Rahasia

7 1 0
                                    

"Adra gue pengen ngomong sama lo! " ucap Alfa di depan pintu kelas Adra dengan wajah yang sangat datar. Ia pun mendapat tatapan kagum dari teman kelas Adra.

Adra hanya bingung dengan sikap Alfa. Tidak biasnya Alfa akan datang ke kelasnya untuk mengobrol dengan dirinya.
Tanpa berfikir panjang Adra segera mengikuti Alfa.

"ngapain lo ngajak gue ke taman gini? Jangan-jangan lo pengen ungkapin perasaan lo yah? " tebak Adra tanpa malu sesikit pun. Ia sudah menghayalkan hal-hal romntis yang akan Alfa lakukan untuknya.

"lo yang ngomong ke Vera kalau kita pernh pacaran? " Tanya Alfa dengan tatapan yang penasran tapi wajah datar dan dingin.

"oh. Itu " dalam hati Adra sedikit kesal dan kecewa dengan Alfa. Pasalnya ia sudah membayangkan adegan romantis tapi semua yang tejadi di luar ekspektasinya.

Rasanya ia ingin mencabik-cabik tubuh Alfa sekarang. Seandainnya ia tidk berada di lingkungan sekolah.

"kok gue pengen cabik nih anak yah.tapi entar ada berita di koran lagi. Seorang siswi membunuh mantan pacarnya karena sang mantan tidak melakukan hal romantis saat bertemu dengannya.kan kisahnya nggak lucu." wajah Adra sudah sangat kesal.

"gue nggak ngomong apa-apa kok. Tadi tuh temen gue yang ngomong eh malah kuping sih vera denger. Yah jadinya gitu. " jelas Adra.

"oh. Kalau  gitu gue pergi. " Alfa pun pergi meninggalkan Adra yang masih melotot melihat tingkah Alfa yang sangat aneh dan cuek.

"Ampun gue sama tuh anak. Bisa-bisnya gue pernh pacaran sa dia. Mending juga kak Rivel." bisik Adra sambil memukul jidatnya seakan ia sedang merutuki kebodohannya.

"kok gue ngebandingin Alfa dengan Kak Rivel yah?" tanyanya pada diri sendiri dengan ekspresi memikirkn sesuatu.

"bodo amat. Kak Rivel itu masa depan Adra. Alfa itu cuma masa lalu yng udah jadi mantan. yang sepatutnya di buang jauh-jauh. " lagi-lagi Adra hny berbicara pada dirinya sendiri layaknya orang bodoh.
----- # -----
Alfa begitu bingung dengan keadaan saat ini. Di satu sisi ia sangat ingin memiliki Adra tapi di sisi lain ia juga tak ingin jika hubungannya yang hanya pura-pura itu menyebar di sekolahnya.

"ngapain lo di sini?" tanya Adra yang menemukan Alfa di rooftop.

Alfa menoleh sekilas pada sosok Adra. Ia pun kembali merenung. Tanpa menghiraukan Adra.

Tanpa di perintah pun Adra segera mengambil tempat untuk duduk di sevelah Alfa.
"nggak biasnya nih anak nggak ngomong.eh salah dia kan nggk pernah nggomong. Paling ngomong cuma 3 kata doang. " pikir Adra.

"Ngapain? " tanya Alfa masih dengan wajah dinginya.

"aku? "tunjuk Adra pada dirinya sendiri

Alfa hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Adra.
"oh. Itu. Gue lagi iseng doang naik.eh malah ketemu lo di sini. " jawabnya sambil terkikik.

Lagi-lagi Alfa mendiami dirinya. Ia juga sudah kehabisan kata-kata untuk mengajak Alfa mengobrol. Rasanya saat itu Adra ingin menampok kepala Alfa dengan sepatunya.
"gue tampok aja nih anak biar ngomong. Dari tadi gue terus yang ngomong." kesal Adra dalam hatinya.

"nggak usah ngomong kalau terpaksa. Lebih baik lo diam biar gue tenang. " Perkataan Alfa tersebut membuat Adra tersentak. Ia bingung bagaimana Alfa bisa tahu isi pikirannya.

"eh. Nggak gitu kok. " bantah Adra padahal tingkahnya sudah membuat Alfa merasa tebakannya betul.

"udah lama lo nggak duduk di samping gue." ucap Alfa yang tatapannya masih tertuju ke depan.

Seketika Adra menoleh pada Alfa. Ia bukannya tidak peka tapi ia bingung harus menjawab apa.

"nggak usah di jawab. Lo juga nggak tahu mau jawab apakan? " sahut Alfa. Adra hanya bisa pasrah karena Alfa membaca pikirannya untuk kedua kalinya.

"lo nggak kangen gitu sama gue? " tanya Alfa tiba-tiba.dan pandangannya sudah mengarah tepat pada mata Adra.

Adra terdiam sejenak.
"gu..e.. Gue... Juga kangen sama lo Fa. Tapi... Ah sudalah nggak penting juga." ucap Adra mengalihkan pandangannya. Ia tak sanggup jika harus menatap mata tajam namun indah dari Alfa.

Alfa tahu bahwa Adra tak berani menatapnya.ia mengerti perasaan Adra jadi ia tak menanyakan hal tersebut lagi.

GRADUATION?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang