23. TWD : The Secret That Tried To Kill Him

703 71 16
                                    

Attention!!! Siapkan mental, chapter ini memancing emosi!

"Astaga, kau dari mana saja, Bae Woori???" celutuk ibu Woori ketika melihat putrinya yang baru saja membuka pintu rumah.

"Maaf bu, aku tidak mengabarimu. Aku menginap dirumah temanku."

Woori memeluk ibunya, menjelaskan dengan nada memelas. Ia berbohong tapi mulutnya berbicara menyampaikan kalimat dusta tanpa kendala.

"Tck, Dasar anak nakal, kau tidak tahu kalau ibumu ini mengkhawatirkanmu, hm?" Nyonya Bae berdecak melihat Woori yang selalu mengeluarkan jurus aegyo  andalannya tiap kali akan dimarahi olehnya.

Woori memang sering tidak pulang ke rumah. Namun walaupun begitu, sebagai seorang ibu Nyonya Bae tetap khawatir jika anak itu tidak pulang semalaman tanpa memberi kabar.

"Hehehe... Aku minta maaf ibuku sayang,"ucap Woori sembari mengubah posisi duduknya menjadi berbaring di paha ibunya.

"Bu, aku boleh bertanya sesuatu?"

"Umm, apa itu?"

"Bagaimana rasanya jatuh cinta???!" tanya Woori lagi ketika kepalanya sudah berada di posisi yang nyaman di paha sang ibu.

Ibu Woori tersenyum, lalu mulai mendeskripsikan bagaimana jatuh cinta itu.

"Jatuh cinta??? Tidak indah, tapi hebat. Kau akan merasakan semua perasaan yang ada dunia ini. Dulu, saat aku pertama kali bertemu ayahmu aku sudah langsung jatuh hati padanya, hanya saja aku tidak menyadarinya saat itu."
Pipi nyonya Bae sedikit memerah sesaat setelah bercerita sedikit tentang kisahnya dengan ayah Woori.

"Kenapa kau bertanya seperti itu??? Kau sedang jatuh cinta???"
Nyonya Bae menatap tajam anaknya, curiga jika anaknya saat ini sedang jatuh cinta dengan seseorang.

"TIDAK," sangkal Woori dengan suara 10 oktafnya.

"Kenapa harus berteriak begitu. Kau benar-benar jatuh cinta??? Jujur saja?? Siapa orangnya?"

"AKU TIDAK JATUH CINTA, AKU HANYA BERTANYA TENTANG BAGAIMANA RASANYA JATUH CINTA." Woori bangkit dari baringnya, lalu berjalan menghentak-hentakkan kaki menuju kamarnya.
Sang ibu hanya bisa menggeleng-geleng sambil tersenyum melihat tingkah anak gadisnya yang baru duduk di bangku kelas dua Menengah Atas itu.

♡♡Winter Day♡♡

"Kenapa kau memanggilku?"
Sehun yang baru saja tiba di ruangan ayahnya langsung bertanya tanpa menyapa sang ayah yang duduk di salah satu sofa.

"Aku pikir kau tidak akan mau menemui ku. Tapi ka .."

"Langsung saja."

Sehun lagi-lagi bertingkah tidak sopan dengan memotong kalimat ayahnya. Memang sudah sering seperti itu, tapi jika diteruskan anak itu bisa benar-benar kehilangan rasa hormatnya nantinya. Namun, Tuan Oh juga merasa tidak pantas menceramahi anaknya sementara dirinya sendiri yang lalai mengajari sang anak dalam bersikap, terlebih lagi rasa bersalahnya menyimpan cerita rahasia masa lalu yang seharusnya Sehun tahu membuat dia sungkan untuk memarahi Sehun. Karena bagaimana pun, Sehun terlibat cerita itu. Bahkan, Sehun menjadi bagian penting dari masa lalu itu.

"Aku akan memberitahukan semua tentang hyung-mu, Luhan."

Sehun menatap ayahnya, lalu tersenyum miring.
"Aku tidak akan percaya lagi dengan cerita fiksi yang kalian buat-buat."

"Duduklah dan dengarkan. Urusan kau percaya atau tidak itu urusan dibelakangan."

Walaupun Sehun mengatakan tidak percaya dengan ayahnya, ia tetap mematuhi perintah Tuan Oh.

The Winter Day's - OH SEHUN | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang