24. TWD : Hug

742 71 24
                                    

Pembaca yang baik tidak akan lupa meninggalkan jejak untuk menghargai penulis

Audi putih melaju dengan kecepatan normal di tengah senggangnya jalanan kota Seoul dihari yang masih sangat pagi.

Traffic light yang menunjukan lampu warna merah mengharuskan sang pengendara berwajah datar itu untuk menghentikan mobilnya.
Ia mendengus kesal, menunggu traffic light  berganti warna sungguh sangat lama. Tetapi menerobos juga bukanlah tindakan yang baik sesepi apapun jalan.

Fokus awalnya yang hanya ke traffic light, tiba-tiba teralih ketika telinganya mendengar suara decitan ban yang beberapa saat kemudian diikuti suara dentuman cukup keras.

Atensi Sehun sepenuhnya terambil alih oleh insiden yang terjadi di tengah perempatan yang hanya berjarak beberapa meter dari mobilnya.

Sisi kemanusiaan, manusia dingin berkulit putih pucat itu bangkit setelah sekian lama terlelap. Ia segera turun dari mobil, berlari kearah ahjumma yang baru saja menjadi korban tabrak lari.

Tidak banyak orang yang menghampiri wanita paruh baya itu. Mengingat jam bahkan baru dipukul 6 lewat beberapa menit.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN? KENAPA KALIAN HANYA MENATAPNYA SAJA, CEPAT TELPON AMBULANCE," teriak Sehun kepada beberapa orang di sana yang hanya berdiri sambil menggumamkan kalimat-kalimat empatinya.

~Winter Day~

Sehun sekarang berada di rumah sakit. Saat insiden terjadi tadi, ia ikut ke dalam mobil ambulance yang membawa ahjumma itu ke rumah sakit. Sehun tidak tega membayangkan ketika wanita paruh baya itu tiba di rumah sakit tidak ada orang yang mengurusnya. Apalagi ia nampak tidak terlalu mengurus diri, jaket yang kini ada di tangan Sehun saja sudah terlihat lusuh.

"Kenapa perawat itu menitipkan ponsel ahjumma itu, kepadaku? Seharusnya dia saja yang menyimpannya. Lagipula, walinya sudah dihubungi. Dan, jaket tua ini??? Aishh kenapa dia menitipkan semua barang ahjumma itu kepadaku!? Aku seharusnya tidak menemaninya." Sehun menggerutu, nampak menyesali perbuatan baiknya yang kini menjadi beban baginya.

Sesekali Sehun mendengus kesal ditengah penantiannya menunggu wali korban di depan UGD. Niat Sehun untuk mengerjakan tugas yang harus dikumpul siang nanti jadi tertunda karena menunggu wali korban yang belum datang juga, padahal sudah lewat sejam setelah salah satu perawat menghubunginya.
.
.
.

Seorang gadis dengan seragam SMA berlari memasuki Rumah Sakit. Air matanya terus mengalir sambil mencari UGD.

"Bae Woori," gumam Sehun ketika melihat Woori berlari kebingungan.

"Woori."
Woori tidak menjawab ketika Sehun memanggil namanya. Tubuh besar Sehun bahkan ia lewati begitu saja. Fokusnya hanya pada UGD, yang kata orang yang menelponnya tadi, ibunya berada di salah satu ruangan di dalam sana.

Woori berteriak memanggil sang ibu sambil berusaha membuka pintu di salah satu ruangan di UGD itu, yang akhirnya ia temukan. Ia sangat kalut tadi, bahkan UGD yang berada dibagian paling depan rumah sakit pun susah ia cari.

"BAE WOORI." Sehun memanggil Woori dengan suara yang lebih besar dari sebelumnya. Membuat perhatiaan Woori berhasil beralih padanya.

Sehun mendekat ke tempat Woori berdiri setelah wanita itu menyadari keberadaannya.

Tepat ketika Sehun sampai di hadapan Woori, Sehun langsung membawa Woori ke pelukannya. Berusaha memberi sedikit ketenangan kepada wanita yang terlihat bergetar takut itu.

Woori tidak memberontak, dirinya memang butuh penenang. Dan, pelukan Sehun berhasil membuatnya merasa tenang perlahan.

Beberapa menit berlalu, Woori tersadar bahwa ia sudah terlalu lama berada di dekapan Sehun. Ia segera melepaskan diri dari pelukan Sehun. Namun, Sehun tetap menahan tubuh gadis itu agar tetap di pelukannya. Ia tahu, Woori belum sepenuhnya merasa baik sekarang.

The Winter Day's - OH SEHUN | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang