanannya setelah mengunyahnya beberapa kali. "Sekali-sekali Put makan steak, minumnya shake shake beginian. Udah lama gue ngga makan beginian," ucap Dasha tetap dengan keras kepalanya.

"Tapi kebutuhan lo kan masih banyak, Dash,"

"Itu gimana nanti. Yang penting nikmatin aja dulu sekarang," jawab Dasha santai dan makan lagi.

Ya, Tuhaaaann..!!!

DASHA & JAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang