Part 12 : Menunggu

66 18 7
                                    

.


"Gak." Salju menjawab ketus.

"Salju, lo suka sama Fajar, kan?"

"Gak!"

"Sekali lagi gue tanya, lo suka sama Fajar, kan?!" Bentakan itu membuat Salju terkesiap kaget.

"Kalau gue suka terus lo mau apa?!" Gadis itu malah balas membentak.

Dia kemudian melenggang pergi terburu-buru. Tangannya dengan cepat menghentikan sebuah taxi yang lewat. Dia masuk, tanpa menoleh lagi ke belakang. Bahkan, niat untuk menunggu di halte bus sudah hilang.

Sementara itu, Awan terpaku. Dia hanya menatap punggung Salju dengan tatapan datar. Tangannya mengepal, kesal, tak suka, emosi, dan takut. Semua perasaannya bercampur aduk jadi satu.

Awan mengusap wajahnya perlahan. Dia sudah mengambil resiko dengan berada di kedua belah sisi. Salju menyukai Fajar, dan Fajar menaruh hati pada Senja. Dia tak tahu bagaimana perasaan Senja sendiri. dia juga tak tahu bagaimana perasaannya.

Sudah hampir lima bulan mereka sekelas. Dan itu benar-benar membuat dia frustasi karena masing-masing menjauh. Fajar dan Senja semakin sibuk berdua, dan itu bisa dimakluminya. Tapi, Salju menjauh dari pertemanan mereka dan alasannya karena dia cemburu dengan kedekatan Senja dan Fajar. Jadi, laki-laki ini harus memihak ke mana?

Dia berjalan mendekati motornya sendiri dan membawanya membelah jalanan ramai. Masalah pertemanan dan persahabatan benar-benar ada di kelapanya saat ini. Dia tak ingin semuanya tiba-tiba saja berubah.

...


Lo gunain cara terakhir.

Kata-kata itu terngiang setiap malam di kepala Salju. Dia masih menimang dan memilih. Apakah dia benar-benar akan menggunakan cara terakhir itu untuk mendapatkan hati Fajar? Apa dia benar-benar akan melakukan itu pada Senja.

Pikirannya benar-benar kalut. Sudah hampir dua bulan dia mendiami Fajar. Akan tetapi, laki-laki itu sama sekali tidak merespon tentang perubahan sikapnya. Yang ada, malah Awan yang menghalangi jalannya saat sepulang sekolah. Dan itu kejadian dua minggu lalu.

Sekarang, hubungan dia, Fajar, Awan, dan juga Senja semakin jauh. Dia menjauhi ketiga temannya untuk mendapatkan hati Fajar, agar laki-laki itu sadar dan meresponnya. Akan tetapi, usaha yang dia lakukan sia-sia.

Salju duduk di tepi jendelanya sekarang. Matanya menerawang jauh, menusuk pikiran dan merenungkannya. Dia bahkan tak menyadari ada teriakan yang sedari tadi sudah memanggilnya.

"Salju! Woi!"

Gadis itu akhirnya menoleh ke arah depan. Dia melihat Awan juga duduk di tepi jendela sembari tertawa sendiri.

"Lo kayak gak mood aja belakangan, PMS, ya?" Awan bertanya usil.

"Bukan urusan lo!" ketusnya.

Awan terkekeh di balik jendela. Meski bagaimana pun perilaku Salju padanya, Awan tetap berusaha berhubungan baik dengan gadis itu. Walaupun dia tahu belakangan ini dia, Fajar dan Senja semakin jauh dengan Salju.

"ATM lo disita juga?" Awan masih mencoba menebak-nebak.

Salju mendengkus. "Udah gue bilang bukan urusan lo! Kok sekarang lo usil banget sama urusan hidup gue?"

Sunrise Become Sunset (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang