Secret's Kanaya

1.3K 93 0
                                    

Sepulang sekolah, Aksa dan Kanaya pergi ke tempat yg katanya sangat ingin Kanaya datangi saat ini. Sebelumnya, Kanaya meminta Aksa untuk berhenti di salah satu florist membeli sebuket bun. Jujur saja itu semakin membuat Aksa bertanya-tanya namun hanya dia tahan di dalam kepalanya.

Hingga Aksa melihat Kanaya keluar dari toko bunga dengan sebuket bunga berada di tangannya.

"Yuk!" Ajak Kanaya yg di angguki oleh Aksa.

"Aya, lo nggak laper?"

"Laper. Tapi pending dulu ya, hal ini lebih penting" balas Kanaya. Senyum di wajahnya bahkan tidak ada tanda-tanda akan pudar sedikitpun.

Aksa tetap melajukan motornya tanpa bertanya secara detail mengenai perjalanan mereka hari ini. Aksa hanya mengikuti instruksi yg diberikan Kanaya saja tanpa membantah. Hingga Aksa memelankan laju motornya ketika berhenti di depan sebuah gapura besar dengan plang bertuliskan TPU (Tempat Pemakaman Umum)

"Sorry, ya. Gue ngajak lo ketempat yg kaya gini. Pasti jauh banget dari ekspektasi lo kan?" Jelas Kanaya seakan bisa membaca pikiran cowok itu. Aksa bisa melihat perubahan ekspresi Kanaya. "Sorry, gue nggak bilang dulu tadi kalo kita bakalan pergi ketempat ini"

Aksa tersenyum melalui kaca spion motornya. "It's okay. Asal itu bareng lo sama sekali nggak masalah,Aya"

Kanaya memalingkan wajahnya kearah lain. Dia benar-benar tidak bisa menahan senyumnya. Mendengar ucapan Aksa yg seperti itu saja mampu memompa jantung Kanaya dua kali lebih cepat.

Kanaya kembali sadar ketika Aksa melajukan motornya kembali kemudian memarkirkan motornya di tempat parkiran. Kanaya turun dan menunggu Aksa yg sedang menitipkan helm miliknya kepada penjaga parkir lalu menghampiri Kanaya dengan senyum sumringah. Keduanya kembali berjalan tentu saja Kanaya yg memimpin di depan dan Aksa yg mengikuti di belakang gadis itu.

Aksa benar-benar terkejut saat mereka berdua berhenti di salah satu makam. Tidak, sebenarnya bukan itu yg membuat Aksa terkejut tapi ucapan Kanaya selanjutnya lah yg membuat Aksa terkejut.

"Hai,Pa. Kanaya dateng. Kanaya kangen, papa kangen nggak?" Ucap Kanaya tidak peduli reaksi cowok yg berada di sebelahnya saat ini. Kanaya memang benar merindukan almarhum papanya. Kedua tangannya kemudian terulur meletakkan sebuket bunga yg tadi sengaja dia beli di atas makam papanya.

"Maaf, ya, pa. Kanaya kesininya sama orang lain. Kenalin dia namanya Aksa,pa" ucapnya lagi sambil melirik kearah Aksa yg bingung harus bereaksi seperti apa pada saat itu. Aksa hanya mampu membalas senyuman Kanaya saja.

Kedua bola mata gadis itu kemudian kembali menatap batu nisan yg bertuliskan nama almarhum papanya. Kanaya tidak mampu membendung airmatanya. Setitik air bening itu lolos dari sudut matanya. Untung saja Aksa tidak menyadarinya karena Kanaya yg memunggungi cowok itu.

"Papa sering-sering main ke mimpi Kanaya dong. Kanaya kangen tau!" Protesnya. Seakan Kanaya memang tengah berbicara kepada seseorang yg nyata. Yg masih hidup.
"Bang Key jauh. Kanaya udah nggak punya temen ngobrol lagi. Maafin Kanaya yg masih belum bisa nerima orang pengganti papa itu dan juga masih dingin ke mama" Kanaya terisak pelan. "Kanaya tau ini salah. Tapi sampe kapan pun nggak bakalan ada yg gantiin papa. Kanaya nggak butuh pengganti papa. Papa tetep papanya Kanaya dan nggak akan tergantikan"

Aksa melihat tubuh Kanaya yg bergetar diiringi suara tangisannya yg berubah menjadi terisak. Hati Aksa bahkan sampai ikut merasakan sesak padahal dia hanya mendengarkan saja bukan merasakannya. Cowok itu kemudian memberanika diri untuk lebih dekat dengan Kanaya. Mengusap punggungnya pelan--berharap agar bisa mengurangi rasa sedih Kanaya.

"Stttt. Jangan nangis. Lo nggak mau kan papa lo sedih gara-gara ngeliat putrinya nangis? Nanti papa lo jadi nggak tenang"

"Memangnya bisa gitu ya?" Tanya Kanaya dengan polos. Aksa ingin tersenyum geli tapi dia tahan. Dia nggak mau bikin suasana hati Kanaya semakin buruk.

Aksa & Kanaya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang