Hujan semakin deras, angin kencang menyelimuti kota. Matahari sudah tak terlihat sinarnya. Malam datang, dan Rain masih menatap di dalam jendela rumah bak istana yang sudah ia tempati 2 tahun itu. Terdengar suara pintu rumah terbuka. Azzam baru pulang dari kantor nya.
"Gimana Rain, sudah enakan? sudah makan? nenek kemana?" Tanya Azzam sambil membuka dasi di kerahnya.
Ternyata Rain saat itu masih harus beristirahat sehabis operasi usus buntu pekan lalu.
"Aku baik-baik saja, sedikit sakit saat bergerak karena bekas jahitan. Aku belum makan, nenek sedang ikut arisan tetangga." Jawab Rain sambil menggerakan kursi rodanya tersebut menuju kamarnya.
Tiba-tiba Azzam bergerak menuju Rain, dan segera menarik kursi roda yang sedang di duduki Rain.
"Zam, mau kemana? Jangan bercanda deh." Tanya Rain kebingungan.
"Ini sudah jam 7 malam, kamu kan harus minum obat, kenapa dari sekian banyak pelayan ngga ada yang kasih kamu makan sih?!." Ucap Azzam kesal sambil mendorong kursi roda menuju meja makan.
"Ngga gitu Zam, mereka semua sudah menawarkan aku makan dan minum obat kok, hanya saja perut ku masih begitu kenyang." Jawab Rain membela diri.
"Kenyang? Aku tanya sekarang kamu terakhir makan jam berapa?" Tanya Azzam berdiri di depan Rain.
"Hmm.. jam 8 pagi." Jawab Rain.
"Terus masih kenyang? Badan kurus gini mau diet? Ayo makan, aku temenin." Ucap Azzam sambil mengusap kepala Rain membuat jilbab Rain sedikit berantakan, dan kembali mendorong kursi roda milik Rain.
"Ih kamu tuh ya Zam." Ucap rain kesal sambil memperbaiki jilbabnya.
Mereka pun makan bersama di meja makan, di dampingi dengan 2 pelayan di samping nya.
"Ada yang mau aku obrolin sama kamu Zam." Ucap Rain sambil melirik ke pelayan di sebelahnya.
"Hmm? Apa? Oh iya, bi tolong tinggalkan kita berdua disini ya." Ucap Azzam kepada 2 pelayannya.
Pelayannya pun pergi.
"Ada apa Rain?" Tanya Azzam membereskan makannya.
"Aku, ingin bertanya sesuatu, apa ada yang kamu sembunyikan lagi?" Tanya Rain penasaran.
"Hmm, tidak ada ko Rain. Memang kenapa?" Jawab Azzam kebingungan.
"Sampai kapan kamu menyembunyikan kuburan kedua orang tuaku?" Tanya Rain dan berhenti makan.
"Tidak ada yang aku sembunyikan, aku saja tidak tahu dimana kuburan kedua orang tuaku, dan nenek juga tidak memberitahukan itu pada ku." Jawab Azzam.
"Saat sakit seperti ini, aku rindu ibu panti." Ucap Rain menatap Azzam.
"Hmm, kalau begitu besok aku antar ke panti asuhan." Jawab Azzam menawarkan diri.
"Serius?" Tanya Rain dengan wajah tersenyum.
"Iya, serius, tapi ada syaratnya." Ucap Azzam sambil melahap makanannya.
"Apa?" Tanya Rain kesal.
"Kamu harus panggil aku kakak, karena mau bagaimanapun usia aku ini 2 tahun di atas kamu." Ucap Azzam sambil mengacungkan 2 jarinya.
"Hanya itu?" tanya Rain.
"Ada lagi, jangan beri tahu nenek, nenek kan sangat khawatir dan sayang sama kamu, dia melarang kamu pergi karena khawatir terjadi sesuatu sama kamu." Ucap Azzam.
"Sepakat. Aku janji ngga akan kasih tahu nenek kalau besok kita ke panti." Ucap Rain menghabiskan makannya.
Tapi, tanpa mereka sadari, nenek sedang memperhatikan mereka dari depan pintu ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Roman d'amour"Siapa bilang tak punya keluarga membuat diri semakin lemah? Cita-cita diraih bukan karena orang lain, tapi diri sendiri. Aku tetap hidup, meski tak ada ayah dan ibu." - Rainy Anaya Mentari