16-17

2.7K 136 14
                                    


Part 16

.
.

Happy Reading...


Ify tengah duduk menompa dagunya sambil menatap ke arah luar namun tatapannya sama sekali tidak fokus ke arah iris coklatnya mengarah, ia terlihat tengah memikirkan segala alasan dari semua yang ia lakukan ini dan juga alasan mereka menoreh begitu dalam yang tidak dapat sembuh diaman sewaktu-waktu terasa pedih dan menyesakkan karena tidak dapat disembuhkan.

"Woy! Ngelamunin apaan sih?" kata sebuah suara mengejutkan Ify.

"Ish! Apaan sih lo, ngaggetin gue aja." sembur Ify kesal pada Dea pelaku yang membuatnya kaget.

"Lagian lo sedari tadi gue perhatiin lo ngelamun terus." balas Dea dengan wajah merenggut.

"Udah jangan nampakin muka jelek lo itu, sekarang ada apa lo ganggu gue. Gak mungkinkan lo nyamperin gue kalo gak ada maksudnya?" tanya Ify dengan mata menyimpit selidik ke arah yang mulai menampakkan cengirannya.

"Hehee, gue mau ajak lo ke kantin. Soalnya tadi di rumah gue belum bisa sarapan, lagian Bu Reynata gak masuk hari ini." ajak Dea.

"Males, yang ada entar ujung-ujungnya lo minta traktir sama gue." tolang Ify berdiri dari kursinya lalu beralih duduk di atas meja.

"Gak lah, Papa gue lagi baik hari ini, Jadi uang bulanan gue lebih awal di kasinya." ujarnya dengan senyum yang mengalahkan iklan pepsodent.

"Iya lo di kasi lebih awal dan bakalan habis lebih awal juga, gue heran kenapa Paman Rendi gak pernah nyadar kalo anak tersayangnya ini super boros." cibir Ify.

"Masa bodo yang terpenting gue bisa sarapan, ayo!" tarik Dea pada Ify membuat gadis dengan rambut sepunggung itu hampir terjatuh kalau tidak memiliki refleks dan keseimbangan yang baik.

"Ish! Lo kira-kira dong kalo pakek tenaga buat narik gue hampir aja gue nyium tanah." gerutu Ify sambil pasrah di tarik-tarik oleh sepupu rempongnya ini.

Tanpa mereka sadari sebuah iris hitam pekat menatap interaksi ke dua gadis itu sejak awal bahkan sebelum kedatangan Dea dengan tatapan yang sulit dimengerti karena begitu banyak emosi yang diperlihatkan oleh iris indah itu.

.

.

.

Deva dan Ray tengah berdiri di depan kelas menunggu intruksi guru untuk mereka memperkenalkan diri mereka seperti murid baru umumnya.

"Nah anak-anak kalian dapat teman baru, dia Ray dan Deva adik dari Ify serta anak dari pemilik sekolah ini. Jadi kalian harus berteman baik dengan mereka iya," pinta guru wanita itu.

Beberapa siswi mendengar hal itu segera mulai menyusun siasat agar dapat lebih dekat dengan anak pemilik sekolah ini karena mereka tidak mungkin mendekati Ify yang satu geng dengan ratu pembully di sekolah ini, jadi mumpung ada dua anak laki-laki dari pemilik sekolah ini mereka akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya selain itu mereka merasa terpesona dengan ketampanan keduanya.

"Silahkan perkenalkan diri kalian." suruh guru wanita itu.

"Nama gue Deva Reynaldi, pindahan dari Paris." singkat Deva tanpa tersenyum dan hanya menatap bosan ke arah siswi yang berusaha menarik perhatiannya, namun itu mungkin sia-sia saja karena baik Deva dan Ray telah terbiasa dengan wanita seperti itu.

"Gue Ray Prasetya, kembaran dari Deva dan gue yang tertua, Pindahan dari Paris, semoga kita bisa jadi temen iya." kata Ray yang berbanding terbalik dengan Deva yang tidak menampakkan senyuman sedikitpun malah Ray kini tersenyum lebar sambil melambai-lambai ke arah teman-teman barunya.

Dendam Alyssa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang