Sedetik kemudian, Fajar tersadar dan kembali memperbaiki posisinya agar tidak terlalu dekat. Dia bungkam dan kemudian kembali mencabuti rumput lapangan yang memang lumayan banyak.
"Kalian mau pacaran apa kerja?" bentak Bu Dewi dari depan ruang kelas sepuluh.
Kali ini mereka terdiam. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Senja sudah tak memikirkan lagi bagaimana wajahnya sekarang. Sumbraut? Kotor? Dekil? Hal itu sama sekali tak terpikirkan oleh dirinya sendiri sekarang. Yang dia tahu, dia ingin segera memyelesaikan hukuman itu.
...
Matahari terik membasuh wajah semua anak. Bukannya membuat siswa bersemangat dalam belajar karena panas, tapi malah semakin bosan karena ceramah yang diberikan Toni-guru KWN-di dalam kelas. Kelas dipenuhi bau keringat yang menyengat dan juga keluhan tiap siswa karena mendengar ocehan tak jelas dari Toni.Beberapa murid yang sudah suntuk dan bosan, mulai mengipaskan buku pelajaran mereka pada tubuh mereka sendiri. Ada siswa yang duduk di tepi jendela, sudah mulai mengambil kesempatan untuk mengeluarkan kepala mereka ke luar jendela untuk mencari udara segar. Dua diantara murid-murid itu tertidur, salah satunya Fajar.
Toni yang sebenarnya menyadarai kebosanan anak-anak didiknya tidak melakukan sesuatu. Dia tetap saja membacakan materi, yang tentu saja perkataannya semua dicopas dari buku pelajaran. Bagaimana bisa mereka tidak bosan?
Belajar dengan membaca buku? Semua orang bisa, bahkan anak Taman Kanak-kanak juga bisa. Tapi, jika guru ini dibantah saja, pasti dia akan segera marah dan tak masuk ke kelas mereka selama satu Minggu. Dia tak akan masuk, sebelum semua anak seisi kelas meminta maaf padanya.
Merasa hanya diabaikan , Toni berusaha mencari perhatian pada anak-anaknya. Dia memukul meja dengan rol kayu panjang dua meter. Kemudian dia kembali fokus membacakan materi pada anak-anak kelas tiga itu.
PLAK!
Fajar tersentak kaget mendengar pukulan itu. Dia mengerjabkan mata, kemudian mengusap bibirnya yang dipenuhi benang-benang emas yang berseliweran. Laki-laki yang ada di sebelahnya memandang Fajar jijik.
"Jorok lo!" bisik laki-laki itu sinis.
Fajar memandang laki-laki itu usil. "Kenapa? Lo mau juga, Awan?" tanya Fajar yang membuat Awan bergedik ngeri.
Tawa Fajar pecah melihat Reaksi teman sebangkunya itu.
"Fajar! Awan! Ada apa di belakang?" tanya Toni saat mengetahui suara berisik itu berasal dari mereka.
"Eh, Pak. Kami lagi nunggu bel keluar main bunyi, Pak," jawab Fajar sekenanya.
Awan menyadari tatapan tajam dari Toni, dia segera menyikut Fajar kuat. Sementara itu, Fajar yang merasakan sakit di pinggangnya melotot menatap Awan tak terima, dia sama sekali tak mengerti kenapa Awan sampai menyikutnya begitu keras.
"Kamu, ya, Fajar. Selalu saja bikin ulah, kamu banggain status kamu sebagai anak dari Kepala Sekolah di sini, iya?" tanya Toni yang begitu menusuk Fajar.
Remaja itu terdiam, dia terlihat tak berniat membalas perkataan tajam dari Toni-gurunya sendiri. sementara itu, matanya menatap Toni dingin. Dia bisa bercanda, tapi dia tak suka jika candaan itu disangkut pautkan pada orangtuanya sendiri. Fajar merasa tak suka dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunrise Become Sunset (End)✓
Teen FictionSenja dan Fajar apa bisa bersatu? Karena saat Senja datang, Fajar telah hilang. Dan saat Fajar muncul, Senja masih lama akan keluar. Cerita klasik yang sering terjadi. Masalah hati, cinta, perasaan, dan persahabatan. Jika memilih antara sahabat dan...