Baper itu manusiawi!

1.3K 95 3
                                    

Kanaya sudah bersiap lebih cepat dari biasanya. Gadis remaja ini sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya. Entahlah, sejak percakapan tadi malam itu, sejak perasaan yg berdebar tidak karuan sekaligus rasa hangat yg menyelimuti hatinya. Kanaya tau jika hal itu yg membuat dirinya susah tidur dan alhasil dia sudah rapi pagi-pagi sekali.

"Pagi Kanaya" sapa Galih.

Kanaya yg sedang mengoleskan roti dengan selai coklat hanya membalas seadanya tanpa mau menoleh kearah lawan bicara.

"Pagi" sahutnya datar.

"Sayang, kamu uda rapi begini. Tumben banget?" Timpal Dini yg baru saja keluar dari dalam kamar. Kanaya hanya bergumam. Entahlah, Kanaya tidak mau berlama-lama berada di antara dua orang ini.

Kanaya buru-buru bangkit dari duduknya berniat kembali ke kamar miliknya. Namun terhenti ketika mendengar suara Galih yg sangat jarang sekali berbicara dengannya.

"Kanaya, om sama sekali tidak pernah memaksa kamu untuk memanggil saya dengan sebutan papa. Tapi setidaknya tolong hargai mama kamu. Om merasa kamu sudah cukup kelewatan. Menjauh dan bersikap dingin dengan mamamu sendiri bukan sesuatu yg bagus,nak"

"Cukup! Seharusnya anda berpikir baik sebelum mengutarakan kalimat barusan. Seharusnya anda bisa berpikir mengapa saya seperti ini. Apa harus saya ulang lagi alasannya?" Sela Kanaya sambil menahan sesak yg tiba-tiba saja menghampiri dadanya. Tubuhnya bergetar menahan tangis yg hampir saja keluar.

Jika saja, jika saja ini tidak terjadi.

Arghh.

Kanaya dengan cepat melangkahkan kakinya menaiki anak tangga secepat mungkin. Seharusnya Kanaya tidak memberi kesempatan untuk bergabung dengan mereka. Seharusnya tadi Kanaya langsung kembali ke kamarnya. Dengan begini Kanaya yakin jika airmatanya tidak akan mungkin mendesak keluar seperti saat ini.

"Sudahlah,mas. Kanaya tidak salah. Ini memang salahku" ucap Dini lirih.

***
Kanaya tetap pergi bersama Aksa. Sekitar 15 menit Kanaya sempat terduduk diam di dalam kamar sambil berusaha menenangkan dadanya yg bergemuruh. Hingga akhirnya Aksa yg datang menjemput Kanaya.

Tidak ada yg membuka pembicaraan. Perjalanan menuju kearah sekolah pagi ini benar-benar hening. Padahal kalau pergi bersama ojek online pun tidak akan se-hening ini suasananya.

"Aya, lo kenapa?"

"Gue? Gue baik kok"

"Lo ngelamun. Kenapa?"

"Gue nggak ngelamun" bohong Kanaya.

"Lo nggak akan bisa bohong sama gue. Inget, gue ini calon pacar lo"

"Gue pengen ke suatu tempat" ucap Kanaya seperti permintaan.

"Sekarang?"

Kanaya mengangguk sekilas. Tentu saja terlihat oleh Aksa dari kaca spion.

"Sekarang sekolah dulu. Nanti pulang sekolah gue janji bakal nemenin lo ke tempat yg tadi lo mau" Kanaya mengangguk setuju yg dibalas senyuman oleh Aksa.

Aksa dan Kanaya berpisah saat sudah berada di depan kelas Kanaya. Ini pertama kalinya Aksa mengantar Kanaya hingga ke depan pintu kelas Kanaya.

"Lo jangan ngelamun lagi. Btw, gue kayanya kecanduan sama wangi parfum lo. Vanilla coklat" ujar Aksa jujur.

Kanaya tersenyum singkat dan baru menyadari jika teman sekelasnya sedari tadi mengintip dari dalam kelas. Bentuk dari rasa kepo mereka.

"Lo masih sempetnya ya ngelirik cowok lain padahal cowoknya sendiri masih disini" gerutu Aksa pelan yg terdengar Kanaya.

Aksa & Kanaya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang