Dijemput

2.4K 150 1
                                    

Ibu Dina yg sedang duduk di meja makan mendengar sebuah suara deru motor yg memasuki pekarangan rumahnya. Pemilik rumah itu mengernyitkan dahinya bingung ketika menatap jam dinding miliknya.

"Siapa yg datang pagi-pagi begini?" Gumamnya sendiri.

Tidak berapa lama terdengar suara anak laki-laki yg mengucapkan salam sambil menekan bel rumah beberapa kali. Ibu Dini bergegas bangun dari duduknya dan menghampiri pintu utama rumah. Terlihat seorang anak laki-laki dengan wajah yg sedikit kebarat-baratan lebih tinggi dari tinggi ibu Dina. Anak laki-laki itu tersenyum dan dibalas ibu Dina.

"Kamu siapa? Temennya Kanaya" tanya ibu Dina.

"Iya,bu. Saya temennya Kanaya"

Tumben banget temen Kanaya ada yg cowok.

"Kanaya nya udah berangkat sekolah atau belum?"

"Oh sebentar. Saya panggil Kanaya dulu. Dia belum berangkat kok"
Ibu Dinu berbalik badan dan langsung melihat Kanaya yg masih berada di pertengahan anak tangga sambil menatap kearah ibu Dini.

"Ada yg nyariin kamu" ucap beliau yg hanya diangguki singkat oleh Kanaya kemudian sedikit mempercepat langkahnya.

"Mana sepeda gue?" Tagih Kanaya ketika tau siapa yg datang. Kanaya masih ingat bentuk motor milik anak laki-laki yg sudah menurunkannya di perempatan jalan semalam.

Aksa berbalik badan kemudian menggaruk tengkuknya yg tidak gatal.

"Sepeda lo ada dirumah--"

"Lo nggak sabotase atau ngelakuin hal-hal yg jahat ke sepeda gue kan?!" Tuding Kanaya sambil menunjuk Aksa dengan jari telunjuknya. Kanaya lebih dulu menyela ucapan Aksa.

"Dih! Sepeda butut begitu nggak ada yg mau kali. Abang-abang cilok juga ogah nerimanya" cibir Aksa.

Kanaya menegakkan kembali tubuhnya. Sesaat dia kembali ingin tahu ada apa Aksa pagi-pagi sekali datang ke rumah miliknya.

Dia tau rumah gue darimana?

"Terus lo ngapain kesini? Lo tau rumah gue darimana?" Tanya Kanaya bertubi-tubi.

"Lo udah siap belum?" Aksa bertanya balik sambil meneliti penampilan Kanaya yg sudah rapi.

"Kalau udah rapi, yuk bareng gue" ajak Aksa tanpa ragu-ragu.

"Gue bareng sama lo? Nggak! Nggak! Lo mau turunin gue dimana lagi nanti?! Di depan pasar rame"

"Lo nethink aja sih. Belum juga dicoba. Udah yuk mau nggak? Jangan kelamaan mikir. 10 menit lagi kita telat" ujar Aksa membuat Kanaya memutuskan untuk pergi bersama anak lelaki itu.

Kanaya masuk kembali kedalam rumahnya dan langsung naik ke lantai dua tempat kamarnya berada. Kanaya mengambil tas sekolahnya ygberada di atas meja belajar. Tidak lupa charger ponsel nya. Kanaya kemudian segera turun dan menghampiri Aksa yg sedang mengobrol ringan dengan ibu Dini.

"Kanaya pergi dulu" ucapnya sambil berjalan kearah motor Aksa. Aksa yg ikut menyaksikan hanya terdiam kemudian berpamitan dengan ibu Dini tidak lupa menyalim tangan wanita paruh baya itu.

***
Motor yg di kendarai Aksa memasuki pekarangan sekolah. Untung saja Aksa mengendarai nya dengan sedikit kencang tidak seperti kemarin yg ingin membuat jantung Kanaya copot. Selama di perjalanan hanya diisi dengan Kanaya yg selalu bertanya ataupun membahas tentang sepedanya yg berakhir Aksa yg selalu menjawabnya dengan asal.

"Gue minta maaf udah berburuk sangka sama lo" ucap Kanaya tulus setelah turun dari motor milik Aksa.

Mereka berdua hampir lupa jika setiap pasang mata saat ini sedang menatap kearah mereka. Ini pemandangan yg luar biasa langka! Aksa yg jarang berinteraksi dengan perempuan tiba-tiba saja datang sambil membonceng seorang perempuan.

"Eh! Itu si Kanaya bukan?" Tanya Dita yg lebih dulu menyadari kehadiran temannya itu.

"Iya, itu si Kanaya. Kok dia bisa bareng sama si Aksa sih perginya?"

"Mungkin ketemu di jalan" timpal Cia sambil memainkan ponselnya. Mengecek akun instagram miliknya.

"Iya, gue juga minta maaf semalem udah nurunin lo. Btw, gue tau rumah lo karena semalem gue puter balik motor gue dan berakhir gue ngikuti lo. Meskipun gue juga nggak ngerti kenapa gue buntuti lo" lanjutnya di dalam hati.

"Iya nggak apa-apa. Terus sepeda gue kapam bisa gue ambil?"

"Nanti pulang sekolah udah bisa diambil. Mau gur anter kerumah lo atau--"

"Nggak perlu. Nanti gue ikut kerumah lo aja" putus Kanaya kemudian berlalu meninggalkan Aksa yg masih berdiri di dekat motornya.

"Gea dkk!" Ucap Kanaya sedikit berteriak sambil berjalan dengan sedikit cepat.

"Itu cowok yg semalem ngantar lo pulang kan?" Tanya Gea ketika Kanaya sudah berada di dekat mereka bertiga. Kanaya mengangguk singkat.

"Iya, lo kenal?"

"Nggak gue nggak kenal" Gea menggeleng cepat.

"Tapi barusan lo nyebut nama tuh cowok dan sekarang lo bilang ke Kanaya kalo lo nggak kenal tuh cowok" celetuk Dita yg ikut menyimak perbincangan kedua sahabatnya itu. Cia? Cia tidak terlalu perduli. Baginya selama akun instagramnya itu tidak ada yg mengganggu tidak masalah. Dia akan selalu mendukung apapun yg dilakukan sahabatnya.

Gea terdiam tampak berpikir sebentar. "Iya. Gue tau namanya karena kebetulan gue sering denger anak-anak lain nyebut nama tuh cowok. Dia cowok yg selalu gue kejer"

"Udahlah. Biarin aja si Kanaya mau dianter sama siapa kek. Jangan terlalu di kepo-in. Sekali-sekali kasih dia ruang buat kenal sama lawan jenis. Yg penting jangan lupa traktiran nya"

Ketiga sahabatnya sontak menoleh bersamaan kearah Cia yg sedari tadi berbicara sambil menatap kearah ponselnya. Cia mengangkat kepalanya dan ikut menoleh kearah ketiga sahabatnya yg sedang menatap kearah Cia.

"Apa? Yg gue bilang barusan bener kan" ucapnya polos.

***
"Budi! Mana janji manismu? Membayar uang kas tepat waktu" Tagih Kanaya sambil kembali mengecek siapa lagi teman-temannya yg belum melunasi kewajiban mereka.

"Woi 3 cibi! Jangan pura-pura tuli ya? Bayar uang kas. Dosa kalian sudah numpuk banyak"

Kanaya adalah bendahara di kelas mereka. Setiap hari Kanaya harus menagih seperti ini. Jadi, tidak heran jika pagi-pagi seorang Kanaya sudah menagih uang seperti ini. Kata Kanaya ini adalah buku dosa mereka.

"Gue bayar nanti aja ya, selesai istirahat" pinta Dita dengan senyum lebarnya.

"Nggak! Nanti keburu kalian beli batagor di kantin trus nggak jadi bayar karena alasan udah nggak punya uang lagi" gerutu Kanaya membuat ketiga temannya melengos dan mau tidak mau membayar kewajiban mereka. Ini sosok Kanaya. Dia tidak pandang teman atau apapun. Kalau itu memang kewajiban ya harus dilaksanakan.

Aksa, Gery dan Rio tidak sengaja melewati kelas Kanaya. Tidak sengaja Aksa menangkap pemandangan Kanaya yg sedang memanggil nama-nama temannya untuk membayar kewajiban mereka masing-masing. Gery dan Rio yg berjalan di depan Aksa tidak menyadari salah satu temannya yg sedang fokus menatap kearah kelas lain saat ini.

"Jadi, lo bendahara kelas?" Gumamnya kecil kemudian segera menyusul langkah Gery dan Rio yg sudah beberapa langkah di depannya.

VOTE KOMEN SHARE

Komen sama vote yg banyak yaa ♥
Follow ig : dwiiramadani11

Aksa & Kanaya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang