9

2 0 0
                                    

"Rivel. " sapa Adra saat bertemu Rivel di koridor sekolah.

Rivel hanya menoleh dan kembali menelusiri jalannya tanpa menghiraukan sapaan Adra.

"iih. Kok lo nyebelin banget sih! Bukannya di balas malah di cuekin. Kesel gue kalau gini hasilnya. " oceh Adra sambil menghentakkan kakinya.

"gue nggak habis pikir sama lo Adra. Dari dulu sampai sekarang lo masih aja sama. Nggak pernah berubah. Lo masih mengharapkan gue sementara lo punya Alfa yang bakal lindungin lo dari apapun" pikir Rivel.
----#----
Setibanya Adra di kelas, ia langsung menghempaskan bokongnya di kursi.
"kalau gini hasilnya sampai dunia kiamat juga gue nggak bakalan nemuin cinta sejati gue. Padahal bentar lagi kita itu lulus. " kesal Adra saat ia sudah berada di kelas

"baru pagi juga tuh muka udah kusut aja. Kenapa lagi lo? Masalah Alfa? " Klein heran melihat Adra yang setiap pagi harus memperlihatkan wajah kusutnya.

"kok jadi Alfa sih?" Adra kesal pada klein bukannya menghibur dirinya malah menerka yang tidak-tidak.

"terus? Siapa lagi yanh bisa buat muka lo kayak gitu selain Alfa? "

"iiih. Kok kamu bilang gitu sih! Ini bukan soal Alfa. Tapi soal Rivel.dia itu nggak pernaj respon gue padahal niat gue baik. Cuma mau temenan sama dia aja. " jelas Adra.

" sok lo. Lo bilang cuma mau temenan. Padahal mau lo lebih dari itu. Lo pengen Rivel perhatiin lo teruskan? Respon lo terus? Abis itu lo pengen jadi seorang yang spesial buat Rivel kan? Itu bukan niat baik Adra tapi modus belaka."  nasehat Klein

" sejak kapan lo jadi bijak gini? Kesambet apaan lo?" heran Adra

"gue tadi kesambet roh mario teguh. " ucap Klein dengan wajah serius yang membuat Adra percaya begitu saja.

"waaah. Hebat.gimana jadi mario teguh? Enak nggak bisa berbagi motivasi? Jadi pengen gue kerasukan roh mario teguh? " ucap Adra dengan mata berbinar-binar membayangkan dirinya jadi mario teguh.

Seketika Klein menjitak kepala Adra yang begitu bodoh percaya ucapannya.

"apaan sih? Sakit tahu" wajah Adra masam saat mendapat jitakan dari sahabatnya itu.
Padahalkan yang ia katakan dan bayangkan itu baik. Bukan yang negatif gitu.

"abisnya otak lo itu lagi tidur tadi. Maknya gue ngasih rangsangan dikit biar cepat sadar. "

"tapi nggak gitu juga caranya. Pala gue juga sakit. " Adra masih mengusap bekas jitakan Klein.

"terserah lo.gue pusing.lo liat nih tugas gue belum kelar. Dan lo malah ngoceh nggak jelas gitu. " Klein kembali sibuk menyalin tugas temannya.

" emangnya kita ada tugas? "

" ya ampun Adra. Lo nggak ngerjain tugas. Bentar lagi bel bunyi lo. Dan lo harus nyalin 3 lembar. " jelas Klein

"kok lo nggak ngomong dari tadi sih? Malah nyeramahin gue lagi. " Adra mulai panik apalagi guru yang akan masuk saat ini guru yang killer dan tugasnya belum selesai.

Sepertinya ia harus mempersiapkan dirinya untuk di jemur di lapangan sekolah.

"lo nggak mau nyalin. Banyak lo ini?entar lo di hukum. "  Klein bingung melihat Adra yang masih diam memikirkan sesuatu.

"gue pasrah aja. Gue udh siapin diri gue di jemur di lapanga. "

"yang semangat yah. Entar gue bawain minuman buat lo."  kata Klein menenangkan Adra yang terlihat cemas.

GRADUATION?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang