E M P A T

63 13 0
                                    

Siena mengerjapkan matanya, butuh waktu lama untuk menyadari bahwa ia bangun bukan di kamarnya melainkan di kamar yang bernuansa gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Siena mengerjapkan matanya, butuh waktu lama untuk menyadari bahwa ia bangun bukan di kamarnya melainkan di kamar yang bernuansa gelap.

Satu..

Dua..

Tiga..

Gadis itu membelalakkan matanya. Saking terkejutnya, ia langsung berdiri tanpa aba-aba dari tidurnya. Sedikit oleng dan hampir jatuh. Namun, dengan cepat Siena dapat menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Shittt! Gue udah gila sumpah! Sialan!"

Hal pertama yang ia langsung cek adalah kelengkapan pakaian dan bernapas lega karena pakaiannya masih lengkap, bertambah satu dengan jaket yang melingkupi seluruh tubuhnya. Siena buru-buru keluar kamar dan langkahnya berhenti mendadak di ambang pintu ketika ia melihat Reno dengan setelan seragam lengkap tengah mengoleskan selai kacang ke roti tawar.

Otaknya tidak bisa berpikir jernih kali ini, ia langsung lari menuju pintu keluar tanpa memperdulikan panggilan Reno di belakangnya.

"You're embarrassing, Siena!" Gumamnya sambil mengacak rambut frustasi.

-oOo-

Siena turun dari taxi dengan rambut berantakan, jaket hitam yang tidak tertutup sempurna memperlihatkan pusarnya karena ia memakai pakaian yang sama dengan kemaren malam.

Matahari semakin tinggi menampakkan sinarnya. Sebelum ada tetangga lewat dan melihat dirinya dengan keadaan seperti ini, Siena bergegas masuk ke dalam rumah. Bersyukur sekali, pagi ini Anita sedang tidak ada di rumah. Ia bebas masuk tanpa harus ada makian dan siksaan terlebih dulu.

Sebelum merebahkan dirinya di atas kasur kesayangan. Siena tidak sengaja melihat pantulan dirinya di cermin yang berdiri tegak. Seketika itu mengumpat dengan kesal.

"Shit!! Are you bitch?!" Rambutnya mencuat kemana-mana, maskaranya luntur dan menghitam disekitar mata. Bajunya terlihat pas di tubuh, pusarnya tak tau malu terlihat sempurna di cermin. Apalagi bau tubuhnya masih ada sedikit sisa alkohol. Memuakkan!

"Pantesan supir taxi lihat gue kaya lihat setan. Sialan!"

Ia melirik ke arah jam dinding. Pukul 07.00, dirinya tidak akan sempat untuk membersihkan diri  dan berangkat sekolah dengan keadaan yang masih sedikit teler. Ia menarik ponsel dalam saku celana, membuka ponsel yang sudah penuh notifikasi dari beberapa teman dan pesan tidak manusiawi dari Anita.

Siena mendial nomor Ghea, yang langsung langsung diterima. "Nah ini! Darimana aja lo?!" Suara ngegas khas Ghea, sebagai sapaan.

ALOHA SIENA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang