Hanya orang bodoh yang berjalan dengan sebuah jaket tipis di tengah lebatnya salju. Itulah mungkin yang ada dipikiran kebanyakan orang, dan gadis yang saat ini berjalan di tengah lebatnya salju dengan berbekal jaket tipis tidak menyangkal pemikiran itu.
"Ahhh... Bodoh!!! Kenapa aku lupa kalau di Korea sekarang musim dingin,
"dan, ini... kenapa juga aku tidak mengganti sim card-ku, ahh... kau memang bodoh Rain," rutuk gadis itu kesal pada dirinya yang bodoh.
Rain, remaja berusia 17 tahun. Berdarah Korea-Indonesia, ayahnya berasal dari Seoul dan Ibunya dari Jakarta. Ia baru saja menginjakkan kaki di tanah ginseng, setelah tujuh tahun meninggalkan tanah kelahirannya itu dan ikut bersama sang ibu ke Indonesia.
Sebenarnya Rain tidak mau kembali ke Seoul lagi, sebuah kota yang menyimpan sejuta kenangan, kota yang mengingatkannya tentang masa kecil yang 'indah'.
Satu-satunya alasan kenapa ia kembali ke Seoul adalah karena orang tua.Ibunya tidak mampu membiayainya—Lebih tepatnya tidak mampu menyekolahkan Rain di sekolah elit.
Beliau ingin menyekolahkan Rain di tempat yang lebih bagus, jika sekedar menyekolahkan di sekolah biasa di Jakarta, ibu Rain bisa.
Namun, ia ingin anak semata wayangnya itu mendapatkan pendidikan yang lebih berkualitas.Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi, tentu saja keputusan mengirim sang anak ke mantan suaminya adalah keputusan yang tepat.
Rain berangkat ke Seoul hanya berbekal selembar tiket, sekoper pakaian dan beberapa Won uang yang telah habis untuk membeli makanan setelah tiba di Bandara Internasional, Incheon.
Uangnya telah habis sebelum ia bertemu dengan ayahnya. Untuk membayar telepon umum pun tidak ada, menggunakan ponsel juga tidak bisa. Salahkan perut lapar Rain yang membuatnya gelap mata sampai tidak sadar telah menghabiskan semua uang.
Yang bisa ia lakukan sekarang adalah melangkah tanpa tujuan pasti, walaupun tubuhnya sudah mulai merasa tidak kuat lagi menahan dingin karena salju turun kian deras.
***
Rain menyebrangi jalan dengan penglihatan yang sedikit kabur ketika sebuah mobil audi melaju ke arahnya.
Bunyi decitan terdengar nyaring.
Mobil itu hampir saja menabrak Rain. Beruntung, mobil berhenti tepat lima senti dari tubuh Rain, tapi sepertinya gadis itu panik hingga dirinya terjatuh.
Pengemudi mobil mau tidak mau keluar.
"Heii... kalau menyebrang itu kau harus melihat ada kendaraan atau tidak," teriak si pemilik mobil sambil membanting pintu kesal.
Namun, orang yang diteriaki hanya bergeming.
Tidak mendapat respon apapun, ia menghampiri wanita itu lalu berjongkok di hadapannya. Ia terkejut mendapati wajah pucat dari wanita yang ada di hadapannya sekarang.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya, melembut.
Bukannya menjawab gadis itu ambruk, ia pingsan. Membuat lelaki tampan yang bernama Oh Sehun itu refleks menahan kepalanya agar tidak jatuh di aspal dingin yang berselimut salju.
"Hei... bangun! Gezz, kalau ada orang yang lihat, bagaimana?
Hey... Bangun bodoh!!!" pekik Sehun.
Cukup lama berusaha menyadarkan gadis itu, Sehun memutuskan membawanya pergi dari sana. Gadis itu sangat mengkhawatirkan, harus segera mendapat pertolongan. Lagi pula jika pergi begitu saja, Sehun bisa disangka tabrak lari, mau ditinggal, Sehun tidak setega itu.
***
"Hyung!!! Buka pintunya!!!" teriak Sehun sambil menggedor pintu dengan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Winter Day's - OH SEHUN | END✓
FanfictionFate is like snowflake --- Starring cast : Oh Sehun Sehun's sad story. (Revisi) _______ Follow me first before read the story ^^ .