Part 3 : Datang

137 27 27
                                    


"Pecahku, deritaku, lukamu bersimbah di deraiku."

~Fajar~

Pagi menyongsong. Udara segar menyeruak memasuki celah-celah jendela kamar Senja. Dia menggeliat, berusaha mengerjabkan mata dan menutupnya kembali ketika menyadari hari sudah terang. Cahaya matahari bagi benar-benar menyilaukan matanya.

Gadis itu dengan cepat duduk dan menatap jam yang terpampang di dinding kamarnya. Pukul delapan. Dia bangun lebih lambat dari biasanya.

Gadis itu kewalahan, semalaman dia berbaring di sofa menunggu seseorang yang berjanji akan makan malam dengannya. Siapa lagi kalau bukan orangtuanya sendiri? Mama Senja-Kinan-sudah mengirim SMS pada Senja jika dia akan datang untuk pulang dan makan malam bersama anak semata wayangnya.

Tapi, kenyataanya Senja sudah menunggu kedatangan Kinan sampai pukul dua belas malam. Namun, orang itu tak kunjung datang. Padahal, Senja sudah menyiapkan makanan spesial untuk mamanya. Tapi, orang yang diharapkan itu tak muncul, membuat Senja berjalan gontai menuju kamarnya dan terlelap dalam mimpi.

Kaki Senja melangkah menuruni tangga dan berjalan menuju dapur. Dia merasa lapar dan haus, karena semalam dia sama sekali tidak makan karena menunggu kedatangan mamanya. Hanya saja, dia tak bisa kesal dengan orangtuanya itu, karena bagaimana pun. Kinan tetap orangtua Senja.

Dia berjalan kemudian menatap pintu kulkas yang di depannya terpampang secarik kertas kecil bertulisan.

"Senja, pagi sayang. Mama minta maaf karena Mama gak bisa pulang cepat tadi malam. Proyek yang sedang Mama kerjakan ada kecelakaan, jadi Mama harus mengurusnya. Papa kamu juga masih di Kalimantan buat ngurus proyek lain, Maafin Mama, ya .... Waktu Mama sampai di rumah jam satu malam tadi, kamu udah tidur. Makan malam barengnya next time ya, sayang ...."

YLove Mama Kinan

Senja berusaha menghembuskan nafasnya perlahan. Inilah alasan kenapa Senja selalu kikuk berbicara di depan semua orang. Dia juga sama sekali tak bisa bergaul karena hal itu, dia tak tahu bagaimana caranya agar dia mudah disukai orang lain. Entah sampai kapan dia akan terus begini.

Memang, Senja adalah orang yang berada dan kedua orangtuanya punya perusahaan masing-masing. Tapi, apakah keduanya sudah memikirkan bagaimana keadaan anaknya? Apakah sudah makan? Minum? Atau apakah punya teman yang baik dan setia di hidupnya? Tak pernah.

Kakinya kembali melangkah ke atas. Menyadari jika jam hampir berputar ke arah jarum jam setengah sembilan. Dia teringat janjinya dengan Fajar dan kedua teman sekelas barunya.
Senja segera mandi dan mengganti bajunya menjadi lebih baik. Sebuah gaun terusan selutut dengan motif bunga-bunga. Senja terlihat cantik saat terlihat di pentulan cermin. Rambut ikalnya dikepang, dia manatap dirinya sendiri dengan malu.

Penampilan sederhana. Dia sama sekali tidak menggunakan make up ataupun hanya sekedar polesan bedak tipis di pipinya. Dia lebih suka dirinya yang cantik alami. Walaupun kulitnya sawo matang dan tidak terlalu putih, dia tetap terlihat manis.

Tin ... tin ...

Suara klakson mobil mengagetkan Senja. Dengan cepat dia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang sepuluh menit. Fajar datang lebih cepat. Dengan sigap dia turun dan membukakan pintu.

Di depan sana sudah berdiri Fajar dengan baju kaos merahnya dan celana jeans panjang serta sepatu putih. Fajar terlihat begitu menawan, membuat Senja sedikit terkesima melihatnya.

"Ayo!" ajak Fajar sembari memutar-mutar kunci mobilnya.
Senja mengangguk cepat. Berusaha meraih pintu belakang mobil, dan kelakuannya itu membuat Fajar menatap Senja heran.

Sunrise Become Sunset (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang