Akhirnya Senja hanya mengangguk tanpa berkata sedikitpun.
Kinan memasang wajah puas. Dia tahu betul bahwa putrinya tidak akan menolak keinginannya. Lagi pula siapa yang akan menolak jika ditawari hal sebesar ini? Setidaknya itulah yang dipikirkan Kinan....
Hari-hari melelahkan pun dimulai. Berangkat sebelum fajar dan pulang setelah senja. Rutinitas baru bagi anak kelas 3. Mereka tak bisa mengeluh karena ujian demi ujian sudah di depan mata. Tryout, UASBN, samapi UN. Belum lagi ada SBMPTN juga yang lain-lain untuk masuk kuliah. Hanya otak dan dibantu keberuntungan yang bisa membantu mereka semua. Belajar, berdoa, hanya itu yang harus diutamakan bagi mereka. Bahkan di waktu istirahat ada yang justru mengisinya hanya untuk les dan senagainya.
Salah satunya Senja. Kuliah diluar negri memanglah sulit. Di sekolah dia habiskan waktu mendengarkan guru. Hanya saat istirahat ia bisa sejenak mengistirahatkan otaknya dengan makan siang dengan Salju, Fajar, dan Awan. Saat jamkos, dia lebih suka merenung di perpustakaan.
Malamnya Kinan sudah menyiapkan guru les private untuk Senja. Bahkan saat liburan guru les private itu setia menemani Senja belajar. Hasil dari kerja kerasnya tidaklah sia-sia. Saat Tryout pertama SMA Permata Bunda, Senja berhasil mendapat rangking 1 paralel.
Melihat Senja yang sibuk belajar, Fajar sedikit resah. Apa Senja tidak penat atau lelah melihat kata-kata, atau angka-angka gitu. Fajar saja langsung pingsan melihat segitiga dengan angka. Demi Neptunus penguasa lautan, pening liatnya. Fajar bisa naik kelas saja karena kertas ujian Awan. Kalau Awan tidak berbaik hati memperlihatkan kertas ujiannya, Fajar akan jadi murid abadi SMA ini.
Tapi Senja yang ini tidak bisa dibiarkan. Walau sebentar ini tidak boleh dibiarkan.
Fajar mendekat ke meja Senja. Senja saat itu sedang berkemas untuk pulang. Sekarang sudah jam 4 sore, tapi ini lebih cepat dari pada biasanya. Sekitar jam setengah 6 baru mereka bisa pulang. Kalau macet isya sampai rumah. Atau kadang jam 12 bisa saja. Hiks ... hiks ....
"Senja!"
Senja mendangakkan kepalanya, melihat Fajar yang tadi memanggilnya, "I ... iya ... Jaar?"
"Hmm ... kamu ... mau gak jalan-jalan ke pantai habis ini?"
"Haaa ... ke ... pantai?"
"Tenang aja, Awan dan Salju ikut, kok." Fajar melambai pada Awan dan Salju yang asik mengobrol berdua.
"Taaa .... Taaapiii ...."
"Wan, Sal, ikut gak ke pantai?" ajak Fajar. Belum sempat Senja menjawab, Fajar malah sudah mau mengajak Awan dan Salju.
"Wah ... enak nih liat sunset. Mumpung cerah gini," jawab Salju.
"Gue sih ikut aja," lanjut Awan.
"Oke yuk langsung gass. Pakai mobil gue aja."
"Oke Fajar."
Tak ada kesempatan lagi bagi Senja untuk menolak. Rasanya dia bisa sebentar ikut ke Pantai. Guru les-nya kan datang jam 7 malam. Masih ada waktu. Mama Kinan juga lembur hari ini. Mungkin dia bisa sekalian cari makan malam di pantai nanti.
Senja menghela nafas, lalu menggendong tas punggungnya. Ia mengikuti yang lain menuju parkiran. Semuanya terlihat bersemangat. Senja juga begitu. Sudah lama dia tidak ke pantai. Terakhir sudah lama saat mama papanya tidak sesibuk sekarang.
...
Angin pantai sangat mempan menghapus keringat. Suara ombak memberi ketenangan. Dan sunset yang diselimuti mega merah sesaat menghipnotis. Membuat yang melihatnya lupa akan semua masalah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunrise Become Sunset (End)✓
Novela JuvenilSenja dan Fajar apa bisa bersatu? Karena saat Senja datang, Fajar telah hilang. Dan saat Fajar muncul, Senja masih lama akan keluar. Cerita klasik yang sering terjadi. Masalah hati, cinta, perasaan, dan persahabatan. Jika memilih antara sahabat dan...