Kesal

1.9K 131 1
                                    

Sedari tadi entah sudah berapa ribu kali Kanaya mengomeli pria blasteran yg sedang berada di samping nya saat ini. Iya, saat ini Kanaya berada di rumah milik Aksa. Rumah yg tidak kalah besar dengan rumah Kanaya.

"Harusnya gue pesen go-jek aja tadi" gerutu Kanaya tepat saat selesai mengobati lebam-lebam dan beberapa luka yg berada di daerah lengan tangan Aksa. Aksa yg berada di sebelah Kanaya tentu saja mendengar gerutuan Kanaya barusan dan melemparkan tatapan tajam nya yg diabaikan Kanaya.

"Lo sengaja ya" tuding Kanaya sambil menatap kearah Aksa tidak kalah tajam.

"Mana ada orang yg ngelukai tubuhnya sengaja" bela Aksa.

"Bukan itu maksud gue. Lo sengaja pulang lebih cepet terus tawuran kaya gitu biar nggak jadi balikin sepeda gue kan? Terus lo ngapain balik lagi setelah gue berjam-jam berdiri di halte nunggu angkutan umum lewat"

"Lo kenapa sih? Kayanya takut banget sepeda lo sampe gue jual. Eh, kalo gue mau udah dari kemaren kali gue ngelakuinnya dan udah pasti sekarang gue nggak mungkin bawa lo kerumah gue"

"Yauda sekarang mana sepeda gue?" Kanaya berdiri dari duduknya seraya kembali menagih sepedanya kepada Aksa.

***

"Lo yakin mau pulang naik ini?" Tanya Aksa sambil menunjuk kearah sepeda.

"Jangan ngeremehin tenaga gue"

"Gue nggak ngeremehin. Malahan gue tau kalo tenaga lo itu tenaga badak" balas Aksa santai.

Kanaya menutup kembali bibirnya saat hendak membalas perkataan Aksa.

"Ayo, gue anter" tawar Aksa seraya berjalan kearah motor besarnya.

"Nggak! Gue mau pulang naik ini aja" Kanaya masih bersikeras mempertahankan keinginannya itu. Aksa mendengus panjang sambil menatap kearah Kanaya tidak habis pikir.

Aksa kembali sadar ketika Kanaya yg sudah mendorong sepedanya membawa keluar dari garasi yg berada di rumah ini dengan santai. Kanaya kembali masuk kedalam ruang tamu untuk mengambil tasnya lalu keluar dan menaiki sepeda miliknya.

"Makasih udah mau benerin sepeda gue" ucap Kanaya sambil tersenyum lebar kemudian mengayuh pedal sepeda dengan riang.

Aksa tidak tinggal diam, pria berdarah blasteran itu langsung menyusul Kanaya yg benar-benar susah di beri tahu. Aksa segera masuk kedalam rumahnya untuk mengambil jaketnya dan segera menyusul Kanaya dengan motornya.

"Aya! Woi, berenti" sepanjang jalan Aksa terus berteriak berharap gadis itu mau berhenti. Hingga mau tidak mau Aksa harus menyalip Kanaya agar dia mau berhenti.

"Awas! Gue mau pulang keburu hari makin sore"

Aksa tidak menggubrisnya. Dia tetap berada di atas motornya sambil menempelkan benda pipih di telinganya mencoba menghubungi seseorang.

"Halo, kang Dirman tolong kesini ya. Ambil sepeda yg kemarin saya benerin. Nanti saya share-loc aja tempatnya"

"...."

"Oke,pak. Makasih ya"

"Lo apa-apan sih! Jangan semena-mena dong. Inikan sepeda gue" omel Kanaya yg sedari tadi hanya diam.

"Lo pilih pulang bareng gue atau bayar sepeda yg udah gue benerin ini. Semuanya 250ribu"

"Nggak! Gue pulang naik angkutan umum aja" tolak Kanaya mentah-mentah kemudian berjalan dengan kesal meninggal Aksa yg masih berada di dekat sepeda dan motornya itu.

Aksa merutuki dirinya sendiri. Kenapa jadi harus Kanaya yg merasa kesal? Seharusnya dia lah yg kesal dengan gadis itu bukan malah sebaliknya seperti ini.

Aksa & Kanaya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang