Naruto menatap kotak itu dengan tatapan menyelidik, kotak itu baru satu jam yang lalu Shion beri. Gadis pirang itu berpesan untuk menyerahkan kotak itu pada Hinata, kekasihnya.
"Kau tidak berpikir tentang isi kotak itu adalah bom kan, Naruto?" Sakura menatap jengah sahabat kuningnya itu.
Bagaimana tidak jengah, sejak tadi pria kuning itu tak henti hentinya menatap kotak itu. Bahkan Sakura dan Sasuke ingin pergi dari situ, jika saja mereka tidak ingat tujuan mereka kemari.
"Dobe, hentikan penelitian bodohmu itu! Kita kemari untuk membahas kegiatan kita selama seminggu penuh." ujar Sasuke.
"Aish, diamlah.."
Srak.
Sakura mengambil kotak itu dengan kasar dari tangan Naruto, "kembali kan kotaknya!" Sakura menggeleng.
"Baiklah kalau begitu, aku bisa memulainya dengan tenang."
Setelah itu Sasuke berbicara seputar bisnis.
M • Y • S
Mobil sport putih itu berhenti di depan pagar kokoh itu, tak lama kemudian pagar tersebut terbuka secara perlahan saat sang pengendara meng klakson.
"Selamat datang kembali, tuan." semua maid membungkukkan badannya saat mobilnya berjalan memasuki perkarangan yang cukup luas itu.
Setelah memarkirkan mobilnya, pria itu berjalan keluar dari mobilnya. Kou berjalan menghampiri pria itu, ia membungkukkan badannya.
"Selamat datang kembali, tuan. Saya Kou, jika anda masih mengingat saya."
Pria itu menatap Kou tajam, "Aku tidak pernah lupa. Dimana adik kesayanganku?"
"Ada di kamarnya, mari saya antar anda." pria itu hanya diam, kou berjalan lebih dulu dan diikuti dengan pria itu.
Tak perlu waktu lama itu sampai ke kamar Hinata, "saya permisi dulu." Pria itu hanya mengangguk.
Sesaat setelah Kou pergi, ia menghela nafas sejenak dan tersenyum tipis. Pikirannya melayang ke beberapa tahun yang lalu, tangannya sambil mengetuk pintu kamar Hinata.
Tok Tok Tok.
"Ah, sebentar!"
Senyum tipisnya semakin mengembang saat mendengar suara seseorang yang sudah lama tidak ia dengar.
"I—ya?" Hinata membelalakan matanya saat membuka pintu kamarnya, dan sekarang ia melihat seseorang yang sudah lama tidak ia lihat.
"Neji-niisan!!"
Dugh.
Tubuh mungil itu langsung bertubrukan dengan tubuh tegap milik Neji, keduanya saling berpelukan dengan erat. Melepas rindu yang sudah lama terpendam, mengingat kesibukan yang kian lama kian memadat.
"Hm, bagaimana keadaanmu? Kau semakin kekanak-kanakan." Neji mengelus Puncak rambut Hinata dengan lembut.
"Ie! Aku baik.. Nii san sendiri bagaimana?"
"Haha, aku baik."
Hinata merenggangkan pelukannya, kedua bola matanya menatap Neji dengan lekat. "Uhm, apa nii san sudah bertemu dengan Hanabi?" Neji menggeleng.
"Belum, aku baru saja sampai." Hinata langsung melepaskan pelukannya.
"Istirahatlah! Aku akan meminta pelayan mengantarmu ke kamar," baru saja Hinata akan beranjak pergi tangannya sudah di cekal oleh Neji.
"Tidak perlu, aku bisa ke kamarku sendiri. Lagipula, aku ingin berbicara denganmu." ucap Neji.
"O-oh, baiklah."
"Bagaimana kalau berbicara disana?" Hinata menunjuk ke arah tamna yang berada di halaman depan, Neji hanya mengangguk.
Mereka berjalan menuju ke taman tersebut, pemandangan Indah dan suasana yang tentram menyambut mereka. Di taman tersebut terdapat bangku panjang berjumlah dua, dan di hiasi air mancur di tengah tengahnya.
"Kenapa tiba-tiba Neji-niisan pulang? Bukankah masih ada pekerjaan di sana selama dua bulan?" tanya Hinata saat mereka duduk di bangku yang ada di taman tersebut.
"Oh, tou sama menyuruhku kembali untuk menjaga kalian." Hinata hanya mengangguk.
"Padahal aku tidak harus repot-repot kemari mengingat kalian sudah dewasa," lanjutnya.
Hinata memukul lengan Neji pelan, "Menyebalkan!"
Namun pria yang di sampingnya tidak menganggapinya. "Kau sudah punya kekasih?" tanya Neji kepada intinya.
"A-apa?"
"Kau, aku dengar dari tou sama kau sudah punya kekasih."
"Iya." — "Neji niisan, tidak keberatan kan?"
Gugup? Oh jelas! Neji adalah kakak sepupunya yang sangat overprotektif kepadanya, sejak kecil kedekatan mereka yang membuat Hinata merasa sangat nyaman dan membuat Neji merasa harus melindungi Hinata.
"Siapa?" terdengar santai namun menusuk.
"N-naruto."
"Si baka itu? Aku tidak menyangka.." Hinata hanya terdiam, saat Neji beranjak pergi dari sana ia langsung tersadar dengan lamunannya.
"Tunggu, Nii san!"
Langkah Neji terhenti, tetapi ia tetap pada posisinya. "Hm?"
"T-tolong, tolong restui hubungan kami!" Hinata membungkuk 90° derajat.
Suasana yang damai itu berubah menjadi tegang, di tambah angin dingin yang menerpa. Neji masih diam tak menjawab, berbeda dengan Hinata yang kini gugup dan masih membungkuk.
"Besok, suruh dia kemari. Selamat malam," setelah itu Neji pergi meninggalkan Hinata yang masih diam tak berkutik.
Bersambung.
Hmmmm 1000× *ditampolreaders.
Akhirnya setelah sekian lama bek :v gomenne, yg nunggu Ff sebelah mohon bersabar, masih di ketik.. 🐣
Babay~
KAMU SEDANG MEMBACA
MY Sunrise!!√
FanfictionDisclaimer : Masashi Kishimoto. Warning : OOC, Typo, etc. Pair : Naruhina. Genre : Romance Di cintai orang yang kita cintai memang menyenangkan bukan? Hinata Hyuuga adalah salah satu orang yang paling beruntung. Gadis berparas Ayu nan rupawan i...