Melangkahkan kakinya di atas rerumputan yang luas, karpet hijau memantulkan cahaya mentari yang menyilaukan. Sang putri dilingkup cahaya dan kehangatan, kebun teh milik ayahnya adalah tempat yang paling Putri ini sukai. Lari, Berlari, Lari lagi. Sang Putri merasakan kesenangan dan kebahagiaan. Lagi, ia tertawa lebar.
Tertawa dan tertawa, hingga air mata bebas meluncur dari kelopak matanya.
Sang Putri menangis.
-----------------------------------------------------------------------
Takut Mati
Tapi takut hidup
Takut memiliki
Tapi takut kehilangan
Takut berjuang
Tapi takut sia-sia
Takut bicara
Tapi takut tidak dipedulikan
Takut hari ini
Takut esok hari
Takut orang lain
Takut diri sendiri
Takut akan kesedihan
Tapi takut bahagia
Takut, takut, takut, takut
Perlu berapa lamakah?
Apa yang akan kaulihat
Bila dunia ini hanyalah takut semata
Dunia terus berubah
Takutmu terus bertambah
dalam pacuan itu, janganlah kalah
Menghadapi ombak itu takut
Tapi kau harus selamat
Maka meski takut, bertahan hiduplah!
LW/11/8/18

KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Putri Peratap
ŞiirDipropaganda oleh pikiran, dihancurkan oleh jiwa Kebohongan terbesarku, adalah diriku sendiri. Aku, sang putri Aku, sang monster Aku, sang Peratap Inilah Elegi ratapanku. Kompilasi Puisi (c) Syerin