5 - 6

2.8K 140 3
                                    


Happy Reading ...

Part 5 - Mulai pertengkaran

Saat pertengahan pelajaran berlangsung sebuah sura pintu terbuka membuat fokus mereka yang semula di papan menjadi ke arah pintu.

Clekk

Pada saat pintu terbuka yang memperlihatkan empat orang gadis dengan penampilan acak-acakan kecuali Zahra dan Oik yang masih rapi, namun tidak dengan penampilan Ify yang dimulai dari rambut hitam panjang bergelombang rapi kini diikat asal-asalan, dasi yang miring, baju kotor akibat tumpahan jus, dua kancing terlepas membuat penampilan Ify berkesan bad girl, begitu pula dengan Dea, namun baju yang dipakai Dea masih putih dan bersih.

"Kalian habis dari mana?" tanya Pak Romi dingin.

"Manjat tembok." singkat Ify santai sambil berlalu menuju mejanya diikuti teman-temannya.

"Kalian tau ini sudah jam berapa?" tanya Pak Romi.

"Bapak gak punya jam iya? Sayang banget hari ini saya gak bawa jam jadi gak bisa bantu bapak liat jam." kata Ify sambil menatap sela jari-jarinya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Ify membuat tatapan Pak Romi semakin menajam dan dingin membuat mereka selain keempat gadis itu merasakan ketakutan, mereka sama sekali tidak menyaka Ify berani melawan Pak Romi.

"Keluar kalian!" perintah Pak Romi dengan menahan kemarahannya.

"Kalo gue gak mau? Kenapa gak lo aja yang keluar." tantang Ify membuat Pak Romi memerah menahan amarah.

"Kalian berempat akan saya adukan pada kepala sekolah, terutama kamu Allyassa." katanya dengan marah kemudian keluar dari kelas sambil membawa buku-bukunya.

"Hushus, bikin pemandangan rusak aja," ucap Zahra disambut gelak tawa mereka berempat.

"Ciis! Emang dasar tukang ngadu," cerca Ify membuat mereka berempat tertawa lagi.

Brakk

Suasana hening seketika saat Sivia menggebrak mejanya, ia terlihat begitu marah dan kecewa saat meatap ke ara Ify yang balas menatapnya dengan datar dan kilatan yang tersembunyi.

"Ow, kayaknya bakalan ada yang marah ini," ejek Dea.

"Lo―tunjuk Sivia pada Ify, yang dibalas tatapan penuh kebencian dari Ify―lo bukan Ify yang gue kenal," katanya membuat Ify semakin jengah dan muak.

"Ify yang lo kenal dulu udah mati, kalo lo pengen ketemu atau kangen sama dia. Sono lo kunjungin dia dipemakaman Prancis pasti gue yakin lo bakalan ketemu dia di sana," balas Ify dingin.

Plaakk

Tiba-tiba saja sebuah tamparan keras melayang dipipi putih Ify membuat semua terkejut yang membuat seketika pipi gadis dengan surai coklat panjang itu memerah, entah sejak kapa Acha telah berdiri di dekat Ify tak ada yang tau begitu pula dengan Dea yang terlambat mencegah tangn gadis itu mendarat di pipi putih sepupunya. 

"Acha Larissa." desis tajam Ify.

Plakk

"Biar adil," tambahnya santai setelah membalas tamparan Acha.

"Lo kenapa kayak gini sekarang sih Fy!" pekik Acha tanpa perduli panas bekas tamaparan balasan dari Ify.

"Lo tanya kenapa?"Desis Ify sinis kemudian tertawa mengerikan membuat sebagian murid merinding.


Part 6


Tawa sinis Ify masih memenuhi kelas lalu berhenti dan suasana kembali hening, ia terdiam sambil menatap dengan kosong ke arah Acha kemudian menjadi tatapan tajam dan dingin.

"Lo tanya kenapa?" desis Ify lebih dingin.

"Dengar ini Acha Larissa, lo dan sahabat munafik lo itu yang ngebuat gue kayak gini. Bahkan gue terpaksa ngerasain sakitnya dihianatin, gue juga terpaksa ngerasain sakitnya saat orang yang lo kira cinta sama lo ternyata cuma dijadiin bahan taruhan doang sama sahabatnya. Gue juga terpaksa ngerasain diikat di Rumah Sakit Jiwa sendirian dan sekarang dengan entengnya lo tanya kenapa?" cercaIfy sambil sesekali tertawa sinis dan tersenyum miring yang begitu mengerikan.

Pengakuan yang diucapkan oleh Ify membuat sebagian dari mereka terkejut terutama Sivia, Acha dan Rio. Mereka sama sekali tidak menyangka apa yang mereka lakukan dulu berdampak begitu parahnya pada Ify. Bahkan Rio yang menjadi pelaku utama dari semua itu ingin sekali bersujud untuk meminta maaf pada Ify, dirinya bahkan seolah ikut merasakan penderitaan yang dirasakan oleh Ify saat ini dengan hatinya yang berdenyut nyeri seolah sebuah panah tak kasap mata melukainya.

"Sudah puaskan kalian?" tannya Dea dengan datar.

"Sekarang gue minta, kalian berdelapan jauhi Ify, berhenti ikut campur masalahnya dan jangan harap kalian melihat Ify yang dulu lagi," lanjut Dea sambil berjalan ke arah Ify yang terduduk sambil menatap kosong.

"Seperti katanya tadi, Ify yang dulu sudah mati dan digantikan Ify yang baru, jadi mulai sekarang berhenti berharap seolah Ify yang dulu kalian manfaatkan dan permainkan dapat kembali," jelas Dea dingin kemudian memapah Ify menuju UKS karena memar dipipinya akibat tamparan Acha.

Sedangkan Rio, Acha dan Sivia sama-sama terdiam, mereka masih belum dapat menyangka semua itu terjadi pada Ify. Mereka bukan bermaksud untuk mempermainkannya saat itu.

Sedangkan diluar kelas Alvin mendengar semua apa yang dikatakan oleh Ify, dirinya juga kaget dan merasa sangat bersalah karena ikut dalam permainan itu dulu. Kalau saja dulu ia jujur dengan dirinya sendiri pastinya Ify tidak akan seperti ini dan dirinya juga tidak akan merasakan perasaan bersalah.

Setelah melihat Dea yang keluar bersama kedua sahabatnya sambil memapah Ify menuju UKS Alvin mulai berjalan mengikuti mereka. Sesaat Alvin tetap berdiri di tempat yang tidak dapat diketahui siapapun sambil menunggu Dea dan kedua sahabtnya untuk keluar.

Cukup lama Alvin menunggu hingga mereka keluar entah kemana dengan sedikit terburu-buru Alvin menggunakan kesempatan itu untuk masuk melihat keadaan Ify saat ini. Di sana pemuda sipit ini melihat seorang gadis mungil tengah berbaring yang sebagian tubuhnya tertutupi oleh selimut.

"Apa dia pingsan," batin Alvin lalu berjalan perlahan ke arah ranjang Uks tempat Ify berbaring.

"Lo juga gak pernah ngerti gimana sakitnya cinta sepihak Fy," kata Alvin solah-olah Ify dapat mendengar setiap perkataannya.

"Lo egois karena cuma ngerasa cuma lo yang negrasain sakit, tapi apa lo gak tau rasa sakit apa yang gue pendem selama ini."

"Lo tau, selama gue pacaran sama Sivia gue gak pernah merasakan perasaan yang sama kayak saat deket lo,"

"Sakit banget saat gue tau lo jadian sama Rio namun bukan saling cinta tapi buat taruhan, gue juga ngerasa bersalah saat itu karena gak berani jujur dan ngerasa bodoh banget saat ikut taruhan itu,"

Ia kemudian mulai maju lebih dekat ke arah Ify, dengan pelanAlvin mengelus lembut rambut hitam halus Ify kemudian mendaratkan sebuah kecupan di dahi gadis cantik di depannya itu sambil berlalu pergi kembali ke kelas.

.

.

.

Bersambung

See You

Dendam Alyssa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang