Pandu

1.7K 106 0
                                    

Kanaya membuka kedua matanya dan baru sadar jika jam yg menggantung di dindingnya sudah menunjukkan pukul 7 malam. Langit cerah sudah berubah menjadi gelap. Kanaya menggeliat pelan. Kanaya sadar dia belum mandi setelah sepulang sekolah tadi. Biarkan sajalah, Kanaya masih ingin berada di kasurnya dulu.

"Key, mau keluar sebentar ma"

Kanaya menajamkan kupingnya ketika mendengar suara lelaki yg selama ini sedikit dia rindukan. Tidak, Kanaya bercanda. Dia benar-benar merindukannya. Meski kedua bola matanya masih tertutup tapi kupingnya masih terus mendengar pembicaraan samar-samar di luar.

"Key. Apa jangan-jangan"
Kanaya melompat dari kasurnya dan segera keluar dari dalam kamarnya.

Benar dugaannya. Key--abangnya sudah pulang.

"Bang! Stttt. Kok pulang nggak bilang-bilang sih" gerutu Kanaya cukup kuat membuat Key, pria berusia 21 tahun dan Dini menoleh bersamaan kearah Kanaya yg sedang berjalan turun dari lantai atas ke lantai bawah dengan wajah yg sudah ditekuk dengan sebal.

"Abang durhaka!"

"Dih, siapa suruh tidur kaya babi mati. Susah banget dihubungin" Kanaya semakin menatap Key dengan sebal.

"Mending lo balik ke kamar terus cek panggilan tidak terjawab beserta pesan-pesan yg ada di ponselmu" saran Key membiarkan tatapan sebal adiknya yg terus dilayangkan kearah dirinya.

"Kenapa nggak bangunin aku?" Tanya Kanaya lagi.

"Bangunin lo sama aja kaya bangunin macam. Nggak gue bercanda kok. Meski memang bener kaya macan, lo tetep cantik"

"Gue tadi cuma nggak mau bangunin adek gue yg kayanya kelelahan banget" sambungnya lagi membuat Kanaya tersenyum.

Key memang paling bisa membuat mood nya membaik. Disamping interaksi abang-beradik itu ada seorang wanita yg sedari tadi diam dan hanya memperhatikan keduanya tanpa mau repot-repot mengeluarkan suara--takut merusak suasana. Key yg menyadari raut wajah Dini tentu saja merasa tidak enak. Key melirik sekilas kearah Dini dan memberikan senyuman tulusnya.

"Bang, gue pengen thai tea green tea" rengek Kanaya dengan wajah andalannya.

"Tapi gue udah ada janji, Aya"

Key memang terkadang memanggilnya dengan sebutan 'Aya'. Kanaya yg tadi merangkul lengan Key dengan manja, sekarang sudah melepaskannya dengan kesal.

"Serah lo! Egois banget sih jadi abang baru juga pulang" cibir Kanaya kemudian bersiap berbalik kembali ke kamarnya.

"Kanaya, ada temen kamu yg nyariin. Cowok" suara Galih yg tiba-tiba saja muncul membuat langkah kaki Kanaya terhenti. Bukan karena kemunculan Galih tetapi karena pria itu baru saja menyebutkan jika ada temannya--cowok yg datang kerumahnya.

***
"Eh, apa reaksi si Aksa waktu lo kembaliin uangnya?" Tanya Cia antusias.

"Dia balikin uangnya"

"Ha? Serius! Songong banget sih jadi gemes untung aja cakep"

"Dih. Lo apaansih?! Cia, lo itu ngehujat apa mau puji dia?"

"Dua-duanya. Awas aja lo naksir sama dia"

"Hih amit-amit. Dia bukan tipe gue" bela Kanaya kemudian kembali menulis catatan yg berada di papan tulis. Cia hanya merengut tidak suka kemudian kembali memainkan game masak-masak yg berada di ponsel Kanaya. Entah apa nama permainan itu Cia tidak mau terlalu perduli.

"Aw! Sakit Cia. Lo apaan sih?!" Ucap kanaya kesal sambil memegangi kepalanya yg baru saja ditoyor Cia dengan kuat. Kanaya menunduk ketika menyadari jika seluruh pasang mata menatap kearah dirinya. Mungkin karena suara jeritannya barusan yg cukup kuat hingga guru yg berada di depan kelas juga ikut menoleh kearah nya.

Aksa & Kanaya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang