Rain - AM Corporate (Episode ke - 9)

8 2 0
                                    

Siapa yang tak mengenal AM Corporate, perusahaan yang menguasai semua sektor, baik pembangunan, infrastruktur, ekonomi, sosial, kuliner, fashion dan lain sebagainya tersebut sudah tidak diragukan lagi kesuksesannya.

Perusahaan yang di miliki oleh Anaya Mahardika Ratu tersebut sempat di pimpin oleh dua menantu dari dua anak angkatnya, dua pemuda terpintar dan terkaya tersebut adalah, ayah dari Azzam Mahardhika dan ayah dari Rainy Anaya Mentari, karena ayah mereka telah meninggal, maka perusahaan kini di pimpin oleh sang cucu Azzam Mahardhika, dan diwakili oleh Rainy Anaya Mentari. Meskipun sang cucu bukanlah cucu kandung, tapi Anaya Mahardhika Ratu sangat mencintai mereka seperti cucunya sendiri.

Kini, Anaya Mahardhika Ratu hanya duduk sebagai pemegang saham perusahaan, dan tinggal menunggu kabar baik dari dua orang cucu angkatnya tersebut, yang di dampingi oleh cucu kerabat nenek yang bernama Dimas Adiputra sebagai Direktur Operasional, dan Hanif Trenggana sebagai Direktur Umum.

Seminggu yang lalu, Rain mengalami musibah saat hendak berlibur menemani Azzam, sampai hari ini Rain harus di rawat di AM Hospital karena alerginya belum kunjung sembuh, ya, alergi air hujan.

Azzam yang terus merasa bersalah rela untuk menemani Rain yang hampir setiap hari terkapar di atas kasur rumah sakit. Tidak lama sang nenek datang untuk menjenguk.

"Assalamualaikum Zam. Gimana kabar Naya?" Tanya Nenek.

"Wa'alaikum salam, Naya baru saja istirahat nek, nenek pulang kerja begini dengan siapa?" Tanya Azzam.

"Siapa lagi kalau bukan sekretaris nenek dan supir, oh ya Dimas dan Hanif juga ingin ikut, tapi mereka belum tahu ada dimana, karena tertinggal." Ucap nenek.

"Dimas dan Hanif? nanti biar aku yang menghubunginya nek." Ucap Azzam.

Tidak lama Hanif dan Dimas membuka pintu kamar rumah sakit.

"Assalamualaikum." Ucap Dimas dan Hanif.

"Wa'alaikum Salam." Jawab Azzam.

"Gimana Zam, kabar Rain?" Tanya Dimas.

"Dia baru aja tidur." Ucap Azzam.

"Udah lu kasih obat?" Tanya Hanif.

"Dokter yang lebih paham soal itu." Ucap Azzam.

"Nih untuk kamu sama Rain, barangkali kalian perlu yang segar." Ucap Dimas sambil memberikan parsel buah.

"Terimakasih Dim Nif, kalian emang partner kerja yang paling baik." Ucap Azzam sambil tersenyum.

"Ya sudah kalau begitu, nenek pamit pulang yak Zam, nak Dimas dan Hanif, sudah malam soalnya." Ucap nenek sambil memegang pundak Azzam yang sedang duduk di dekat Rain.

"Iya nek. Hat-hati. Ucap Dimas dan Hanif.

"Ya sudah, Azzam antar sampai depan ya nek." Ucap Azzam sambil berdiri.

"Tidak usah Zam, di luar kan ada Pak Frans sekretaris nenek, jadi nenek bisa langsung keluar, kamu jaga saja Rain nih dari dua bandit-bandit yang menyukai Anay, hehe." Ucap nenek sambil tertawa.

"Wah nenek nih, padahal tidak apa Azzam turun saja, percayakan Rain pada kita nek!" Ucap Dimas sambil tertawa.

"Tidak, nenek tidak percaya, hehe. Nenek pamit ya, Assalamualaikum." Ucap nenek sambil berjalan keluar.

Nenek pun keluar dari kamar.

"Waalaikum salam" Jawab mereka bertiga bersama-sama.

"Gimana kerjaan di kantor?" Tanya Azzam.

"Udah pokonya kalau ada kita berdua, kantor aman, lu tenang aja." Ucap Hanif.

"Thanks ya." Ucap Azzam.

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang