Pagi ini Rain terbangun di kamarnya, ia menatap jari manis tangan kirinya, ternyata cincin ini bukanlah mimpi. Baru kemarin Azzam menyatakan perasaannya dengan sungguh-sungguh.
Hari ini Rain berencana berangkat ke kantor seperti biasa, menggunakan mobil sendiri dengan supir pribadinya, menurut Rain sepertinya orang lain tidak perlu tahu dulu terkait hubungan Rain dan Azzam, meskipun semua orang tidak ada yang tahu mereka tinggal bersama, mungkin lambat laun juga semuanya tahu.
Rain segera bersiap ke kantor, ia sudah menggunakan pakaian rapi, yaitu kerudung dan blazer favoritnya, karena sudah masuk musim dingin, ia selalu menggunakan mantel tebalnya. Rain turun menggunakan lift untuk ke ruang makan. Terlihat disana sudah ada Azzam dan nenek.
"Pagi nek, Zam. Loh nenek ko sudah siap-siap, mau kemana?" Tanya Rain.
"Pagi Nay, sini duduk dulu, Rain nenek sepertinya sebulan akan pergi dulu ke Kanada, ada urusan yang perlu nenek urus disana, kalian bisa kan handle perusahaan?" Tanya Nenek.
"Tenang saja nek Rain dan Azzam pasti bisa handle." ucap Rain.
"Obat kamu sudah di bawa? Nay?" Tanya nenek.
"Sudah ko nek, tak usah khawatir, yang jelas nenek juga minum obat selalu ya nek, jaga kesehatan, nenek berangkat di antar siapa?" Tanya Rain.
"Nenek ingin di antar Azzam. Bagaimana Zam?" Tanya nenek.
Azzam hanya fokus makan.
"Zam, kamu tidak mendengar nenek?" Tanya nenek.
"Eh Nek, ada apa?" Tanya Azzam.
"Kamu sepertinya sedang banyak pikiran," Ucap nenek.
"Tidak aku hanya tidak enak badan nek." Ucap Azzam.
"Coba nenek pegang" Ucap nenek sambil memegang kening Azzam.
"Azzam tidak kenapa..." Ucap Azzam terpotong.
"Zam, badanmu demam ini. Ya sudah kamu istirahat di rumah, nenek berangkat di antar supir saja, dan Nay, kamu tidak perlu ke kantor, nanti nenek yang sampaikan pada sekretaris dan pada direksi yang lain untuk handle itu. Nay nenek pergi ya. Kamu jaga Azzam baik-baik. Nenek pergi." Ucap nenek sambil berdiri memakai mantel.
"Aku gak kenapa-kenapa nek." Ucap Azzam.
"Stop Azzam, badanmu sudah demam, nenek mau pergi, kamu tidak perlu mengantar. Nay hati-hati ya, tolong bawa Azzam ke rumah sakit." Ucap nenek sambil mencium kening Rain.
"Iya nek. Hati-hati ya nek." Ucap Rain dan Azzam.
Nenek pun segera keluar dari rumah.
"Azzam aku ambilkan obat ya?" Ucap Rain.
"Tidak usah Ren, aku tidak kenapa-kenapa." Jawab Azzam.
"Tapi kata nenek badanmu demam." Ucap Rain.
"Aku hanya ingin istirahat saja di kamar." Ucap Azza,m.
"Ya sudah, kamu istirahat, aku mau membereskan ini dulu." Ucap Rain sambil merapikin piring.
"Iya aku ke kamar ya sekarang." Ucap Azzam sambil masuk ke dalam kamarnya.
Saat itu masih pagi hari, Azzam sudah masuk ke dalam kamarnya, setelah Rain merapikan piring, dia pergi ke ruang TV di lantai satu. Melihat sikap Azzam yang berubah membuat Rain berpikir tanpa arah, apakah Azzam seperti itu karena kemarin dia salah menyatakan? Apa Azzam menyesal? Hal-hal seperti itu yang membuatnya menjadi tidak merasa senang lagi. Tanpa sadar Rain tertidur di ruang TV, ia tertidur di sofa dengan posisi TV menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Romance"Siapa bilang tak punya keluarga membuat diri semakin lemah? Cita-cita diraih bukan karena orang lain, tapi diri sendiri. Aku tetap hidup, meski tak ada ayah dan ibu." - Rainy Anaya Mentari