Mentari hangat menyapa kicau
Embun indah menghias daun
Suara angin menembus sukma
Adakah hati yang sepi
Kiranya membuka tuk bisa singgah
Adakah pujaan menaruh hati
Kiranya memberi balasan secercah
Tuk tuk tuk. Suara mengetk terdengar dari luar pintu kamar Azzam.
"Siapa?" Tanya Azzam.
"Aku, Rain." Jawab Rain.
"Ya, masuk." Ucap Azzam.
Rain pun masuk ke kamar membawakan bubur untuk sarapan Azzam bersama dua pelayan di rumahnya.
"Mereka bawa apa?" Tanya Azzam menunjuk kepada 2 pelayan wanita di belakang Rain.
"Mereka membantuku bawa minum, dan air dalam bejana untuk menyeka badan kamu, kamu kan belum mandi." Jawab Rain.
"Memang dari 10 pelayan lelaki tidak ada yang bisa menyeka badanku? Kenapa harus perembuan?" Tanya Azzam sambil melotot.
"Zam, mereka berdua ini dulunya perawat, nenek kok yang menyuruh mereka, bukan mau aku." Ucap Rain.
"Tidak mau Ren.." Ucap Azzam.
"Ya sudah kalau gitu, bi menyeka nya lain kali saja, biar Azzam saya kasih sarapan dulu. Terimakasih ya bi." Ucap Rain sambil menyuruh mereka kembali ke pekerjaannya.
"Ya nona, kalau begitu kami pamit, mari tuan." Ucap salah satu pelayan tersebut.
Kedua pelayan tersebut pun keluar dari kamar Azzam.
"Nah gitu dong, sarapan apa hari ini, apa masih sama dengan kemarin?" Tanya Azzam.
"Beda kok, kan kamu gak suka bubur buatan pelayan kemarin, ini aku sendiri yang buat." Ucap Rain.
"Ah, bubur lagi." Gumam Azzam.
"Ya sudah nih makan buburnya." Suruh Rain.
"Loh kok, kemarin saja aku di suapin sama pelayan, kenapa sekarang ngga?" Tanya Azzam.
"Duh Azzam, masa aku harus panggil pelayan lagi, ya sudha aku telepon saja dari telepon kamarmu ya?" Ucap Rain.
"Aku ingin di suapin kamu." Ucap Azzam.
"Hmm?" Wajah Rain memerah.
"Boleh kan? Kan aku lagi sakit, kaki aku saja tidak bisa berjalan." Ucap Azzam.
"Iya, yasudah sini aku yang suapin, sebagai saudara yang baik, meskipun bukan kandung, aku masih tau diri, mau gimanapun kamu tetap direktur dan aku wakil direktur, jadi apa saja yang kamu minta pasti aku usahain, kamu ingat ga awal kita ketemu?" Tanya Rain sambil memberi sesendok bubur pada Azzam.
"Iya aku ingat, saat aku main bola dan kena sama kamu kan, terus aku langsung kenal kamu karena kamu pakai gantungan gelang yang sama dengan gantungan kalung yang aku pakai." Jawab Azzam sambil mengunyah.
"Iya, saat itu aku senang banget, karena aku yang ngga punya siapa-siapa ini bisa ketemu kamu, ibarat ketemu saudara jauh gitu. Meskipun aku akhirnya tau bahwa almarhumah ibuku dan almarhumah ibumu ternyata bersahabat." Ucap Rain sambil memberikan sesendok bubur lagi pada Azzam.
"Iya, ngga menyangka bisa kenal dengan gadis pemarah seperti kamu." Ucap Azzam sambil mengunyah dan mengambil segelas air di meja samping kasurnya.
"Menyebalkan, nih." Ucap Rain sambil menyodorkan bubur ke arah mulut Azzam.
"Tidak sangka bubur buatan wakil direktur enak juga." Ucap Azzam sambil tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/136247471-288-k672559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Roman d'amour"Siapa bilang tak punya keluarga membuat diri semakin lemah? Cita-cita diraih bukan karena orang lain, tapi diri sendiri. Aku tetap hidup, meski tak ada ayah dan ibu." - Rainy Anaya Mentari