CHAPTER 25

25 1 0
                                    

Disya hanya bisa menangis di dalam kamarnya sambil melamun. Yah disya terpaksa pulang karna ini permintaan revan jika ia tidak menurutinya maka akan ada pertengkaran lagi dan disya nggak mau bertengkar

Disya hanya terus berdoa dan berdoa agar sahabatnya itu baik baik saja

☆☆☆☆☆☆

Tepat pada pukul 5 pagi disya ke rumah sakit ia tidak peduli kalau ini masih terlalu pagi,disya kerumah sakit memakai seragam sekolah karna ia berpikir setelah dari rumah sakit ia berniat langsung ke sekolah

Disya baru saja ingin membuka pintu tapi seorang dokter keluar dari ruangan tersebut

"Loh saya baru saja ingin menghubungi mu"ucap dokter tersebut

"Emang ada apa dok??"ucap disya was was

"Sebelumnya saya minta maaf karna saya tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien"ujar dokter tersebut

Disya membulatkan matanya kaget tak terasa air matanya jatuh begitu saja

"LISHA.."teriak disya dan langsung memasuki ruang lisha

Disana terlihat seseorang yang di tutupi oleh kain yang menandakan pasien telah meninggal

Disya ambruk begitu saja,disya tak kuat mendengar dan melihat kenyataan bahwa sahabatnya itu pergi begitu cepat,ia bingung harus mengatakan apa pada para sahabatnya yang lain

Disya berdiri lalu meminta bantuan pada suster agar membantu mengemasi sahabatnya itu. Disya lalu mengambil hp nya lalu menghubungi orang tua lisha

"Hallo"

"Halo tante ini saya disya saya mau memberitau tante bahwa lisha meninggal...hisk..hisk.."

"APA..lisha meninggal...nggak mungkin..hisk...hisk...lisha nggak mungkin meninggal..."

"Maaf tante tapi ini kenyataannya lebih baik sekarang...hisk..tante kerumah sakit sekarang...hisk..biar disya aja yang memberitau yang lain"

Tuut..tuut

Disya berjalan diiringi dengan tangisan,disya meninggalkan rumah sakit menuju ke sekolah. Sampai di sekolah disya langsung mengirim pesan pada sahabatnya agar menemuinya di taman belakang sekolah

Disinilah disya,disya terus terusan menangis dan menghiraukan orang yang ada di sekitarnya

"Disya"

Disya mendongak dan melihat revan menatap bingung dan disya langsung memeluk revan sambil menangis

"Sayang kamu kenapa kok kamu nangis??"ucap revan

"Lisha van..hisk..lisha"

"Iya,lisha kenapa,apa dia baik baik aja"

"Disya,lisha kenapa lisha baik baik ajakan??"ucap samuel

"Hisk...hisk...lisha udah...lisha...meninggal...."ucap disya dan seketika disya langsung merosot kebawah karna tak kuasa menahak tubuhnya sendiri

Seketika semuanya kaget mendengar penuntunan disya

"Sya lo jangan main main yah nggak mungkin lisha meninggal"ucap devi menangis

"Gue nggak bohong lisha meninggal,pada saat itu gue kerumah sakit dan pas itu dokter bilang lisha meninggal tepat pada saat gue barusan datang"jelas disya emosi

Tanpa aba aba samuel langsung berlari kerumah sakit untuk membuktikan kalau apa yang dikatakan disya bohong

Nggak mungkin lisha meninggalkan samuel setidaknya itulah yang ada di pikiran samuel

Samuel sampai di rumah sakit dan masuk ke ruang inap lisha namun ia tak melihat sosok yang ia cintai

"Sus pasien di sini kemana?"tanya samuel pada salah satu suster

"Oh pasien di sini sudah di bawah kerumahnya dan akan segera di kuburkan"ucap suster tersebut

Sam yang mendengar itu,hatinya bagaikan di tusuk seribu jarum. Ia melenggang pergi dan segera ke rumah lisha

Lain hal nya dengan disya dkk,disya memandangi lisha yang terbaring sambil terus menangis. Disya teringat akan momen momen bersama lisha

Flashback on

"Sya"

"Em?"

"Nih"

"Al-qur'an??"

"Iya al-qur'an,karena walaupun kita dalam keadaan sedih,bahagia,dan apupun itu kita harus membaca kitab suci karena dengan begitu hati kita tenang,gue pengen deh jika gue mati gue pengen ada orang yang membacakan al-qur'an buat gue agar gue tenang di alam sana"

"Lo apa apaan sih lisha jangan ngaco deh"

"Gue nggak ngaco gue serius ,gue pengen lo yang bacakan ayat suci buat gue karna suara lo sangat bagus kalau lo lagi baca ayat suci"

Flashback off

Disya membacakan ayat suci untuk lisha mengingat lisha pernah mengatakan bahwa lisha ingin di bacakan ayat suci oleh dirinya

Suasana di rumah duka sangat membuat ketujuh teman lisha tak kuasa menahan diri untuk tidak menangis

Mereka bertujuh kehilangan sahabat terbaik mereka terutama samuel yang kehilangan sang kekasih tercinta dan disya kehilangan sahabat yang paling ia sayangi

Tetapi mereka harus tegar melewati semua ini sungguh tuhan tidak pernah memberi mereka sedikit kebahagiaan.

Dilain tempat tepatnya di kamar lisha,sam terduduk lemah sambil menangis ia benar benar terpuruk atas kematian lisha




1 bulan kemudian

Setelah kematian lisha semuanya berubah,mereka tidak pernah bersama lagi mereka hanya mengurusi urusan masing masing sampai sampai mereka tidak tau akan satu hal. Begitu berdampaknya kah persahabatan mereka sampai sampai hanya satu orang yang pergi mereka juga ikut pergi dan berpisah

Apakah ini akhir kisah persahabatan mereka???





GIRL AND BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang