11 - 12

2.6K 131 3
                                    



Happy Reading...

Part 11 – Si kembar Rival

Prancis - 12:00 malam

"Dev." panggil Ray pada Deva namun pemuda itu tak bergeming sedikitpun membuat otak jahil Ray berkerja.

"Deva gempa bumi." teriak Ray panik tepat di telinga Deva membuatnya tersentak kaget dan langsung berdiri dari tempatnya tidur.

"Waaa! Jangan gempa! Gue belum nika sama kak Ify! Waaa!" jerit Deva berlari mondar mandir mencari tempat sembunyi, sedangkan Ray sudah berguling-guling dilantai memegang perutnya sambil tertawa keras.

"Ray kok lo ketawa? Ada gempa loh, lo gak mau nyelametin diri." tanya Deva polos membuat Ray semakin tertawa.

"Hahaa! Jadi lo percaya?" tanya Ray disela tawanya membuat Deva sadar akan kelemotannya.

"Sialan lo." ketus Deva pada Ray.

"Lagian lo gue panggil gak nyahut malah ngelamun." balas Ray masih tertawa membuat Deva geram.

"Oke terus aja lo ketawa, tapi nanti gue yang bakalan peluk kak Ify duluan." ancam Deva membuat tawa Ray seketika terhenti.

"Yak! enak aja lo. " ketus Ray namun Deva tetap diam.

"Dev jang―."

"Ssttt, gue lagi mikir nih." kata Deva menyela ucapan Ray.

Ray menaikkan sebelah alisnya bingung dengan perkataan Deva, dirinya penasaran apa yang tengah di pikirkan oleh adiknya itu.

"Lo lagi mikir apa sih?" tanya kesal Ray karena tak kunjung mendapat jawaban dari Deva.

"Di tempat kak Ify sekolah ada 'mereka' kan?" tanya Deva membuat raut wajah Ray berubah, yang tadi imut lucu-lucu berubah menjadi serius dan sedikit menakutkan ketika mendengar pertanyaan Deva yang menyebut 'mereka', begitu pula halnya Deva.

"Saat gue masuk, gue bakalan kasi mereka kejutan yang sangat hebat," kata Ray dengan seringainya.

"Hahahaa! Kasian banget mereka, sekarang mereka bisa seneng saat kita kasi kejutan nanti apa mereka masih bisa seneng lagi." ucap Deva membuat seringaian Ray semakin menyeramkan.

"Kalian bakalan nyesel karena pernah buat Sister girl kami terlika." batin Ray dingin.

"Kalian semua harus membayar setiap rasa sakit Sister girl kami." lirih Deva namun dapat didengar Ray membuatnya tersenyum sinis.


Part 12 - Ready games


Hari ini keberangkatan pesawat pribadi milik Deva dan Ray menuju Indo, sedangkan Ify merasa badannya pegal-pegal akibat menyiapkan kamar untuk kedua adik tersayangnya, walaupun begitu ia tetap merasa puas dengan hasil kerjaannya. Dengan semangat Ify bangun menuju kamar mandinya namun sebelum itu ia terdiam di ambang pintu kamar mandi.

"Aish kok gue bisa lupa iya buat kasi kabar ke Dea, tapi sudahlah nanti aja." tukas Ify langsung masuk ke kamar mandi, setelah 25 menit ia keluar dengan stelan dress merah selulut bertali spageti menempel pas di tubuh mungilnya kemudian keluar menuju garasi.

"Mang Ido tolong jaga rumah, Ify mau jemput Ray sama Deva dulu." pamit Ify pada salah satu pekerja di rumahnya.

"Hati-hati iya, Non." balas mang Ido setelah mobil super vero orange milik Ify melaju dengan cepat menjahui rumah itu.

Keesokan harinya dengan semangat Ify berpakaian lengkap dengan cepat takut membuat kedua saudaranya itu lelah menunggu, bahkan yang lebih parah lagi mereka akan berdebat di sana. Setelah merasa siap Ify kemudian melajukan mobilnya menuju bandara.

Berkendara setengah jam akhirnya Ify sampai di Bandara lalu tanpa banyak menunggu dengan cepat Ify masuk ke dalam dengan tujuan menuju ruang tunggu bandara ini, karena menurut apa yang dikatakan Mommynya pada pesan Line keduanya kalau kedua adiknya itu tiba pada pukul 07:00 dan sekarang sudah hampir setengah delapan.

Dengan panik Ify menatap ke segala arah untuk melihat keberadaan mereka, namun tidak kunjung terlihat. Ify berjalan kembali ke arah dalam restoran yang berada di Bandara ini, tetapi tetap saja kedua adiknya itu belum ia temukan hingga saat gadis dengan rambut coklat panjang ini kembali sebuah tangan besar menutup penglihatannya.

Sejenak Ify menegang lalu ia menghirup udara dan merasa begitu kenal dengan wangi parfum yang dikenakan oleh orang yang tengah menutup matanya saat ini, seketika tubuh Ify kembali rileks .

"Ray jangan bercanda, gue udah capek nyari kalian," ketus Ify.

"Iyah gak seru, kak Ify kok cepet banget nebak kalo itu Ray." rajuknya membuat pemuda tampan di sebelahnya mengerutkan dahi jijik mendengar nada suara saudaranya itu.

"Apa gue bilang, seharusnya tuh gue yang nutup mata kak Ify biar gak ketahuan," kesal pemuda disamping pemuda tampan dengan rambut gondrong itu.

Reynaldi Prasetya, adik angkat pertama dari Ify. Dia memiliki sifat ceria, ramah dan sangat menyayangi keluarganya. Namun kadang Ray juga memiliki sifat menyebalkan, dingin dan menakutkan apabila telah marah sehingga membuat Ify kadang merasa asing dengan adiknya itu.

Devana Prasetya, adik angkat bungsu Ify memiliki sifat bertolak belakang dengan saudara kembarnya yang tidak lain adalah Ray. Deva memiliki sifat pendiam, kalem dan penyabar, selain sifat itu juga kadang pemuda tampan ini juga memiliki sifat tersembunyi seperti kakaknya apabila saat marah..

.

.

Bersambung

See You

Dendam Alyssa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang