Marriage Contract
Bag. 3
Desau angin menerobos masuk pada lubang jendela yang menganga. Tirai tipis melambai gemulai, seiring dengan alunan angin malam yang menerjang. Gemerincing hiasan yang terkait di pertengahan jendela, ikut terbuai, berisik menyenangkan. Malam begitu cerah, dengan sinar rembulan yang indah.
Dua manusia manis, berhadapan dengan kaca. Yang muda duduk memandang pantulan dirinya. Di depan cermin rias yang membias bayangan indah yang manis tandas. Sosok lain, berdiri di belakangnya, menyisir dan merapikan tatanan rambutnya.
“Mih,”
“Kenapa Dek?”
Jungkook menolehkan kepalanya. Membuat gerakan tangan seokjin terhenti seketika. Mereka bertemu mata dan Seokjin tahu bahasa pandang anaknya. Itu tatapan tak suka. Seokjin paham, setelah belasan tahun merawat kelinci manis ini sebagai anaknya.
“Adek ngga mau nikah,” Ucapnya lirih, dengan mata berkaca-kaca. Membayangkan masa depannya yang akan hancur berantakan. Jika tanpa Yugyeom bersamanya.
“Dekk.. Denger apa kata dokter kemarin kan? Baca surat hasil pemeriksaan Adek juga kan? Adek udah hamil, ada dedek lain di sini, dan lama makin lama perut Adek bakalan membuncit,” Ucap Mamih Seokjin, seraya mengusap-usap perut rata anaknya. Memang masih rata, karena kandungannya belum tua.
“Apa kata orang kalau anak Mamih satu-satunya hamil di luar nikah? Lebih parahnya hamil tanpa suami? Adek udah ngga sayang sama Mamih sama Papih?” Lanjut Seokjin, karena Jungkook sama sekali tak menanggapi. Diamnya Jungkook adalah bentuk protesan atas ketidak sukaan dalam hatinya.
“Adek mau nya Gyeomi Mih, ngertiin Adek dikit Mih, Cuma mau nikah dan hidup sama Gyeomi,” Rengek Jungkook mengiba, berharap hati ibunda berbelok dari jalurnya.
“Sayang ku… kalian berdua ini lahir dari satu rahim yang sama, kalian saudara sedarah Nakk, mana bisa norma kita memberkati pernikahan kalian?”
“Mami rela habis ini Adek hidup sama orang lain yang bahkan Mamih sendiri belum tahu bagaimana dia? Mamih ngga mikirin perasaan Adek suka sama dia apa enggak? Mamih rela, ngebiarin Adek hidup sama orang asing?”
“Ssstt… jangan nangis dong, riasannya jadi berantakan.. Ini ngga lama kok Sayang, ngga lama sampai anak kamu lahir,”
Nikah kontrak, itu yang langsung terbesit dalam benak Jungkook. Ia bungkam seketika dan hanya bola mata yang bergerak pelan. Menjauhkan pandangan dari sang ibu.
Bukan harga diri lagi yang dia pikirkan. Bukan juga tentang kesalahan yang sudah ia lakukan. Tapi tentang kedua orang tua yang sudah melakukan banyak upaya untuknya. Sampai sejauh ini, sampai pada akhirnya terbesit rencana gila ini.
“Mamih sayang sama Adek, Mamih ngga mau Adek jadi bahan gunjingan dan hujatan tetangga, Mamih ngga mau cucu Mamih di pandang sebelah mata dan Adek menanggung cacat sosial sampai akhir hayat, Adek sayang… nurut ya sama Mamih, sebentar aja kok,”
Memang begitulah Seokjin dan Namjoon memperlakukan Jungkook selama ini. Hidup serba mudah dan di lengkapi dengan berbagai kenyamanan. Jungkook tak pernah sekalipun merasakan hidup susah. Tak pernah merasakan kekecewaan anak kecil lainnya, saat keinginan mereka tak di penuhi orang tua. Jungkook mendapatkan segalanya, sejak ia masih muda.
Seokjin memeluk Jungkook serta merta. Begitu anggukan halus terdeteksi mata. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya. Setidaknya, si manja yang pengeyel ini sudah menuruti apa katanya. Setidaknya, masih ada rasa hormat di hati anak ini setelah tahu bagaimana kenyataan hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract ( Vkook / Yaoi )
Fanfiction[ On Going~~ ] DILARANG PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN TIDAK TERIMA ALASAN TERINSPIRASI KALO ISINYA SAMA PERSIS BESERTA SUSUNAN KATA² NYA BERANI PLAGIASI TANGGUNG RESIKONYA DARI TUHAN!!! Sebuah lembaran hidup dari segelintir manusia yang mempertaruhka...