21

2.5K 133 21
                                    

Part 21

.

.

Happy Reading

Di dalam uks sekolah Ify dengan telaten membersihkan luka kecil di sudut bibir Ray dengan alkohol lalu melapisinya dengan obat, ia sebenarnya tidak begitu suka dengan bau obat-obatan dan sangat takut melihat seseorang terluka sampai berdarah terlebih itu keluarganya sendiri.

Oleh karena itu Ray tadi sempat menolak untuk diobati dan meminta kalau lukanya itu agar dibiarkan saja karena walaupun tak diobati pun luka sekecil ini akan sembuh sendiri, namun Ify tetap bersikeras untuk mengobati lukanya karena takut walaupun luka sekecil itu apabila infeksi lama kelamaan akan menjadi luka yang serius.

Namun Ify juga kadang merasa bahagia melihat orang lain merasa sakit dan luka parah, kadang ia juga akan tersenyum atau tertawa karena merasa lucu. Kedua orang tua Ify yang pernah melihat kelakuan Ify beberapa kali itu memutuskan untuk membawa Ify ke pskiater untuk berkonsultasi dengan apa yang dialami oleh Ify.

Dan menurut apa yang dijelaskan oleh psikiater itu kalau kejiwaan Ify belum sepenuhnya pulih walau ia telah beraktivitas seperti layaknya orang normal dan itu patut untuk terus diawasi. Oleh karena itu kedua orang tua Ify langsung meminta Ray dan Deva masuk di sekolah yang sama denganya agar dapat mengawasi gadis itu.

"Nah udah, tuh hebat kan gue," kata Ify dengan senyum bangga dengan kemampuannya sendiri.

Ray melihat senyum Ify tentu saja merasa bahagia, setiap senyum yang dikeluarkan oleh kakak tercintanya itu bagi Ray dan Deva adalah sesuatu yang sangat berharga di dunia ini. Oleh karena itu mereka akan sangat berhati-hati untuk tidak membuat orang tercinta mereka agar tidak sedih dan terus tersenyum bahagia.

"Wah, kak Ify hebat," puji Ray sambi mulai menyunggingkan senyuman sambil mengelus surai hitam sepunggung Ify.

"Iya dong, lo belum tau sih apa yang bisa gue lakuin selain ini,"

Entah mengapa apa bila terlihat dari dialog keduanya sangat telihat kalau Ray lebih cocok menjadi seorang kakak ketimbang Ify yang terlihat memiliki sifat kekanak-kanakan, namun Ray tak merasa keberatan dengan sifat yang kakaknya tunjukkan di depannya itu malahan ia merasa bahagia dengan apa yang dilakukan oleh Ify karena terlihat ia nyaman untuk besikap manja dengan dirinya dan Deva.

"Kalo gitu kita balik ke kelas yuk," ajak Ray mulai turun dari ranjang uks.

"Lo gak istirahat dulu?" tanya Ify khawatir.

"Ish, kakak Ify Ray tuh cuma luka kecil. Gak perlu istirahat kalik," kata Ray membuat Ify mengeluarkan cengiran.

"Iya siapa tau lo mau bolos kayak dulu yang lo lakuin," katanya sambil mengikuti langkah Ray yang berjalan terlebih dahulu menuju pintu keluar uks.

"Sekarangkan Ray udah gede, jadi Ray harus berfikir dewasa biar bisa jagain kak Ify. Jadi Ray gak bakalan bolos lagi kayak dulu,"

"Alah gaya lo dewasa,"

Setelah mengatakan hal itu Ify dan Ray berjalan dalam keheningan diselangi dengan suara beberapa guru yang tengah menjelaskan materi dan juga beberapa murid yang tengah bercanda ria dan berbicara didalam kelas karena gurunya tidak datang, sesampai di kelas Ify, keduanya berhenti dengan saling berhadapan.

"Kak Ify masuk deh, keliatannya udah ada guru yang masuk," pinta Ray sambil tersenyum lembut ke arah Ify sambil mengusap puncak kepalanya.

"Oke dan lo juga harus rajin belajarnya sama Deva, jangan main terus. Katanya lo mau jadi lebih dewasa," balas Ify setengah mengejek adiknya itu.

"Siap Sister Girl, kalo gitu Ray balik ke kelas dulu iya. Kak Ify masuk gih,"

Setelah lambai singkat ke arah Ify masuk begitu saja ke dalam tanpa mengucapkan salam atau pun meminta izin untuk duduk pada guru yang berada di sana karena langsung duduk menuju mejanya dengan beberapa pasang menatapnya dengan berbagai ekspresi.

Sedangkan guru yang melihat kelakuan Ify hanya diam saja karena tidak ingin mencari masalah dengan pewaris sekolah ini yang akan mengancam pekerjaannya jadi ia lebih memilih melanjutkan materi yang sempat terpotong dengan Ify yang masuk tadi dan juga untuk mengalihkan perhatian murid yang menatap Ify, Ray hanya diam melihat kelakuan kakaknya dan menoleh dengan kelembutan serta penuh kasih sayang sekali lagi ke arah Ify lalu mulai berjalan pergi.

Tanpa Ray sadari tatapannya tadi membuat rasa tidak suka seorang gadis yang duduk jauh disamping mengeluarkan ekspresi tidak suka dan merasa marah dengan mengepalkan tangan mungilnya diatas pahanya agar mengurangi rasa marahnya.

.

.

.

Bersambung

See You

Dendam Alyssa [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang