Seorang wanita berambut pirang sepunggung sedang mengamati perkembangan bisnis keluarganya dari lantai atas. Wanita itu ditemani oleh seorang pelayan setianya yang sejak dulu selalu berada di sampingnya untuk menjadi penjaganya dan juga penasehatnya disaat ia membutuhkan saran untuk setiap keputusan yang akan diambilnya.
"Apa kakek sudah sampai?" Tanya wanita itu sambil menyesap vodkanya. Padahal jam masih menunjukan pukul dua siang, tapi wanita itu sudah meminum minuman beralkohol dengan kadar alkohol yang cukup tinggi di siang hari. Sepertinya ia sedang memiliki banyak masalah.
"Pesawat tuan besar akan mendarat pukul empat sore nona."
Pelayan setianya memberitahu sang nona sambil melihat jadwal penerbangan tuan besarnya yang sebentar lagi akan tiba di Amerika. Tapi sejauh ini pria itu melihat jika nonanya tidak terlalu senang dengan kedatangan sang kakek, padahal sebelum-sebelum ini sang nona begitu antusias untuk bertemu dengan sang kakek yang sudah lama tak dilihatnya.
"Sepertinya nona tidak terlalu senang dengan kedatangan tuan besar?"
Wanita itu menghembuskan nafas kecil sambil memandang seluruh sudut kasino miliknya dengan gusar.
"Aku bukannya tidak senang, tapi aku hanya bingung bagaimana cara menghadapi kakek jika pengiriman kemarin menuai kendala. Salah satu orang kita tertangkap polisi di pelabuhan karena membawa dua ratus kilo mariyuana. Untung saja kita memiliki orang dalam yang bekerjasama dengan Bloods, sehingga pengiriman itu berhasil dilakukan. Tapi kakek akan bertanya ini itu yang membuat kepalaku semakin pusing karena pekerjaan kita yang semakin hari semakin menumpuk. Mungkin hari ini aku tidak akan menemui kakek terlebihdahulu, aku ingin mendinginkan kepalaku yang panas." Ucap wanita itu frustasi sambil menegak vodkanya dalam satu kali teguk.
Tiba-tiba ponsel milik Yunho bergetar, membuat sang pemilik ponsel langsung mengangkat panggilan itu cepat ketika ia membaca nama yang tertera di dalam layar ponselnya.
"Selamat siang, tuan besar."
Wanita itu menoleh gusar kearah pelayannya karena sekarang pria itu sedang berbicara dengan kakeknya. Padahal baru saja ia mengatakan jika ia ingin menghindarinya untuk sesaat.
"Tuan besar ini berbicara dengan anda nona."
Krystal mengumpat kesal pada pelayannya dan langsung merebut ponsel hitam itu dengan kasar. Padahal ia sudah mematikan ponselnya agar sang kakek tidak berbicara macam-macam dengannya. Tapi apa yang ia dapat, justru pria tolol di sebelahnya yang membuatnya harus berbicara dengan sang kakek.
"Kau sepertinya sedang ingin menghindari kakek, ada apa Krystal? Apa kau telah membuat kesalahan?"
Krystal mendengus kesal sambil mengumpati kakeknya dalam hati. Ia paling tidak suka jika pekerjaannya diremehkan dan setelah itu ia akan mendapat tekanan dari kakeknya.
"Aku tidak membuat kesalahan apapun, aku sudah berhasil mengurus semuanya. Jadi kakek tidak perlu khawatir."
"Pengiriman kemarin mengalami kendala bukan? Krystal, kau harus memperbaiki kinerjamu lagi nak, jika kau tidak ingin merugikan bisnis keluarga kita. Ingat, ayahmu mengorbankan dirinya untuk kejayaan keluarga kita, untuk masa depanmu, jadi jangan kecewakan ayahmu."
Sialan! Dasar tua bangka!
Lagi-lagi Krystal mengumpati kakeknya dalam hati karena sang kakek yang dinilainya terlalu mengontrolnya seperti robot. Padahal selama ini ia sudah berusaha keras untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin Bloods. Tapi tetap saja sang kakek masih meremehkan kemampuannya.
YOU ARE READING
Bullets Of Justice
FanficHidup penuh sandiwara dan pengorbanan itu memang sulit, namun itulah yang harus dijalani Yoona dan suaminya Lee Donghae yang merupakan seorang intel di Korea Selatan. Hubungan pernikahan yang tidak pernah dipublikasikan, membuat mereka tidak pernah...