Lembayung sore menjadi pertanda bahwa waktu bermain telah usai. Lampu di pinggir jalan yang mati mulai berkedap kedip, sementara bulan naik menggantikan shift kerja matahari. Eren yang polos berlarian pulang ke rumah sambil mendekap layangan yang baru saja dipakainya bertanding dengan teman di lapangan. Tidak menyangka bahwa di depan muka pintu kedua orangtuanya sudah menunggu dengan wajah yang kaku.
"Eren sayang—" kata sang mama, "Mulai besok, kamu—"
"—?"
"Pindah sekolah ya."
Eren diam.
"Sekolah khusus laki-laki, di ibukota—"
Masih diam.
"—sekolah asrama."
"Asrama? M-Maksudnya aku tidak pulang kerumah dalam waktu tertentu?"
"Ya—begitulah."
"..."
"Ayah sudah mengemas barang-barang dan pakaianmu, jadi besok kita bisa berangkat."
Detik itu juga, Eren Jaeger, 15 tahun, yang masih memeluk layangan naga di tangannya berkaca-kaca.
.
.
.
.
"Aku dibuang ya, bu?"
.
.
.
.
.
Live on Weirdos
Shingeki no Kyojin (c) Hajime Isayama
Rate T+
Warnings : AU, OOC beneran, Typo(s), non-baku, Parodi, RivaEren
.
.
.
.
.
:Act one – Elite S. Boarding School:
Eren telan pertanyaan konyolnya. Ia tampar pipinya sendiri. Orangtuanya pasti punya alasan yang bagus kenapa ia—harus—dilempar ke asrama khusus. Mungkin kalau bukan karena nilainya yang selalu jeblok, Eren terlalu banyak main layangan. Jadi ya ... itu. Karena terlalu banyak main, nyonya dan tuan Jaeger mungkin ingin memberinya sedikit kedisiplinan.
Konon kabarnya, sekolah baru yang akan Eren tempati memiliki nilai rata-rata tinggi. Akreditasinya A. Siswanya berkompeten. Dan yang paling utama, tingkat kedisiplinnya sangat tinggi. Pengajarnya bertangan besi. Sampai ada kabar bahwa murid baru yang kemampuannya biasa-biasa saja bisa menjadi bintang kelas saking takutnya dapat hukuman remidi.
Eren jadi bergidik sendiri.
Kesan pertama Eren ketika sampai di sekolah berasramanya—elit. Elit, tapi aneh. Gerbangnya tinggi menjulang. Terbuat dari besi keras dengan lapisan perak mengkilat. Diatas reruncingan gerbang, di beri lilitan kawat berduri sehingga mustahil sekali ada murid yang bisa kabur dari asrama. Di sayap kanan dan kiri gerbang, berdiri dua orang dengan masing-masing pos penjagaannya—memegang senapan rifle.
Eren menelan ludah.
Matanya bergerak kemana-mana. Menemukan air mancur dengan patung pancuran bernilai estetik tinggi, taman bunga berkelompok, hingga taman obat, dua gedung bertingkat beda warna—yang biru merupakan gedung asrama sementara yang hijau gedung sekolah. Lapangan bola, tenis, rugby, sampai baseball. Lengkap—Basket indoor. pilar-pilar bercorak, mengapit sebuah pintu raksasa yang merupakan pintu utama gedung sekolah.
