"Karena ketika fajar terbit. Di sanalah awal pertemuan kita hari ini. Dan akan diakhiri dengan perpisahan. Ketika senja datang."Agustus 2014
Kring!
Suara alarm menggema dalam sebuah ruangan yang dihiasi berbagai macam alat yang berwarna pink. Seorang gadis berambut ikal sebahu nampak tengah mengusap matanya pelan. Dia masih berusaha meraih semua kesadarannya yang sama sekali belum kembali. Sesekali dia sudah mencoba membuka mata, akan tetapi masih saja disilaukan oleh cahaya sorot lampu yang berada tepat di atasnya.Matanya berusaha menatap ke arah jam bekernya yang masih saja mengeluarkan bunyi yang begitu memekakkan telinga. Beruntung, jam itu tidak dilemparnya karena bunyinya yang bahkan sampai ke radius 70 km. Mustahil.
Tangan mungilnya berusaha meraih jam itu dan menekan tombol off-yang membuat jam itu berhenti berdering seketika. Gadis itu melenguh sejenak, kemudian berusaha duduk di atas tempat tidur berukuran kecil itu.
Dia berdiri, memperlihatkan tubuh tingginya dengan memakai baju tidur dengan motif pink bergambar Hello Kitty. Gadis itu masih terlihat cantik, walaupun dia baru saja terbangun dari dunia fantasi yang dipenuhi mimpi-mimpi belaka.
Kakinya melangkah ke arah kamar mandi dengan sigap. Matanya selalu terlihat fokus dan tajam. Bibir mungilnya selalu terkatup tanpa sebuah mentari yang cerah bersinar di sana. Beberapa menit dia keluar dari sana, dan dengan sigap gadis itu bersiap dengan pakaian seragam SMA-nya yang sudah mulai usang. Tak heran, karena baju itu sudah digunakan tiga tahun olehnya, tanpa diganti dengan baju yang baru. Karena, begitulah keadaan hidupnya. Dia tak perlu memamerkan sesuatu yang baru jika dia benar-benar tak memilikinya, bukan?Kakinya melangkah dari kamar simpel itu. Dia dengan cepat mengenakan sepatu hitam dengan kaos kaki putih. Dia kemudian melangkah ke luar rumah dan mengunci pintu dengan erat. Matanya memandang jalanan yang sudah mulai ramai. Sedetik kemudian dia kembali menoleh ke arah rumah minimalis itu.
"Bye home ...," lirihnya saat kakinya melangkah menjauhi pagar rumahnya sendiri.Gadis itu dengan cepat berlari ke arah jalan. Dia tahu, dia sudah terlambat beberapa menit. Sekarang saatnya dia untuk mencari bis untuk ditumpangi. Itu pun tidaklah mudah, dia harus menanti di tepi jalan dan duduk di penantian bus untuk ke sekolah.
Jarak memang tidak terlalu jauh, tapi tidak memungkinkan untuk berjalan kaki ke sana.Senja menatap langit pagi yang cerah. Mata bulatnya sedikit sendu membayangkan apa yang akan terjadi padanya satu jam ke depan. Senja tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya guru piket jika dia datang terlambat-lagi.
Walaupun murid yang sering mengikuti berbagai macam perlombaan, peraturan tetap peraturan. Mereka tidak akan mendapatkan kompensasi karena mereka anak pintar atau pun anak berprestasi di sekolah. Mereka tidak akan mendapat kelonggaran karena mengajukan sekian banyak piagam yang dia peroleh. Karena: this life much to be fair.
Senja berusaha menoleh kiri kanan mencari keberadaan bus yang masih belum muncul. Sejenak dia menarik nafas panjang. Memutuskan untuk melangkahkan kakinya pergi, tidak ada waktu lagi untuk menunggu bus.
Gadis itu berlari cepat. Dia berusaha sekuat tenaga berlari ke arah sekolahnya yang berjarak 1 km dari rumahnya. Jarak yang lumayan jauh-jika ditempuh dengan berjalan kaki. Ditambah lagi dengan jam yang sudah menunjukkan pukul 07.17. Sudah 2 menit yang lalu bel sekolah dibunyikan, pasti dia akan kembali dihukum karena hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunrise Become Sunset (End)✓
Teen FictionSenja dan Fajar apa bisa bersatu? Karena saat Senja datang, Fajar telah hilang. Dan saat Fajar muncul, Senja masih lama akan keluar. Cerita klasik yang sering terjadi. Masalah hati, cinta, perasaan, dan persahabatan. Jika memilih antara sahabat dan...