20

2K 100 3
                                    


Part 20

.
.

Happy Reading...

Dengan berjongkok Ify mulai mengangkat wajah adiknya itu dan melihat sebuah memar yang kini berwarna merah keunguan menghiasi wajah putih mulus itu membuat seketika memunculkan kerutan di dahi Ify.

"Kak Ify saki." rengek kembali Ray tanpa malu membuat Ify dengan lembut mengelus memar di pipi pemuda tampan di depannya ini.

"Lo! Apa masalah lo sih sampai mukul adik gue!" bentak marahnya menoleh ke arah Rio yang masih berdiri dengan kaku.

"Adik lo itu udah nyebapin Acha luka kena kuah bakso panas terus dia gak mau minta maaf." sahut Shilla membuat Ify mengalihkan tatapannya.

"Tapi temen lo gak usah pakek emosi juga kan, mungkin aja temen lo yang gak punya mata." balas Dea dengan sinis.

"Bukannya kebalik tuh, jelas-jelas adik sepupu lo kalik yang gak punya mata!"

"Nah kalo emang adik sepupu gue gak punya mata terus temen lo itu punya mata kenapa dia gak ngehindar saat mau ditabrak Ray, Oh! Atau jangan-jangan temen lo sengaja iya kali mau bikin sensi di sini biar dia dikasihanin."

"Kasian banget gak ada yang ngasihanin jadi caper deh didepan umum."

Sementara Dea dan Shilla saling adu mulut Ify mulai membantu Ray untuk berdiri dan mengabaikan orang-orang di sekelilingnya, tatapan diam Ify beralih ke arah Acha yang tengah meringis menahan sakit di punggung tangannya yang kini telah terlihat memerah yang tengah diobati oleh Rio.

"Ayo kita ke uks," ajak Ify pada Ray tanpa mengalihkan tatapannya dari dua pasangan di depannya itu.

Ketika Rio dan Acha mendengar Ify mengeluarkan suara keduanya menoleh ke arah Ify yang seketika bertemu dengan iris coklat gelapnya yang tertutupi kabut kebencian membuat keduanya merasakan ketidak nyamanan dan menambah rasa bersalah keduanya pada gadis cantik didepan mereka ini.

"Lo berhenti buat masalah sama gue, gue pengen ini yang terakhir. Kalo sekali lagi gue liat sahabat lo yang lain gangguin gue atau temen gue, lo bakal terima akibatnya," desis tajam Ify lumayan keras membuat mereka dapat mendengarnya dan mau tak mau merasa merinding mendengar nada yang penuh rasa kebencian itu.

"Fy, apa gak ada rasa ingin maafin kita sedikit aja di hati lo?" tanya Rio datar namun mengandung nada putus asa.

Mendengar pertanyaan Rio, raut wajah Ray dan Deva menjadi gelap. Keduanya merasa marah karena berani-beraninya mereka berarap maaf dari kakaknya setelah apa yang mereka lakukan dimasa lalu.

"Maaf? Gue bahkan gak pernah mendengar itu dalam hidup gue, maaf ini sejenis apa? Manusia?" tanyanya tanpa ekspresi.

"Fy, kita tau kita salah. Tapi Ify yang gue kenal itu suka memaafkan kesalahan orang lain, dia gak egois dan jahat," sahut Shilla setelah selesai berdebat dengan Dea.

"Enak banget lo ngomong, emang lo pikir gue yang egois atau kalian. Apa kalian dulu gak mikirin perasaan gue saat kalian cuma buat jadiin gue taruhan buat kesenangan kalian dulu?! Gak kan! Jadi gue juga sama, gue gak mikirin buat maafin kalian, enak banget kalian udah nyakitin gue terus dengan mudah gue maafin kalian gitu aja, mikir dong lo! Gue bukan cewek sok suci yang bakalan selalu maafin orang saat orang lain nyakitin gue."

"Oh! Buat apa lo mikir toh juga bukan lo yang ngalamin, satu yang harus kalian tau kalau Ify yang dulu udah mati dan yang ngebunuh dia adalah kalian semua!"

Setelah mengatakan kalimat balasan untuk perkataan Shilla yang membuat mereka seketika terdiam Ify langsung berjalan pergi bersama dengan Ray yang masih memeluk lengannya diikuti oleh Deva lalu Dea setelah memberikan tatapan tajam ke arah mereka.

"Mimpi aja kalian kalo pengen bisa buat Ify maafin kalian dan jangan harap dapet maaf dari dia."

.

.

.

Bersambung

See You

Dendam Alyssa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang