POLISI

253 10 0
                                    

Dasha melihat tumpukan pakaian kotornya yang ada di pojok ruangan di dalam ember merah. Tumpukan yang hampir menggunung. Dasha pun memutuskan untuk mencuci pakaiannya hari ini tanpa menunggu kedatangan Putra seperti biasa. Hari ini, Dasha ingin segera mencuci pakaian kotornya karena merasa jengah melihatnya. Dasha melihat kresek kecil di dekat tas yang ia letakkan tidak begitu jauh dari kepala tempatnya tidur.

"Yah.. detergennya abis. Gue lupa beli kemarin," ucap Dasha. Lalu berdiri beranjak keluar dari kontrakan.

BLAM!

Reflek Dasha menutup pintu kontrakannya lagi agak keras. Ia nampak terkejut dengan pemandangan apa yang di lihatnya di luar barusan. Beberapa polisi nampak berseliweran di luar. Wajah mereka dingin dan tegas sambil terlihat mencari sesuatu. Nampaknya, Papa benar-benar melaporkannya ke polisi dan meminta mereka mencari Dasha.

"Alamaaakk..! Baru jam berapa ini udah ada polisi? Kayaknya baru jam sepuluh pagi. Duh! Gimana gue mah keluar ini? Mana gue mau ke warung seberang," bingung Dasha bersandar di balik pintu. Putra! Dasha meraih handphonenya dan segera mengirimkan pesan kepada Putra.

Put, lo jgn ksni skrg. atau prlu bbrp hr ini jgn ksni. lg bnyk polisi dtmpt gw. kykny nyriin gw. bokap gw kykny bnr2 laporn gw k polisi deh

Putra segera membalas,

seriusan? trs lo dmn skrg? mkn lo gmn?

Dasha membalas,

Gw d kmr. ga brni kluar kntrkkan. wkwkwk. gmpglah makan gw mah. nnt gw bs beli sndr. deket kok

Dasha mengirim balasan tersebut dan mengintip dari celah kunci pintu. Polisi masih ada di luar. Hzzz.. mau sampai kapan dirinya harus di dalam kamar? Balasan chat BBM dari Putra datang. Dasha segera membacanya.

ywd klo gt. bae2 lo dsna. kbrn gw ya

Dasha dengan cepat membalas,

Oke

"Gue ngga akan bisa keluar dengan penampilan gue yang begini. Seengganya gue harus merubah penampilan gue," ucap Dasha. Ia pun mengambil gunting di tas dan segera memangkas rambutnya sebahu. Mengembalikan gunting ke tas dan merapihkan potongan rambutnya di lantai. Memasukannya ke dalam tempat sampah.

Dasha melihat dirinya di cermin. Tidak ada penampilannya yang berubah, selain rambutnya yang lebih pendek. Ini tidak akan cukup merubah penampilannya. Ia pun memutuskan untuk ke tempat potong rambut jika polisi sudah tidak ada.

Sore harinya, polisi sudah tidak ada dan Dasha berani keluar. Ia segera ke tukang potong rambut. Sebuah salon di pilihnya. Niat awalnya hanya potong, tapi ternyata ia harus mengeluarkan biaya lebih untuk creambath dan masker rambut. Hal yang sudah lama tidak ia lakukan.

Putra yang memberanikan diri untuk datang setelah mengetahui polisi sudah pergi pun terkejut. Bukan hanya dari potongan rambut Dasha yang seperi laki-laki, tapi juga biaya yang harus di keluarkan.

"Gila. Seratus ribu!? Duit lo kan padahal tinggal dua ratus, Dash. Perjalanan lo ke depannya gimana? Biayainnya gimana lo?" cerama Putra menunjukkan raut wajah kesal.

"Maaf, Put. Gue khilaf. Abis udah lama ngga ke salon," ucap Dasha memasang wajah bak anak kecil.

"Pulang deh lo pulang! Lo ngga akan bisa hidup di jalan kalo begini ceritanya," kesal Putra mengibas tangan kanannya sambil balik badan membelakangi Dasha.

"Puuuttt..." rengek Dasha memegang tanga  Putra.

DASHA & JAKARTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang